p a r t 13

155 16 14
                                    

[Pict: Johnny Orlando as Zedd Aldoph]

---

"Holy shit!" Dia tancapkan pisaunya pada batang pohon di tepi trotoar. Jalanan yang sepi, membiarkan suaranya terdengar lantang. Matanya memerah melihat selebaran berisi gambar seorang anak lelaki yang menatap datar. Itu fotonya. Tidak hanya satu, namun di semua tempat. "Grey fucking Sykes!"

Zedd menggulung selebaran itu, dia masukkan ke dalam celana lalu kembali berjalan. Mulutnya tidak bisa berhenti mengumpat saat melihat fotonya di setiap kali matanya bergerak.

"Damn it! Akan kubunuh anjing satu itu! Awas saja kau... Arghh!" rutuknya. Dia tendang bebatuan di tepi jalan keras-keras. Menunjukkan betapa kesal dirinya.

Ctak!

Batu yang dia tendang baru saja mendarat di pelipisnya. Zedd meringis lalu mendongak untuk melihat apa penyebabnya. "Whoa... Menakjubkan!"

Pagar kayu setinggi bahu berdiri rapuh di depannya. Kotak pos karatan berada di sebelahnya. "Ck! Plia itu semakin busuk saja kelakuannya."

Ia tendang pagar kayunya hingga roboh, memberi akses masuk baginya. Ia pandangi rumah tua di depannya. Genting berlumut yang hampir rubuh ke samping, dinding kayu yang rapuh dan terlihat lembab. Sementara rumput yang ia pijak sudah setinggi lututnya.

Brak!

Zedd membelalak lebar. Belum lagi dia membuka pintu rumah, pintu itu sudah terbuka. Bau alkohol bersamaan bau apek menguar begitu saja. Mau tak mau bocah itu harus menutup hidungnya.

"Grr... Aku-uhuk akan kaya..." Suara bariton diiringi cegukan di sela sela bicaranya. Mendengarnya, Zedd mengintip sedikit. Botol berwarna hijau dan putih berserakan di mana mana. Juga beberapa plastik berisi pil berwarna warni. Pria di dalam mabuk rupanya..

Pak tua, kalau tidak punya uang jangan hidup dengan taraf tinggi. Kau akan mati ditengah jalan, bodoh.

Zedd terkekeh pelan. Perlahan, Ia langkahkan kakinya masuk. Ruangan pertama yang diilihatnya hancur berantakan. Serpihan kaca tersebar rata di lantai. Selebaran-selebaran lengkap dengan fotonya tertempel di setiap dinding. Bocah itu menggeleng tidak percaya. "Sialan...dasal kepalat tua bangka..."

"Uhuk-10 juta...aku kaya.." Suara bariton itu terdengar lebih jelas. Zedd dapat melihat punggung telanjang membelakanginya, di depan kulkas. Punggung yang begitu dia rindukan bertahun tahun...

Pria itu meneguk sebotol bir, sesekali cegukan. Dia memejamkan mata, diiringi senyuman tipis di bibir. Tangan kirinya menggenggam selebaran berisi foto Zedd. Tawanya bertalu talu melihat tulisan yang tercetak tebal di bagian atas foto.

"Siapapun kau-uhuk jika melaporkan buronan ini...ke pihak berwajib-ekhekehehe... Akan mendapat imbalan 10 juta.. Haha! Kaya..." Dia baru saja membaca isi selebaran. Tangannya mengadah ke atas, sesekali bergerak naik turun. Seperti menghamburkan sesuatu yang tidak kasat mata bagi Zedd.

"Sumbel uangmu datang!" Bocah itu mendekati punggung ayahnya. Dia sembunyikan pisaunya di punggung, Zeds tersenyum kecil.

Pria itu menghentikkan aktivitasnya, mulai celingukan tidak jelas. Begitu dia berbalik, pupilnya melebar. Tawanya membahana, terlalu memekakkan untuk di dengar. Dia menatap rendah Zedd, persis seperti waktu itu. "Anak kucel... Ekhehehe! Sudah lama sekali."

"Kemarilah sepuluh juta ku~"

"Aku.. lindu Ayah." Wajahnya berubah kaku, tapi tetap menunjukkan senyuman mengerikan itu. Dengan perlahan, dia tancapkan sebilah pisau di tangan kanan sang ayah.

Horrible PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang