p a r t 7

89 11 4
                                    

"Ada lagi, nona?" Aku menggelengkan kepala. Pelayan itu tersenyum masam lalu beranjak pergi.

Jarum jarum putih yang turun deras berangsur angsur menjadi rintik. Aku tersenyum, sebentar lagi hujan reda. Kutuang sedikit wine ke dalam gelasku. Minuman ini akan sangat cocok saat hujan seperti ini.

Lagi, aku menunggunya. Aku lirik sedikit ponselku, tidak bergetar sama sekali. Apa dia tidak datang ya? Begitu..

Kakiku sedikit menggigil. Rupanya cardigan ini tidak cukup hangat. Aku teguk sedikit demi sedikit wine ku. Mendadak, tenggorokanku menghangat lalu tubuhku.

Kusandarkan kepalaku ke atas meja. Mengingat ingat wajah Felix. Kalau dipikir pikir hampir dua minggu kami tak saling menghubungi. Sibuk alasannya. Memang benar, aku jadi semakin merindukan Felix.

Ting!

Bel di dekat pintu masuk berbunyi. Aku menoleh ke belakang dengan cepat. Secepat pelukan itu merengkuh tubuhku. "Felix.."

Aku balas memeluknya lebih erat. Dia hanya terkikik geli. "Ice kau ini..aku datang!"

Felix beranjak duduk di sampingku. Aku memandang wajahnya. Senyuman itu tidak pernah luntur sejak memelukku tadi. Rambutnya sedikit basah. Mungkin karena hujan di luar. Kalau dilihat lagi, Felix sangat manis.

"Kau memandangku terus dari tadi. Tidak haus?" tawarnya. Aku menerima segelas wine dari tangannya dengan menunduk. Pipiku sangat merah. Dengan gugup, aku teguk wineku. "Oh ya, kau tinggal dimana?"

"Apartemant...tidak jauh dari sini. Kenapa?" tanyaku balik. Felix menggidikkan bahu sambil tersenyum. "Aku..ingin mengajakmu tinggal bersamaku. Kita bisa menghabiskan waktu bersama kan? Haha.."

Aku nyaris tersedak mendengarnya. Kuletakkan gelasku, lalu menangkup wajahku. Aku merasa...sangat malu. Felix mendekatkan kursinya, tangannya merangkul bahuku. "Kau bisa berkunjung nantinya. Mau kan?"

"Ah..tentu saja!" senyumku. Kudengar dia bersorak 'yes' pelan. Lelaki ini..

Drrt..

"Ini ibu....sebentar!" Felix beranjak ke dekat jendela. Dia ingin mencari tempat yang lebih privasi tentunya. Kulihat, dia memandangku sebentar...sedikit kecewa. Lalu melanjutkan obrolannya di telfon. Memang ada apa?

"Ice..maaf aku harus pulang. Kau tau lah, menata kamar bukan pekerjaan yang akan kuberikan pada pesuruh." ucapnya. Jadi dia pergi begitu saja? Rasanya aku ingin bersamanya lebih lama. Tapi aku menyembunyikan itu dengan senyumku. "Tak apa kan? Atau aku perlu mengantarmu pulang?"

Aku menggelengkan kepalaku. "Tidak perlu. Lagipula kau harus menata kamarmu. Aku akan...baik baik saja."

Bohong..

Felix tersenyum lebar. Tanpa kuduga, dia peluk tubuhku. Tangannya melingkari leherku. Aku balas memeluknya. "Jaga dirimu.."

Dia melepas tangannya dan berjalan keluar cafe. Aku mengikutinya, sedikit tidak ikhlas. Tapi bagaimana lagi...ah aku terima saja. Mobil benz-nya sudah dia masuki. Kepalanya melongok keluar, ke arahku.

"Da-ah.." teriaknya.

Aku tersenyum, melambaikan tangan. Setelah mengucap itu dia benar benar pergi. Hujan tiba tiba saja deras, orang orang di trotoar tempatku berdiri terlihat riuh dan panik dengan urusannya. Para pesepeda mulai menepi, dan payung payung mulai terlihat menjamur di jalanan.

"Sial! Aku tidak bawa payung.." Hujan ini membuat basah pakaianku. Tidak hanya baju, tapi sampai ke sepatu. Apa aku terlihat seperti gadis malang sekarang?

Horrible PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang