five

2.3K 174 59
                                    

"Nay, minjem laptop dong. Gue mau ngelanjutin bikin cerita di wattpad nih," ucap Lana sambil mengetuk-ngetukkan sesuatu di meja belajarku.

Hari ini Lana mampir ke rumahku, entah ada angin apa, tiba-tiba dia pengen langsung main ke rumah. Walaupun dia sering banget main ke rumahku atau sebaliknya, tapi biasanya aku ataupun dia pulang dulu ke rumah masing-masing baru main. Sebenarnya rumah Lana ga begitu jauh dari rumahku, cuma beda komplek aja. Komplek kami sebelahan.

Aku menengok ke arah Lana, "iya iya. Calon penulis mah susah. Dimana aja nulis mulu."

"Aamiin. Nanti kalau gue nerbitin buku, gue kasih lu satu. Gratis," ucap Lana dan menekankan kata gratis.

"Ya harus lah, kalau gue disuruh beli juga mah, lu kebangetan Lan." Aku tertawa setelah berkata seperti itu.

Lana melempar penghapus ke arahku, "dasar sahabat ga modal, maunya gratisan mulu."

Aku mengusap kepalaku yang terkena lemparan penghapus. "Sakit Kelana. Tenaga lu kuli banget sih...."

"Ya dimana-mana juga orang suka banget yang gratisan. Apalagi gue," tambahku.

"Ya ya ya, what ever you say, Nay," katanya sambil mengibas-ngibaskan tangan kanannya. Aku hanya tertawa.

Aku membuka aplikasi Line dan membuka chat paling atas, chat dia memang paling atas. "Masih sama kayak tadi pas di sekolah," gumamku.

"Lagi ngapain lu Nay? Mantengin chat dari Satria Baja Karatan?" tanya Lana yang agak sedikit sarkas.

Aku melihat Lana dan hanya bisa nyengir.

"Bodoh. Ngapain sih nungguin anak pea itu bales? Ga bakal bales. Percaya sama gue," ucapnya sambil meminum jus wortel-susu.

"Percaya sama lu mah musyrik, Lan. Lagian gue cuma check timeline line aja kok," kilahku.

Lana menggeleng-gelengkan kepala, "bukan itu, Naya. Lagipula lu kira gue percaya gitu sama yang lu omongin barusan? Di jidat lu itu ada tulisannya 'gue lagi nunggu Satria bales chat dari gue'. Keliatan jelas." Lana menekankan kata keliatan jelas.

Aku meraba jidatku.

"Ye bocah oon, malah diraba lagi jidatnya. Astaga Naya, jangan bego-bego amat sih. Itu tadi cuma kata-kata khiasan aja. YaAllah, salah apa hamba punya sahabat yang oon-nya kebangetan?" Muka Lana terlihat frustasi.

"Ga pake oon sama bego kali, Lan," ujarku ketus. Lana cuma nyengir aja dan melanjutkan kegiatannya membuat cerita di wattpad.

Aku kembali memandangi hpku. "Apa iya, dia ga bakal bales? Aku coba sekali lagi ah," batinku.

Kanayanaya: hai Satria

5menit.

10menit.

15menit.

"Belum dibales juga," pikirku.

"Eh Nay, gue numpang tidur ya. Oh iya, jangan lupa baca lanjutan cerita yang baru gue post ya. Vote sama komen juga. Ga mau tau," ucap Lana panjang lebar.

Aku mengangguk dan berkata, "Iya iya, udah sana tidur."

Setelah berkata demikian, hpku berbunyi. Suara yang ga asing, nada dering kalau ada chat dari aplikasi line. Aku shock melihat siapa yang mengirimkan chat tersebut.

Satria.

Is it true? or is it just a dream?

Aku mencubit pipiku. "Aw," rintihku. Sakit. Berarti ini beneran? Ga mungkin. Tapi ini kenyataan.

"Tuhkan Lan, percaya sama lu itu musyrik. Ini buktinya dibales," kataku ke Lana yang sedang tidur.

Aku belum membuka chat dari Satria. Tanganku gemeteran. Padahal kan cuma iseng doang.

"What happen with you, Nay?" ucapku pada diriku sendiri.

Aku memberanikan diri untuk membuka chat dari Satria.

SatriaD: ya?

Singkat. Sumpah. Ini. Apa. Apaan. Coba.

"Gue mesti bales apa?" tanyaku ke diri sendiri. Aku mengetikkan beberapa kata, tapi aku hapus lagi, begitu terus.

"Tarik nafas, buang nafas, tarik nafas, buang nafas. Mesti jawab apa?!" Aku mulai frustasi sendiri.

Kanayanaya: lagi apa?

*send*

"Naya oon, kenapa malah bales gitu?" Aku ngedumel sendiri. Merutuki kebodohanku.















an: akhirnya bisa update setelah ke-mager-annya kambuh hahaha. Semoga yang nunggu ke lanjutannya ga kecewa ya. I hope you like this part. Jangan lupa vote dan aku menunggu komen dari kalian yang baca. Thank you for everyone who reads this story :)

ChatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang