p a r t 16

131 14 11
                                    

Kuputar pandanganku ke belakang, tepat ke arah pintu masuk. Aku mendesah lega ketika menyadari dia tidak tau aku dan Zedd berada di sini.

Slrup...slrup...

Kembali kuputar kepalaku ke depan. Aku meringis melihatnya. Zedd menyedot sedikit demi sedikit frappucinonya melalui pinggiran cangkir minuman itu. Apa perlu kuberitahu dia kalau dirinya terlihat sangat konyol? Bocah ini...

"Kau bisa memesannya lagi, omong-omong." beritahuku. Zedd tersenyum sambil meletakkan cangkirnya. Aku hanya memutar mata dan menambahkan, "Kau konyol sekaligus menyebalkan!"

Bocah itu melongo membalas tatapan bosan yang kuberikan. Dia mencibirku, lalu membuang muka ke jendela. "Apa? Aku hanya minum, ini menyebalkan bagimu? Lalu aku halus minum dengan cala bagaimana? Lewat hidung atau lewat lubang telinga?"

"Yang benar saja." gerutuku pada akhirnya. Aku mendorong kursi yang dia duduki ke belakang, menghentakkan kakiku sekali dan membuat dia tersadar dari aksi bodohnya yang semakin menjijikkan. "Kita pulang!"

Zedd hanya berdecih lirih. "Dia pasti sedang PMS. Ah, gadis ini."

Aku menatapnya serius. Jika aku tidak salah dengar, "PMS?"

Zedd mengatupkan mulutnya, melirikku perlahan. Dapat kulihat, dia sedikit terkikik. "Kau kelihatan badmood sekali Ice. So..yeah."

"Tutup mulutmu atau kubiarkan kau yang menanggung bill-nya!" aku beranjak meninggalkannya. Kudengar, dia berlari ke arahku. "Ya, kau benal." ucapnya, aku hanya mendengus.

"Bial kutebak, ini kalena si blengsek Lay, iakan?" Aku menghentakkan kaki begitu mendengar perkataannya. Lagi-lagi bocah ini..

Aku sungguh menyesal mengenalnya. Bagaimana tidak, dia tahu semuanya tanpa perlu diberitahu. Aku meliriknya sekilas. "Lebih tepatnya, karena gadis itu..."

Zedd berpindah ke depanku, menyuguhkan tatapan bodoh yang sedari tadi dia tahan. "Whoa..kau cembulu lupanya!"

Tubuhku menegang dalam sekejap. Parahnya, darah sialan ini berhasil naik ke wajahku, sekaligus memberi Zedd lawakan gratis. Aku berdeham, membuat tawanya berhenti. "Bagaimana menurutmu jika kau dicium oleh seseorang yang brengsek?"

"Oh, maksudmu Ray?" Zedd pura pura berpikir. Apa perlu diberitahu juga kalau dia kelihatan tolol? "Hei! Aku kan laki laki-"

Sebelum Zedd menyelesaikan omong kosongnya, sebuah mobil yang tentu saja kukenal dengan baik berhenti di depan cafe ini. Jantungku berdegup kencang, perutku juga terasa mulas. Jangan katakan-

"Yeah lihat, mate-mu datang!" seruan Zedd membuat tanganku mengatupkan mulutnya. "Laay!" Sayangnya, tanganku tidak dapat menahan suara itu.

Dan begitu pintu mobil terbuka, mataku membulat dan mulutku terbuka lalu terkatup rapat. Saat Ray keluar sambil menarik tangan seorang gadis. Saat tangan itu juga menggenggamnya dan membuat sesuatu di dalam tubuhku serasa ditusuk.

Harusnya, aku tidak membiarkan Ray melihat mata merahku. "Kau bodoh!"

Aku mengeratkan cengkraman pada rokku begitu pandanganku terasa buram. Aku menarik nafas pelan, walau mungkin terdengar putus-putus.

"Kupikil kau tadi hanya bercanda. So- "

"Jangan katakan apapun tentangku!" Aku beranjak menjauh, saat menyadari sesuatu berjatuhan deras di pipiku. Tanganku mendorong Zedd mundur. "..atau aku akan membunuhmu!"


Aku memandang ke luar, tepat ke arah Porsche yang membawa Zedd pergi. Sekarang tempat itu sudah terisi mobil lainnya. Aku mendesah. "Siapa.. Dia?"

Horrible PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang