#5 Must Be?

175 10 0
                                    

P.S: Dennis Kim over there, ganteng kan??

Happy reading, guys!
.
.
.
.

Author POV

Jelas, gadis berambut panjang tergerai itu jelas-jelas tau kalau Dennis bukan laki-laki yang baik. Sudah pasti, hatinya menolak mentah-mentah tiap kali pernyataan cinta Dennis terlontar untuknya. Namun terpaksa kali ini ia menerimanya. Menerima cinta Dennis -yang katanya beruntung memiliki pria blasteran itu, padahal tidak sama sekali- dengan setengah hati. Apalagi kalau bukan masalah perjodohan demi hubungan bisnis? Memuakkan.

Baru satu minggu ia meresmikan hubungannya dengan Dennis, bule itu sudah berbuat yang aneh-aneh. Mulai mengajak Ji He menonton blue movie yang sungguh menjijikkan hingga meminta Ji He untuk mempraktikkannya di atas ranjang bersamanya.

Bule itu benar-benar gila!

Apa hidupnya hanya untuk memuaskan hasrat seksualnya?!

Sinting!

"APA?!! Kau sudah gila kalau mau menerima ajakannya, Ji He! Jangan bilang kau menerimanya? Jangan bilang kau juga menginginkannya? Kau gila Ji He! Mati saja kau sana, kubur dirimu sendiri di tanah dan jangan anggap aku adikmu atau apalah-hmpphh..." Ji Ha melotot marah. Di tepuknya tangan kurus Ji He dengan keras agar melepaskan bungkaman tangannya.

Ji He melotot, "Aku belum selesai, Ji Ha. Sekali lagi kau bicara sebelum aku selesai, aku akan membakar semua foto petinju-petinju itu. Arrachi, dongsaeng?" Ji Ha mengangguk cepat-cepat. Ia lebih baik menjadi pendiam sejenak, daripada melihat foto limited edition yang ia jepret sendiri selama pertandingan itu hangus.

Ji He melepas bungkaman tangannya pada mulut Ji Ha lalu mengelap telapak tangannya itu ke sofa.

"Ku harap, aku kena rabies agar aku bisa membunuhmu saat ini." omel Ji Ha. Ji He menoleh, "Kalau kau mau jadi anjing, silahkan.."

"YAK!"

"Arra, arra.. Mianhe."

"Aku maafkan. Jadi bagaimana? Kau menerima ajakannya?" Ji He menggeleng kuat-kuat, "Aku tidak bodoh! Aku langsung menolak semuanya. Tapi aku takut, Dennis akan bicara pada appa yang bukan-bukan. Aku takut perusahaan appa bangkrut atau apa."

"Kau penakut Ji He. Ini demi harga dirimu! Katakanlah yang sejujurnya, appa takkan marah jika ini menyangkut putrinya." Ji Ha berkata sambil menatap kosong akuarium di depannya. Lalu kembali menulis sesuatu di atas buku tulisnya, mungkin tugas sekolah.

Aku menghirup udara banyak-banyak lalu menghembuskannya perlahan. "Kau mudah bicara, Ji Ha. Kau tak tau bagaimana posisiku."

"Kalau begitu biarkan saja bule itu menjamahmu seenaknya, lalu ia akan meninggalkanmu seenak perutnya. Kau akan hidup dalam kesengsaraan setelahnya dan kau akan mati bunuh diri dengan mengenaskan. Lalu appa dan eomma baru menyesal setelah tau masalahmu dan mereka akan hidup dengan penuh penyesalan selamanya. Hidup padahal mati. Kau mau begitu?"

Ji He menggeleng, lalu menatap ikan-ikan Ji Ha yang tengah berenang kesana kemari.

"Kalau begitu, katakan pada appa. Jelaskan semuanya agar appa mengerti, unnie. Hidupmu terlalu indah untuk dipenjarakan urusan bisnis. Biarkan saja appa tau. Kalau appa bangkrut hanya karena hal ini, kau tak usah khawatir. Appa kita orang yang hebat, selama appa masih memiliki kita. Kau salah jika appa akan mati bunuh diri atau serangan jantung karena bangkrut. Keluarga kita itu kuat."

Ji He memejamkan matanya lalu berjalan menuju balkon kamar Ji Ha. Ia memeluk dirinya sendiri dengan erat saat dinginnya angin malam berhembus. "Aku bingung Ji Ha. Hidupku tak semudah itu."

Unexpected (Jung Sister Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang