Dan Ternyata

747 55 2
                                    

Dan ternyata,
Hati yang terus mencari, pada akhirnya akan dipertemukan.
Doa yang terus terucap, pada akhirnya akan terkabul.
Harapan yang terus bergantung pada Illahi, pada akhirnya akan mendapatkan jalan untuk sampai pada tujuan...

"Rahma... Kamu kenal dengan Desy?"

"iya, Eko. Tadi kenapa kamu marahin Desy? Emang salah Desy apa?"

"karena Desy itu...."

"kak! Biar aku yang memberitahu Rahma, kakak lebih baik pulang saja."

"aku ga bakal pulang kalau kamu tidak ikut bersamaku."

"kaakk, please... Ini tidak ada urusannya sama kakak. Aku janji, setelah ini aku akan pulang."

Dengan berat hati akhirnya Eko pergi meninggalkan mereka. Kini hanya ada Rahma dan Desy ditaman itu. "Des... Kamu adiknya Eko?" tanya Rahma, setelah Eko tak terlihat lagi dari pandangan mereka. Rahma duduk disamping Desy yang sedang menghapus air matanya dengan kedua tangannya, lalu Rahma mengeluarkan sapu tangan dari saku kemejanya dan memberikannya pada Desy.

"terimakasih." ucap Desy, "iya, dia kakakku... Oh iya, selamat ya?" Desy mengulurkan tangan kanannya kearah Rahma.

Rahma menyambut uluran tangan Desy, menjabatnya dengan perasaan ragu dan tidak enak hati. "maafin aku ya Des, aku juga tidak tau kalau Nazar akan datang melamarku secepat ini."

"kamu tidak perlu meminta maaf padaku, kamu tidak salah apa-apa. Justru aku yang mau mengucapkan terimakasih karena kamu kini hubungan keluargaku dengan...dengan, a Ayah tiriku jadi lebih baik. Terimakasih ya, Rahma?"

"itu bukan karena aku Des, itu karena kalian saja yang baru bisa saling menerima satu sama lain, sedangkan sebelumnya kalian seakan tidak peduli dengan apa yang terjadi antara yang satu dengan yang lainnya."

"iya, kamu benar. Tapi biar bagaimanapun juga kamu yang sudah menyadarkan kami dari ketidakpedulian masing-masing... Rahma, apa kamu mencintai Nazar?" Desy menatap intens kedua mata Rahma, seakan ingin tau seperti apa perasaan wanita yang telah mengambil hati banyak orang itu, hati orang-orang yang disayangi olehnya.
Rahma masih diam, bingung harus menjawab apa atas pertanyaan dari Desy, "tidak perlu dijawab, aku tau kok jawabannya! Tadi waktu dirumahmu, aku sudah mendengar semuanya. Aku berlari bukan karena marah padamu, tapi karena aku merasa tidak seharusnya aku berada disana, disaat yang tidak tepat."

"Desy..."

"Rahma, sudah dulu ya, aku harus pulang. Terimakasih atas semuanya. Bye!" tanpa menunggu balasan dari Rahma, Desy bangkit dari duduknya, lalu berjalan menjauh meninggalkan Rahma, jalannya semakin lama semakin cepat, seperti takut berubah pikiran dan nanti akibatnya dia akan berkata yang tidak-tidak. Namun ada sebagian dalam dirinya yang merutuki perbuatannya barusan, sebagian itu menginginkan agar Desy melakukan sesuatu untuk memperjuangkan perasaannya, tapi sebagian yang lain menolaknya.

Rahma menatap punggung Desy yang sudah terlihat kecil dari jangkauan matanya, semakin jauh, semakin hilang dan tidak terlihat lagi.

"Rahma!" Rahma berbalik mencari sumber suara yang memanggilnya itu, kini dihadapannya terlihat Eko sedang berjalan mendekatinya. "kamu akan menikah? Kenapa kamu harus berbohong padaku, katamu waktu itu kamu belum siap untuk menikah. Lalu kenapa sekarang begini?"

"aku tidak berbohong padamu, Eko. Waktu itu aku memang belum siap, tapi sekarang, saat ini, kesiapan itu telah datang dan meyakinkan aku untuk melangkah bersamanya. Karena itu bersama dia, dia yang membuatku menjadi siap... Maafkan aku ya, Eko?"

"apa yang membuat aku dan dia berbeda, Rahma? Aku bisa kok menjadi siapapun seperti yang kamu mau, aku akan selalu menuruti inginmu. Katakan saja seperti apa maumu?"

Karena hati, memilihmu {ending}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang