Ditengah hamparan perkebunan yang luas, terlihat dua anak kecil berlari saling mengejar. Sesekali mereka terjatuh, dengan gerakan lincah mereka bangkit berdiri, tertawa bersama, tanpa peduli teriakan-teriakan dari kejauhan memanggil nama mereka. Mereka terlalu asyik menikmati canda tawa tanpa beban. Begitulah anak kecil. Hidupnya hanya untuk mengukir bahagia setiap harinya, saat inginnya tak tercapai, menangis adalah jalan keluarnya.
Seorang wanita muda berlari menghampiri mereka, namun mereka tidak menyadari keberadaan wanita muda itu, mereka bak sepasang burung yang terbang bebas dengan sayap-sayap yang mereka miliki. Bermain bersama angin yang terus membawa mereka menembus cakrawala. Hingga tibalah saat salah satu sayap itu terasa berat untuk diterbangkan. Wanita muda itu berhasil menangkap gadis kecil yang berlarian tadi."kakak..." gadis kecil itu menarik tangannya meminta dilepaskan, namun sayang tenaganya tak sebanding dengan wanita muda yang dipanggilnya 'kakak' itu.
"ayo pulang!" ajaknya pada si gadis, dengan terpaksa gadis itu hanya menurut berjalan, lalu menengok kearah teman bermainnya tadi.
"Nazar, sampai ketemu besok, jangan lupa jemput aku." ucap si gadis itu pada temannya.
"oke, Rahma seperti biasa." jawab temannya yang ternyata bernama Nazar, sambil mengacungkan jempol tangan kanannya, bukan keatas tapi kedepan. Lebih tepatnya kearah gadis itu yang bernama Rahma. Rahma juga melakukan hal yang sama seperti Nazar, lalu mereka tersenyum bersama, walaupun perlahan pudar ditelan kejauhan.
_______"apa cita-citamu?" tanya Nazar suatu ketika.
"aku ingin jadi artis terkenal, yang punya banyak fans, dan akan aku anggap semua fansku itu sebagai keluargaku. Dengan memiliki banyak fans, berarti makin banyak keluargaku. Pasti hidupku akan sangat sempurna, dimanapun berada, selalu ku temui keluarga baru." jawab Rahma, membayangkan semua mimpinya itu.
"kamu kan hoby menggambar, kenapa gak jadi desainer atau arsitek saja? Bukankah itu lebih sesuai dengan passion kamu?"
"itu mimpi keduaku, Nazar... Aku yakin aku bisa menjalani keduanya dengan baik.. Sekarang giliran kamu, apa cita-citamu?"
"pilihlah salah satu, Rahma. Kamu tidak akan sanggup jika melangkah dengan dua jalan sekaligus. Karena kedua kakimu hanya bisa berjalan disatu arah yang sama... Aku ingin menjadi sarjana pertanian, agar aku bisa melanjutkan usaha orangtuaku yang berada dibidang itu. Ketika mereka lelah, aku bisa meminta mereka untuk beristirahat dan mengolah semuanya dengan keahlianku."
"berarti kita akan berpisah dimasa depan. Jalan kita tak sama. Apa kamu tidak ingin menjadi temanku hingga tua nanti?"
"tentu aku ingin.. Tapi kita memang memiliki tujuan yang berbeda, jadi sudah pasti kita tidak bisa bersama meraih cita-cita itu. Walaupun begitu, kita akan tetap berteman, selamanya kita berteman."
"janji yaa, kamu akan selalu jadi teman aku sampai kapanpun? Jika suatu saat kita berpisah dan dipertemukan kembali, kamu akan tetap menanggapku sebagai temanmu kan, Nazar?"
"tentu saja begitu, Rahma..." mereka mengacungkan jari kelingking masing-masing, lalu saling menautkan jari itu. Bertanda 'janji'.
______"kenapa kamu menangis?" tanya Rahma ketika itu.
"kamu akan pergi, dan kita akan berpisah.. Padahal kamu satu-satunya teman yang ku punya, kamu bisa begitu mengerti aku, walaupun dulu aku selalu marah-marah ke kamu karena selalu mengikutiku. Tapi sekarang, saat kita sudah berteman, kamu malah akan meninggalkanku." jawab Nazar, tetap menunduk. Malu karena merasa menjadi laki-laki yang cengeng. Ini kali pertamanya dia menangis karena takut kehilangan sosok teman yang selalu menemaninya selama ini.
"kamu kan pernah bilang, jalan kita berbeda. Dan inilah saatnya aku untuk memulai jalanku meraih cita-cita, dan kamu juga begitu. Nanti saat kita sudah dewasa, berhasil menjadi seperti yang kita ingin, kita pasti bertemu lagi. Selamanya kita akan berteman." Rahma tersenyum, lalu menelengkan kepalanya untuk melihat wajah Nazar yang tertunduk. Seketika itu juga Nazar tersenyum, semakin malu karena ketahuan menangis karenanya. Dan tawa itu hadir ditengah mereka, diantara kesedihan yang menyelinap dalam hati masing-masing.
Mereka berpisah, setelah mendapat surat kelulusan dari Sekolah Dasar, dan saat acara perpisahan diadakan oleh pihak sekolah, Rahma sudah tidak disana lagi. Rahma sudah mulai menjalani aktivitas baru dalam hidupnya.
Rahma pindah ke kota bersama keluarganya, karena kebetulan Ayahnya juga pindah kantor kerjanya. Segala kegiatan dilaluinya dengan baik, namun harinya terasa kurang sempurna, warna-warni hidupnya tertinggal bersama teman kecilnya yang dulu selalu ada menghiasi hari-harinya. Satu tahap demi tahap dilewatinya, perlahan namun pasti cita-citanya semakin dekat dalam genggaman.
Ketika menginjak Sekolah Menengah Atas, Rahma sudah mulai tampil mengisi acara-acara tertentu, dan sesekali tampil distasiun televisi. Wajahnya yang memang menarik, menjadikanya mudah untuk masuk kedunia hiburan. Berawal dari tampil dimajalah-majalah remaja, hingga pada akhirnya muncul dilayar kaca. Saat sudah lulus SMA, Rahma tidak langsung melanjutkan ke perkuliahan, dia memilih untuk berkarir dulu. Seperti mimpinya memiliki banyak fans, semua itu perlahan menjadi nyata. Dimanapun Rahma berada, semua orang mengenalnya dan menyayanginya, ditambah lagi sikapnya yang ramah membuatnya mudah mendapat teman dimanapun berada.Kesibukannya didunia hiburan, membuatnya lelah. Hingga suatu ketika orangtuanya menyuruh Rahma untuk melanjutkan pendidikan, supaya fokusnya tidak hanya didunia hiburan saja.
________Satu persatu Rahma teringat semua kejadian dalam hidupnya. Kelelahan menjalani dua bidang sekaligus ternyata membuatnya tidak punya banyak waktu luang. Setiap harinya jadwal dari membuka mata sampai menutup mata menjadi pemandangan yang selalu menantinya.
Benar kata Nazar, tidak mudah menjalani kedua mimpi itu secara bersamaan. Tapi dia juga tidak mau kehilangan mimpi-mimpi itu. Walaupun kehilangan terberat yang dirasakannya adalah ketika berpisah dengan Nazar. Iya, Rahma merindukan masa-masa itu, teman kecilnya yang selalu ada untuknya, berbagi bahagia dan mengukir cerita indah setiap waktu. 'bagaimana kabarmu sekarang, Nazar?' tanya Rahma dalam hati.***___***
Ingin tidak selalu sama dengan kenyataan,
Tapi kesungguhan mampu mewujudkan semua itu,
Dengan usaha dan doa yang tiada henti...*******
Terimakasih buat smiley_cumulus atas covernya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena hati, memilihmu {ending}
Ficción Generalteman kecil itu, kini telah tumbuh dewasa. takkan lagi kau dengar tangisnya ketika meminta permen, takkan lagi kau dengar teriaknya ketika mencarimu. karena hatinya tidak seperti dulu, kini dia memilih menyimpan semuanya seorang diri. sejak perpisah...