p a r t 12

54 6 5
                                    

"Zedd! Jangan coba lari dari pekerjaanmu! Sini kau pemalas!" Tangannya yang besar mencengkram erat lengan Zedd. Dia seret anak itu hingga tersaruk kerikil tanah. Jalanan yang sedikit basah, membuat lumpur menempel di bajunya. Setetes air matanya jatuh.

Pria itu melemparnya ke belakang pick up. Pantatnya terasa panas. Terik matahari membuat kulitnya terbakar. Debu pick up menempel pada lumpur di bajunya, membuat Zedd semakin terlihat lusuh. Tubuhnya terpental ke belakang saat pria itu melajukan kendaraannya secara kebut.

"Ayah...kita akan kemana?"tanya Zedd. Hanya bunyi deritan roda yang terdengar. Zedd merengut, ayah tidak akan pernah menjawabnya. Itu sudah biasa terjadi.

Jalanan terlihat lenggang, tidak seramai sebelumnya. Banyak perhutanan di kanan kiri jalan. Juga bangunan bangunan tua besar yang ditelantarkan pemiliknya. Yang lebih aneh terdapat lubang jurang di bawah hutan. Semua terlihat asing bagi Zedd.

Ciiitt!

Pick up digerakkan lebih cepat. Tidak jarang Zedd terbentur berkali kali saat melalui tikungan. Ayahnya seperti kerasukan. Zedd mendengar umpatan umpatan kasar yang dia lontarkan.

Pria itu membanting setir ke kanan-kiri dengan oleng. Tidak jarang dia menyalip beberapa kendaraan di depan. Zedd menggenggam tepian pick up, jantungnya berpacu cepat. Apa dia tidak bisa melihat lubang jurang di tepian jalan? Pria gila...

"Ayah..belhenti! Ughh.." Seisi perutnya serasa dikocok sepanjang jalan. Angin yang bertiup kencang menambah rasa mualnya. Rasanya, pria itu ingin membunuhnya sekarang juga. "Hentikan!"

Citt! Brak!

Mendadak, pick up dihentikan secara kasar. Pria itu turun dari kemudi, memandang Zedd tajam."Jadi kau mau turun?!"

Zedd langsung bungkam. Wajahnya menunjukkan betapa takut dirinya. Sang ayah terkekeh pelan, sekilas bibirnya menyeringai. Ia membuka mulut. "Akan kuturuti...anakku sayang!"

Lagi, tangan kasar itu berhasil menangkap bahunya. Dia seret tubuh kecil Zedd turun lalu dia banting ke tepian jurang. Zedd meringis sakit, dibelakangnya terdapat lubang dengan kedalaman beribu meter. Tubuhnya bergetar ketakutan, tetes demi tetes air matanya berjatuhan deras. "Ayah..t-tapi aku tidak mau belhenti di--"

"Berani melawan, hah?!" Ayahnya mencengkram kerah bajunya kuat. Kakinya yang bergetar terangkat naik. Sepasang mata yang dulu menatapnya lembut, kini menatapnya penuh benci. "Dasar anak durhaka! Sudah dituruti malah menentang!"

Zedd hanya terisak mendengar bentakan sang ayah. Lehernya terasa sakit untuk menggeleng. Dia tidak akan berani berkata tidak. Anak itu terlalu takut. Namun ayahnya justru mengeratkan cengkramannya, membuat Zedd sesak.

"Akh-le..pas.." Zedd meronta lemah. Dia pukul tangan ayahnya dengan kuat. Tapi tidak pengaruh untuk tangan ayahnya yang lebih kuat dari pukulan lemahnya barusan. Pria itu menatap Zedd rendah. Sebuah kekehan terdengar dari mulutnya. "Baiklah...nikmati permintaanmu!"

Cengkraman di lehernya lepas, tubuhnya terayun bebas ke bawah. Air matanya berurai. Dia melihat ayahnya tertawa bahagia. Melihat detik detik kematiannya sendiri. "Ayaaaah..."

---

Bocah itu membuka matanya pelan, memandangi perabotan mewah yang terlihat baru, dinding yang bercorak indah dan ruangan yang terasa sejuk dan pasangan yang.. Uh, wajahnya langsung memucat.

"Aaaaaa! That's hot!" Kedua orang itu menoleh ke samping. Tubuhnya saling melepas, terlihat terkejut. Si lelaki beringsut mendekati bocah itu. Tangannya membekap mulut kecil yang tidak terkatup sama sekali.

Horrible PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang