Epilog

168 12 1
                                    

Setahun sudah Raka meninggalkanku. Semenjak kepergiannya aku memutuskan untuk berhenti menjadi artis karena setiap kali aku pergi ke lokasi syuting aku pasti akan selalu teringat padanya. Aku udah terbiasa syuting bersamanya jadi tanpa ada dia aku merasa sangat kesepian.

Sekarang aku bekerja sebagai sekretaris di perusahaan papaku, perusahaan yang memproduksi minuman isotonik yang diberi nama ‘Freshing Drink’. Sementara Alvin, dia juga memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai penulis skenario. Kini dia bekerja sebagai manajer marketing di perusahaan papaku. Yaps, aku dan Alvin bekerja di perusahaan yang sama.

Jam dinding di kamarku sudah menunjukkan pukul 06.00. Ini waktunya untuk bangun dan bersiap-siap pergi ke kantor.

Agak malas sih tapi aku harus tetap semangat ke kantor. Aku gak boleh bermalas-malasan bekerja ya meskipun itu perusahaan milik papaku sendiri.

Selesai mandi dan mengganti baju tidurku dengan kemeja putih dan rok abu-abu serta blazer berwarna hitam, aku pun langsung keluar dari kamarku.

Aku merasa terkejut ketika melihat sekuntum bunga mawar merah tergeletak di depan pintu kamarku. Aku pun langsung memungutnya. Di samping bunga mawar itu terdapat sebuah kartu yang bertuliskan : ‘ikuti arah tanda anak panah.’ Aku pun langsung menoleh ke arah kiriku tapi tidak ada tanda panah lalu aku menoleh ke arah kananku dan di sana ada tanda anak panah.

Aku mulai mengikuti arah tanda anak panah itu dengan tanganku yang masih memegang bunga mawar itu. Arah tanda anak panah itu terhenti di taman belakang rumahku.

Dan di sana aku mendapati seseorang yang berwajah tampah dan bertubuh tegap dengan setelan celana keper dan kemeja polos warna merah yang ditutupi blazer hitam, membuatnya tampak keren dan dewasa. Orang itu tidak lain adalah Alvin. Aku masih tidak mengerti kenapa dia membawaku ke sini.

Dia berjalan mendekatiku dan kini jarak diantara kami sangat dekat hanya sejengkal. Lalu dia menggengam kedua tanganku.

“Prischa, kita sudah banyak melewati hari-hari bersama. Banyak rintangan yang kita hadapi bersama tapi cinta kita tetap menyatukan kita. Meskipun sempat ada orang yang ingin memisahkan kita tapi kita tetap yakin akan cinta sejati kita.”ucap Raka lalu dia menghela nafas panjang, “Prischa, My Angel and My True Love, would you marry with me?”tanyanya yang membuatku merasa kaget.

Gak nyangka dia akan secepat ini melamarku di usia kami yang masih menginjak 23 tahun. Aku pun langsung menganggukkan kepalaku sebagai jawaban iya aku mau menikah dengannya. Lalu dia mengambil sebuah kotak kecil berwarna merah dari saku blazernya yang ternyata isinya sebuah cincin. Kemudian dia memasangkan cincin itu di jari manis tangan kiriku. Aku pun langsung memeluknya dan merasa sangat bahagia.

Aku gak pernah menyangka jika cinta pertamaku akan menjadi pelabuhan cinta terakhirku. Aku sangat mencintainya.

Sebelumnya aku sudah pernah kehilangan dua orang yang sangat berarti dalam hidupku yaitu kak Citra dan Raka. Kini aku gak ingin kehilangannya. Aku ingin dia akan selalu ada di sisiku kemarin, hari ini, nanti dan selamanya.
* * * *

Sore ini aku mengajak Alvin untuk menemaniku pergi ke TPU Pondok Jati. Aku ingin ziarah ke kuburan kak Citra dan Raka. Aku ingin menyampaikan kabar bahagia ini. Dan kuharap mereka juga akan bahagia mendengarnya.

Aku berjongkok di samping kuburan kak Citra. Alvin mengikuti apa yang aku lakukan. Dia juga ikut berjongkok di sebelahku.

“Kak Citra, sebelumnya aku minta maaf sama kakak. Maaf karena aku gak pernah cerita sama kakak soal hubunganku dengan Alvin. Aku berharap kakak udah memaafkanku dan Alvin. Oya, kak aku ke sini ingin menyampaikan kabar bahagia buat kakak.”sekilas aku melirik ke arah Alvin yang tersenyum manis padaku lalu setelah itu aku kembali menatap batu nisan kak Citra. “Kak tadi pagi Alvin melamarku. Dan rencananya kami akan menikah bulan depan. Aku harap kakak juga ikut bahagia mendengarnya. Sekali lagi maafin aku kak karena aku telah mencintai pria yang kakak cintai juga. Maaf aku gak bermaksud melukai perasaan kakak. Aku harap kakak bisa ikhlas merelakan aku bersama Alvin. Aku sangat mencintainya kak.”lanjutku

“Aku juga sangat mencintaimu, Prischa.”bisik Alvin lalu aku menoleh ke arahnya dan tersenyum padanya.

Selesai dari pemakaman kak Citra kami melangkahkan kaki kami ke pemakaman Raka yang letaknya tidak jauh dari tempat kak Citra dimakamkan.

Aku masih teringat kalimat terakhir yang Raka ucapkan sebelum dia pergi. You’re always in my heart. Kalimat itu yang dia ucapkan sebelum dia menutup matanya untuk selama-lamanya.

“Ka, maafin gue ya gue gak pernah peka sama perasaan loe. Gue juga minta maaf karena gue gak pernah bisa mencintai loe. Gue cuman bisa menganggap loe sebagai sahabat gue. Bahkan di saat terakhir loe gue masih tetap gak bisa mencintai loe dan hanya bisa menganggap loe sebagai sahabat.”ucapku

“Ka, gue ke sini ingin memberi kabar bahagia ke loe. Alvin melamar gue dan kami akan menikah bulan depan. Gue harap loe bisa merelakan gue bersama Alvin. Loe jangan khawatir dengan kebahagiaan gue, gue akan selalu bahagia bersama Alvin. Dan gue yakin dia pasti gak akan pernah menyakiti gue.”lanjutku dengan air mata yang mengalir membasahi pipiku

“Semoga loe tenang ya di alam sana.”ucapku dengan suara serak akibat menangis. Lalu Alvin langsung merangkulku dan menghapus air mataku.

“Vin, loe janji ya sama gue loe akan selalu ada di sisiku. Jangan pernah pergi meninggalkan gue. Please, stand by me!!”ucapku sambil menatap Alvin. Alvin menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. “I will always with you.”ucapnya lalu mengecup keningku

--- The End ---

Stand By MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang