part 23

134 7 11
                                    

Setelah Ray mencoba membuka pintu besi dengan kedua tangan kosongnya, setelah dia memintaku mengambil benda tajam apapun, setelah akhirnya dia menemui kegagalan dan memilih untuk menendangi pintu dengan kaki telanjang, setelah semua itu, aku memutuskan untuk memanggil bantuan Zedd.

"Tidak perlu. Dia hanya pembawa sial." Ray mencegah. Tangannya yang merah memperingatiku agar tetap duduk. Sebisa mungkin aku menggeleng dan membalas, "Lebih baik daripada kakimu patah."

Setelah mendengar helaan nafas pasrah Ray, aku melangkah pergi. Membuka kenop pintu kamar dan membuka pintunya lebar-lebar. Dengan posisi tidak normal, aku melihat Zedd terlelap. Maksudku, bayangkan saja, dia tidur semalaman dengan kaki ditekuk sampai ke atas kepala, lehernya menekuk di bawah dan giginya menggigiti jempol. Seperti atlit yang akan memulai aksi akrobatik nya.

Aku memilih untuk berteriak "Tidak ada acara untuk hibernasi Zedd!" tepat pada lubang telinganganya yang berhasil membuat dia terbangun lalu berguling.

Zedd mengucek mata, menguap, menggaruk rambutnya lalu membuka mata kepadaku. "Lebih baik telambat untuk sup melica. Lambungku sakit, kau mau aku muntah?"

"Tidak ada acara sarapan pagi seperti di panti sialan asuhan mu itu. Cepat bangun dan bantu aku." tepat sebelum aku menjawab, Ray mendahului. Dia melipat tangan di dada menunggu Zedd dari aksi pengumpulan nyawanya.

"Tidak jika salapannya sup melica. Kau-"

"Zedd go to Aldorph!" aku menarik tangannya sebelum dia bisa menyela. Zedd merengek, mengumpat, memukuli punggungku sampai aku melemparnya pada pintu besi.

"Argh! Aku jadi belnostalgia pada masa lalu." Zedd membersihkan belakang celana yang kotor dan menambahkan. "Penyiksa tua sialan. Eh, kau masih muda. Tapi, eum...bisa dikatakan sedikit tua. Wajahmu mulai keliput."

"Kalau begitu aku nenek yang cantik."

"Nenek? Tapi kita bahkan belum membuat anak. Oh, tenang saja, kita akan melakukan itu setelah berhasil membuka pintu." Ray mengedipkan sebelah mata padaku setelah memukul pundak Zedd untuk mencoba.

Tangan kecilnya bertumpu pada gagang pintu, mengerat, mencoba menariknya. Tapi dia tidak cukup kuat tanpa kakinya yang mulai membantu. Zedd mengerang, sedikit ditambahi desisan, melepaskan gagang pintu, membenturkan kepalanya, mengumpat lalu menendangi pintu. Seperti Ray, dia mendapati kegagalan.

"Kulasa, dynamit di laci dapat membantu." Zedd beranjak menuju laci di dekat jendela. Merogoh rogoh, sesekali melirik ke dalam dan kemudian menutup laci kasar. "Tapi kulasa, fasilitas lumah ini tidak lengkap."

Aku menepuk kepala. Mulai mengikuti Ray menyandar pada dinding. Helaan nafasnya setara dengan panas yang merambat di dinding. Aku bisa melihat keringatnya menetes ke tanah, disusul keringatku.

"Rasanya, aku ingin meledakkan pintu ini. Kita tidak akan tidur nyenyak sebelum melihat ada apa di dalam." aku hanya bergidik tanpa menimpali.

"Mungkin, kulasa, kau halus memanfaatkan gambalan panahmu, meski sedikit tidak nyambung."

Zedd mulai berjongkok. Jarinya menggores lantai membentuk panah-panah abstrak. Sesekali dia menghapus panah panah kecil, membuat yang lebih besar lalu benar-benar dihapus oleh sol sepatu Ray.

"Sama sekali tidak membantu, bodoh. Gambaranmu lebih tidak jelas lagi." Ray menarik Zedd berdiri. Menyeretnya ke pintu depan. Sebelum Ray membuka gagang pintu, dia menoleh dan berteriak. "Jangan sia siakan kesempatan ini!"

"Kau memang sialan, Lay!"

Zedd menatap jengah Ray yang mulai membuka jendela di samping rumah pria botak yang terhubung langsung dengan lab percobaan. Ray setengah tergelak saat memanjat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Horrible PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang