Bel istirahat baru berbunyi beberapa detik yang lalu, aku sedang merapikan mejaku yang berantakan dengan buku cetak, buku tulis, tempat pensil, hp, headset, pulpen dan teman-temannya.
"Nay, kantin yuk," ucap seorang cewek yang duduk disebelahku sambil menarik ujung lengan bajuku. Dia sahabatku, Kelana. Biasa dipanggil Lana.
"Iya, bentar," kataku sambil merapikan barang-barangku dan mengantongi hp serta earphoneku.
Setelah menutup tasku, aku berkata "yuk, Lan."
Aku dan Lana berjalan menuju kantin. Dan sudah dipastikan kantin ramai, lebih ramai dari hatiku. Oke abaikan ucapanku barusan. Aku dan Lana menuju ke arah penjual bakso dan mie ayam.
"Mas Yanto, mie ayam 1 sama baksonya 1 ya!" teriak Lana, karena tempatnya mas Yanto ini agak ramai.
"Siap Lan, minumnya apa?" tanya mas Yanto.
"Kayak biasa aja, mas. Es jeruk 2. Esnya yang buanyak ya. Nanti dianter ya mas!" teriaknya lagi.
"Sip," kata mas Yanto.
Aku dan Lana mencari tempat duduk yang sekiranya bisa kami tempati berdua. Dan ternyata ada dipojok dekat tempatnya mas Yanto.
Ga berapa lama, mas Yanto datang bersama pesanan kami.
"Makasih ya mas," kataku sambil memberikan uang untuk yang kami pesan setelah itu aku menuangkan sambal ke mie ayamku.
"Sama-sama Nay," ujar mas Yanto dan pamit untuk balik ke tempat jualannya.
"Eh Nay, liat deh itu, Adel cs nempel mulu ke Satria cs. Ga malu apa ya cewek nyamperin cowok gitu?" tanya Lana sambil memakan baksonya.
"Ya gausah diliatin lah, Lan. Ngapain coba ngeliatin mereka. Ga penting banget tau," ucapku cuek.
"Iya sih, tapi gue risih aja gitu." Lana berbicara sambil mengunyah bakso.
"Makan dulu baru ngomong, Lan. Kebiasaan banget sih. Risih apa cemburu karena ditempat mereka ada Rafa juga?"
"Apaan cemburu sih? Males banget cemburu sama makhluk yang otaknya geser gitu!" jawab Lana ketus.
Aku tau itu diketus-ketusin. Padahal mah dalam hatinya cemburu. Tanpa Lana bilang pun, aku tau Lana suka sama Rafa. Cuma ya belum sadar aja. Selama ini Rafa suka godain Lana dan reaksi Lana ya marah, kesel gitu.
"Heh, malah ngelamun lagi lu, Nay." Lana mengagetkan aku.
"Udah belum? Ke kelas yuk. Katanya risih kan?" godaku.
"Yaudah yuk. Eh bukan risih tapi geli." Lana menarikku keluar dari kantin. Sepanjang jalan ke kelas, aku sibuk dengan hpku. Aku membuka aplikasi Line dan memilih chat paling atas.
Aku mulai mengetikkan 1 kata. Sama seperti kemarin, beda tulisan tapi intinya sama; menyapa orang tersebut.
Kanayanaya: hai
"Masih belum di read juga," gumamku.
"Apa Nay?" tanya Lana.
"Eh? Gue ga ngomong apa-apa," elakku.
"Oh, kayak kuping gue perlu dibersihin nih," ucap Lana dengan polosnya.
Sampai sekarang chatku yang tadi malam belum juga di read. pikiranku mengatakan, "apa tenggelam ya chatnya?"
Aku dan Lana sudah sampai dikelas dan seperti biasa kami sibuk dengan urusan masing-masing. Aku kembali melihat Line dan masih belum ada tanda-tanda dibales. Boro-boro dibales, dibaca aja engga.
"Astaga. Awalnya aku iseng, tapi kenapa ujungnya jadi begini? Kenapa ngarep banget dia bales sih, Nay?" batinku. Aku memukul kepalaku pelan.
"Eh Nay, lu kenapa? Kok mukul kepala gitu? Kepala lu pusing? Kan udah gue bilang dari dulu kalau istirahat itu makan nasi," cerocos Lana.
"Kan mulai deh ibu-ibu pkk-nya. Bawel. Gue ga pusing kok. Lu itu selalu ngambil kesimpulan sendiri" aku menekankan kata bawel.
"Lah? terus kenapa mukul kepala gitu?" tanyanya kepo.
"Gapapa, iseng aja," ucapku asal.
Lana ketawa dan geleng-geleng kepala, "kalau iseng itu yang berguna dikit kenapa sih Nay? Masa isengnya mukul kepala."
Aku hanya cengar-cengir aja.
an: halooooo.. maaf kalau chat-nya ada yang typo. semoga kalian suka ya. happy reading :D jangan lupa vote dan comment :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Chat
Teen FictionAwalnya aku iseng, tapi kenapa ujungnya jadi begini? -Kanaya Ini cewek ga bisa apa kalau ga chat gue sehari aja? Ganggu banget. -Satria Start from chat and how is the ending? Copyright © 2016 by thebubblegum