p a r t 15

111 14 8
                                    

[Pict: Elizabeth Gillies as Livinna Inteus]

---

Ray bersiul pelan sambil menyambar remote tv. Menghempaskan tubuhnya di bed sofa depan televisi. Tangannya mengais ngais biskuit di dalam plastik sambil mengganti ganti chanel.

Dirasa tidak ada yang menarik, ia tarik handphone yang terlempar di bawah rak televisi. Sementara sebelah tangannya sibuk mengscrool layar datar itu, tangan lainnya mencomot satu slice pizza dipangkuannya.

Di dalam handphone nya, baru saja masuk 3 email dari seseorang. Email email tersebut rata rata berisi bantuan untuk melindungi akses jaringannya dari serangan hacker jahat maupun virus atau worm.

[*] Worm : merupakan kode jahat yang sistem kerjanya seperti cacing. Menggandakan diri dan menyebar; tidak menopang pada file.

Ia membuka salah satu email dari sebuah perusahaan jaringan yang beroprasi di Brazil. Isinya adalah permintaan bantuan untuk menciptakan penyerangan perusahaan lawan dan pencurian sejumlah data daftar karyawan serta pencurian data utama perusahaan rival.

Tentu saja bayarannya mahal, karena saat ini dia bukan lagi script-kiddie. Sangat cukup untuk membantunya hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Selain itu, pekerjaan rahasia ini juga sangat menguntungkan. Barang barang mewah yang ia inginkan akan terwujud hanya dengan berdiri di depan komputer.

[*] Script Kiddie : adalah tingkatan level yang paling rendah, Mereka hanya tahu tentang dasar bagaimana memodifikasi Script atau Program dengan mencari artikel pendukung di internet, forum maupun Youtube.

"Aku akan minta apa ya.." Ray bergumam sambil menghidupkan komputer di dekat meja belajarnya. Sambil menyeret box pizza dan terus mengunyahnya tanpa peduli.

Rancangan worm-nya yang baru saja selesai kemarin malam ia gunakan untuk menembus masuk sistem perusahaan rival yang diminta sang klien.

Jarinya menekan enter, bersamaan dengan munculnya ratusan bahasa pemrograman yang ia ketahui sejak kecil. Begitu seterusnya hingga beberapa slide menayangkan bahasa yang bergulir ke atas dengan cepat.

Enter sekali lagi, worm tersebut dengan gesit menyebar dan menggandakan diri menelusuri data yang ia minta. Kurang dari dua menit data data yang ia maksud telah berhasil diunduh.

Ia tersenyum miring, menghabiskan sisa terakhir pizzanya sambil mengirimkan data tersebut pada kliennya via email.

Send your Porsche, man.

Ting!

Bunyi bel apartement nya terdengar pelan. Namun telinganya yang istimewa berhasil menangkap suara kecil itu. Ia beranjak dari kursi putarnya lalu menutup pintu kamar dengan pelan.

Kakinya bergerak cepat, menapaki lantai dingin. Ia mengira Ice yang datang, namun langkahnya memendek secara spontan ketika melihat sosok wanita dengan kacamata hitam yang sedang menyilangkan kedua tangannya di dada dan menunduk.

Wanita itu sontak berdiri tegak, sambil melepas kacamatanya ia berujar, "Rayan, sudah lama sekali." Wanita itu berujar malas. Raut muka enggan ia tunjukkan tanpa ragu, sama halnya dengan sang adik yang menatapnya tajam.

"Apa pedulimu." Ray menanggapinya dingin. Perlahan, Ray mundur beberapa langkah, membiarkan dirinya berada jauh dari wanita yang menatapnya kesal.

"Kau masih sama saja ternyata." Kakaknya itu mengurai tautan tangannya, dengan kesal dia mendekat. Namun Ray bergegas menjauh.

Horrible PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang