p a r t 1

701 67 36
                                    

"Ah, 2 jam ya?" kutatap bosan layar ponselku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ah, 2 jam ya?" kutatap bosan layar ponselku. Lalu memasang earphone di telinga. Aku sedikit bersenandung kecil, menikmati Misery cover Julia Sheer dan Tyler Ward.

Mendadak, kursi yang kududuki menjadi sandaran yang nyaman. Aku melempar kepala ke sandaran itu dengan lamban. Mataku memberat, dan kantuk ini mulai mendatangiku. "Tidak bisakah ini lebih cepat? Oh Christ!"

Sudah ber jam jam aku hanya duduk di sini. Di ruang tunggu ini, sendirian. Kutolehkan kepala ke sudut atas, saat suara seorang wanita mengumumkan keberangkatan yang sebentar lagi akan lepas landas.

Yang bisa kulihat sekarang hanyalah sekumpulan manusia yang membuat suara berisik dari koper mereka, dan Puluhan orang yang mau maunya menghabiskan waktu untuk berantri di beberapa rumah makan. Bising bising suara peswaat terdengar sangat menggangguku. Ah! Mereka mengusikku.

Aku menghembuskan nafas kasar. Sementara suara koper yang bergesekan dengan lantai terdengar melewatiku. Aku menengoknya. Seorang gadis rupanya.

Kuperbaiki posisi dudukku menjadi sedikit tegap. Kuakui, ini pertama kalinya aku melihat gadis itu. Wajah orientalnya yang cantik dengan cardigan krem. Dia tinggi, jauh lebih tinggi dari ukuran gadis normal. Mungkin hanya setinggi dagu ku. Wajahnya seperti keturunan Portugis dengan rambut pirang pucatnya yang digerai sebahu.

Pagi ini awal musim dingin di New York. Dapat kurasakan suhu di sekitarku menjadi turun beberapa derajat. Kakiku bahkan terasa sangat dingin, tapi...dia begitu aneh. Bagaimana dia bisa bertahan sedangkan semua orang sedang menggunakan jaket berbulu tebal? Ah sudahlah, dia bukan urusanmu Ray.

Dapat kulihat, tangannya menggenggam sebuah tissue. Dia habis menangis mungkin? Ah benar saja. Hidungnya nampak memerah. Tapi entah kenapa, gadis itu menjadi terlihat sedikit, lucu. Ah dia..

Tanpa kusadari, seulas senyum mengembang di wajahku. Sejak aku menaruh pandang pertama padanya.

"Welcome!" teriakku pada diri sendiri. Menyedihkan ya? Aku tak peduli.

Kuhirup dalam oksigen di sekitarku. Sinar matahari yang cukup terik, membuatku tersenyum. Ah, di Indonesia lebih hangat rupanya.

Kutolehkan pandang ke sekeliling. Dapat kulihat, orang orang dengan rambut hitam dan kulit kecoklatan berlalu lalang menyeret kopernya. Pemandangan baru rupanya. Di Amerika, kulit seperti itu sangat jarang ditemui.

Aku menyingkir dari tangga pesawat, menuju ke bagasi yang sebentar lagi akan mengeluarkan koperku. Jam yang kuperkirakan menjadi waktu yang buruk, ternyata berjalan cukup menyenangkan. Karena mataku sepenuhnya tertuju pada gadis pirang itu.

Dia ya? Aku tidak mengerti ada magnet apa yang menarikku ke dalam manik cokelat itu. Dan..senyum ini, tidak pernah menolak untuk berhenti saat memandangnya.

Dapat kulihat dua koper hitam keluar. Aku menegakkan badan, menghampiri salah satunya. Kutarik gagang koper itu, hendak menurunkannya. Tapi sebuah tangan dengan cincin kecil di jari manisnya menyentuh bagian yang sama denganku-punggung tanganku-.

Horrible PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang