Dibalik Diam

741 54 0
                                    

"OKE! Syuting kali ini selesai. Kita siap-siap untuk kembali ke Jakarta, sore nanti." sutradara yang menangani kegiatan syuting Rahma dan kawan-kawan, berseru pada mereka.

Mereka yang mendengar, berucap alhamdulillah, diiringi saling berjabat tangan satu sama lain, begitu juga para pemainnya, termasuk Rahma. Namun, jauh dilubuk hatinya yang terdalam, Rahma berat untuk meninggalkan desa itu lagi. Rasanya ia masih ingin berlama-lama disini.
Jadwal kegiatannya yang padat, membuatnya harus menutup keinginannya, karena ini sudah menjadi pilihannya, dari kecil ini adalah mimpinya. Meski diwaktu-waktu tertentu ia juga ingin merasakan kehidupannya yang seperti dulu, yang bebas melakukan apapun dan dengan siapapun. Sedangkan sekarang, saat ia pergi kemanapun, jika ada yang melihatnya, pasti akan menjadi gosip dilayar kaca. Begitu juga keadaan Rahma dan Eko, yang sering diberitakan pacaran. Baik Rahma ataupun Eko pribadi, mereka memang pernah membicarakan hal itu, dan mereka tidak keberatan tentang gosip itu, karena bagi Rahma selama itu masih wajar beritanya, ia tidak terlalu ambil pusing. Lain lagi dengan Eko, yang malah sengaja jika dihadapan media selalu bersikap berlebihan pada Rahma, membuat media semakin tertarik dengan berita tentang mereka.

Rahma dan yang lain kembali ke rumah ketua RT untuk berkemas dengan cepat, setelah selesai membereskan barang-barangnya, Rahma mengirim pesan untuk Nazar, Rahma ingin bertemu dengannya walau hanya sebentar. Karena setelah ini, ia tidak tau kapan lagi bisa bertemu dengan teman kecilnya itu.

Rahma:
"Nazar, selepas ashar aku kembali ke Jakarta. Kamu bisa kesini tidak?"

5 menit

10 menit

20 menit
Masih belum ada balasan dari Nazar. Rahma melihat jam dipojok atas ponselnya, sudah menunjukkan pukul 14:40. Mungkin Nazar sedang sibuk, pikirnya.

"Rahma, keluar yuk! Aku laper nih, dari siang tadi belum makan." ajak Eko dari luar pintu kamar. Rahma memang diberi keistimewaan oleh keluarga ketua RT itu, ia diberi kamar sendirian, karena istrinya sangat ngefans pada Rahma. Sedangkan para kru dan pemain lain, banyak yang memilih menginap dihotel, karena hanya diberi dua kamar, satu kamar untuk laki-laki, dan satu kamar lagi untuk perempuan. Jadi bisa dipastikan, tempatnya sangat sempit.

Rahma membuka pintu kamarnya, "males Ko, kamu pergi sendiri saja ya!" ucap Rahma.

"ya udah, aku gak jadi makan, nanti saja kalo udah di Jakarta." jawab Eko, mau tidak mau, Rahma tidak tega juga melihat Eko nanti kelaparan, walaupun itu bukan salahnya. Akhirnya Rahma mengiyakan ajakan Eko dan pergi bersamanya.
______

"jadi Rahma udah pulang ke Jakarta ya, Bu?" tanya Nazar pada istri ketua RT itu.

"belum nak, barang-barangnya juga masih ada disini, paling sebentar lagi juga datang. Nak Nazar duduk saja, tungguin disini." jawab Ibu itu, mempersilahkan Nazar untuk duduk.

Nazar tadi sengaja tidak membalas pesan Rahma, ingin memberinya kejutan. Sampai disini, Rahma malah tidak ada. Sekarang saat Nazar berniat untuk membalas pesan Rahma, namun tiba-tiba sebuah mobil datang dan berhenti tepat didepan rumah ketua RT.
Keluarlah Rahma dan Eko dari dalam mobil itu. Rahma yang menyadari keberadaan Nazar, segera menghampirinya.

"kamu udah lama disini?" tanya Rahma.

"assalamualaikum?" Nazar menjawabnya dengan ucapan salam.

"wa'alaikumsalam... Kamu dari tadi disini, Zar?"

Nazar mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya, sebuah kotak kecil, lalu diberikannya pada Rahma. "ini buat kamu, semoga suka." ucap Nazar, tanpa menjawab pertanyaan Rahma. Rahma menerima kotak itu, lalu menatap Nazar, meminta ijin untuk membukanya. "buka saja."

Karena hati, memilihmu {ending}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang