Pagi ini aku harus naik bus lagi. Papa menyuruhku mulai sekarang dan seterusnya aku harus pergi ke sekolah sendiri karena aku bukan anak kecil lagi yang harus diantar ke sekolah tiap pagi. Papa juga menyarankanku untuk pergi dan pulang sekolah bareng Raka. Tapi, dia selalu aja berangkat ke sekolah cepat. Jadi, aku selalu ditinggal. Tapi, pulang aku biasanya emang selalu bareng Raka.
Bunyi klakson mobil yang keras mengejutkanku. Tidak beberapa lama pengemudi mobil itu keluar. Astaga!! Ternyata si pengemudi mobil itu Alvin.
"Ngapain dia kesini??"tanyaku pada diriku sendiri
"Hai, sayang!"sapanya sambil merangkul pinggangku. Kini semua orang yang ada di halte terus memandangi kami. Merasa risih dipandang banyak orang aku pun segera melepaskan rangkulannya.
"Loe kenapa?? Demam??"tanyaku sambil menaruh punggung tanganku ke keningnya
"Demam? Enggak kok sayang."jawabnya sambil tersenyum padaku
"Sayang? Sejak kapan kita pacaran?"tanyaku heran
"Oiyaya, gue lupa. Gue kan belum nembak loe ya."ujarnya lalu dia menghela nafas panjang lalu kembali melanjutkan ucapannya, "Haruskah gue nembak loe di sini? Tempat ini samasekali gak romantis. Lebih baik kita cari tempat lain aja yang romantis."ujarnya lalu dia menarik tanganku dengan paksa menuju mobilnya. Dan kemudian dia membukakan pintu mobilnya untukku.
"Silahkan masuk, My Angel."ucapnya dengan nada lembut yang mempersilahkanku untuk masuk ke dalam mobilnya namun aku menolaknya dan tetap berdiri di samping mobilnya meskipun pintu mobilnya sudah ia buka.
"Udah deh to the point aja. Loe kenapa sih hari ini? Gak usah bersikap sok manis deh sama gue."omelku, "Emang gak boleh ya gue bersikap manis sama cewek semanis loe."godanya sambil menyentuh pipiku dengan lembut dan aku pun langsung menghempaskan tangannya.
"Gue gak suka dikayak giniin. Udah deh bersikap normal!"omelku
Tidak beberapa lama aku melihat sebuah bus lewat dan aku pun langsung menaikinya tanpa memperdulikan Alvin yang masih terpaku berdiri di samping mobilnya.
"Benar-benar gila tuh anak! Salah minum obat kali ya tuh anak!"ujarku pada diriku sendiri
* * * *Sesampainya di kelas aku langsung meletakkan tasku di atas meja dan duduk di samping Imel. Imel yang melihat wajahku lagi badmood langsung melontarkan pertanyaan padaku, "Kenapa? Lagi ada masalah ya? Masalah apa?" sebelum menjawab pertanyaannya itu aku menghela nafas panjang. Namun di saat aku ingin menceritakan kejadian tadi pagi sama Imel, Alvin justru mendatangiku dengan wajah kesal.
"Loe kenapa tadi ninggalin gue? Udah gitu loe bilang gue gak normal."ujarnya manyun
"Gue gak ada bilang loe gak normal gue cuman bilang bersikaplah normal."ujarku dengan santai
"Itu sama aja secara gak langsung loe bilang gue gak normal."ujarnya
"Terserah loe deh tapi yang pasti loe hari ini aneh banget."ujarku.
Lalu Alvin memegang tanganku dengan erat dan menatapku dengan tatapan tajam, "Ini semua gue lakuin supaya loe..."ujarnya terhenti namun tatapannya terus menatapku.
"Ehem!!"Imel berdehem membuat aku dan Alvin merasa kaget. Aku hampir lupa kalo masih ada orang di sampingku yaitu Imel.
"Terserah loe mau bilang apa gue gak peduli."lalu aku keluar dari kelas namun Alvin justru mengikutiku dari belakang.
"Gue minta maaf udah buat loe marah-marah sama gue."ucapnya. Aku menghentikan langkahku dan membalikkan badanku menghadap ke arahnya. Lalu dia datang mendekatiku. Kini jarak kami semakin dekat hanya beberapa centi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stand By Me
General FictionSatu per satu aku mulai kehilangan orang-orang yang sangat aku cintai. Aku pernah mengusirmu pergi dari hidupku. Tapi, saat ini aku membutuhkanmu. Kamu satu-satunya yang masih tetap berdiri di sampingku. Please stand by me and never leave me alone...