#2 Song Ji He

303 11 6
                                    

Author POV

Ice princess, panggilan khusus untuk Song Ji He. Panggilan itu bermula dari sikapnya yang dingin saat laki-laki yang tidak ia suka menembaknya.

"Aku menyukaimu, Song Ji He! Jadilah pacarku!"

"Lebih baik kau makan dan tumbuh menjadi lebih gemuk dan tinggi. Kau terlalu kecil untuk terlihat olehku."

Atau,

"Kau cantik, Ji He. Aku su–"

"Tidak. Pergi sana."

Atau yang ini,

"Jadilah–"

"Kau mau Ji Ha membunuhmu? Pergilah."

Namun seiring berjalannya waktu, sikapnya berubah. Sikapnya tak lagi dingin saat menolak laki-laki yang tak ia suka. Ia akan menolak dengan senyum yang sangat cantik, namun kata-katanya akan menohok siapapun yang mendengarnya...

"Kau mau mati muda? Pergilah.."

Song Ji He kecil memang sosok yang sangat memukau sejak dulu. Ia tak seperti anak perempuan kebanyakan yang hanya tau bermain masak-masakan, bermain peran sebagai putri, dan bermain layang-layang.

Eh, ralat, hanya anak perempuan seperti Ji Ha yang bermain layang-layang.

Ji He kecil selalu terlihat anggun dan dewasa sekali untuk anak berumur 6 tahun. Dan ia selalu nampak cantik. Sepertinya ia sudah pandai merawat diri sejak ia kecil. Tangannya lembut, rambutnya halus dan harum, kulitnya putih bersih, tubuhnya ramping dan tinggi, serta kakinya jenjang. Dia lebih terlihat seperti boneka hidup dibandingkan manusia.

Walaupun, sifat kanak-kanak dalam dirinya masih suka keluar. Yang membuat ia di beri hadiah sumpah serapah oleh adiknya sendiri, Song Ji Ha.

Sorot mata bulatnya selalu tampak sedih. Seolah ada beban berat di sana yang tak bisa ia lepaskan begitu saja. Dan ia jarang tertawa lepas seperti anak kebanyakan, hanya tertawa kecil dengan durasi sekejap. Mungkin karena itulah ia terlihat anggun.

Namun saat bersama Ji Ha, ia berubah menjadi pribadi lain yang lebih ceria. Ia menjadi berbeda. Dan lebih gila. Jika sudah begini, Song bersaudara akan terlihat sangat mirip yang membuat setiap orang yang melihatnya akan menggeleng heran, bergidik takut, dan menghembuskan napas lelah yang teramat. Karena sudah dapat dipastikan jeritan, umpatan, teriakan dan lainnya yang akan memenuhi gendang telinga hingga terasa mau pecah.

Membuat Ji Ha menjerit dengan suara melengking, menangis hingga meraung-raung, tertawa hingga terguling-guling, merengek, atau marah sampai mengamuk adalah salah satu hobi favorit Ji He.

Seperti waktu itu....

Song bersaudara tengah asyik bermain layang-layang di taman belakang rumah mereka. Ralat, mereka tidak bermain. Namun bertarung.

"Aku pasti menang darimu, unnie. Ini keahlianku! Layang-layangmu pasti tidak akan bertahan lama, unnie. Lihat saja, kau akan mati. HAHAHA!!" Ucap Ji Ha kecil sambil tertawa keras. Wajahnya menyeringai seperti setan cilik. Tangannya sibuk menarik ulur benang layang-layang dengan semangat. Beberapa kali layang-layangnnya hampir menyentuh layang-layang Ji He dan menjatuhkannya, namun gagal karena Ji He pandai mengelak.

"Hei, Song Ji Ha..." Panggil Ji He. Ji Ha menoleh, "Apa? Unnie menyerah? Unnie sudah merasakan kehebatanku? Aku sudah tau itu, unnie."

Ji He menggeleng, "Ani... Aku ingin ke kamar kecil. Tolong jaga layang-layangku ya? Nae dongsaeng.."

Ji Ha mengerutkan keningnya sambil membuka mulutnya lebar-lebar, tanda ia tidak mengerti. "Kamar kecil? Memangnya kita punya? Kamar di rumah kan besar-besar, unnie..."

"Maksudku toilet. Ah, aku sudah tidak tahan. Pegang ini! Ingat, jaga benar-benar! Jangan curang dan tunggu sampai unnie kembali, ne?"

Ji Ha mengeluh, mengerucutkan bibirnya lucu lalu kembali bermain dengan bersemangat walau sendirian. Dan kerepotan karena harus memegang dua layangan sekaligus.

5 menit berlalu....

"Kemana unnie? Lama sekali...." Keluh Ji Ha. Sesekali ia menyeka keringatnya kasar. Hawa musim panas dan teriknya matahari membuatnya terasa terbakar.

15 menit berlalu.......

30 menit.... 

"YAK! SONG JI HE! APA KAU MATI DI TOILET? LAMA SEKALI?!"

1 jam kemudian dengan rasa marah  ditambah rasa panas, haus, lapar, bosan, serta lelah yang memuncak, Ji Ha masuk ke dalam rumah. Kaki kecilnya yang kotor, wajahnya yang kumal, dan kulitnya yang gosong karena terbakar matahari membuat ia seperti es krim coklat yang mau mencair berjalan.

"YAK, JI HE!! KAU MAU MATI MUDA?! KEMARI KAU!" Teriak Ji Ha saat mendapati Ji He tengah makan popcorn dan menonton Disney Channel.

"Mmpppff.... HAHAHAHA!!! Ya Tuhan! Jelek sekali kau, Ji Ha! Yak! Jangan tekuk wajahmu, kau jadi semakin jelek. HAHAHAHA!!" Tawa Ji He meledak. Ia tak berhenti tertawa hingga berguling-guling di atas karpet.

"YAK!!"

Kilat amarah terpancar dari mata Ji Ha. Tanpa pikir panjang, Ji Ha melompat ke arah Ji He. Menindihnya lalu menjambak rambut panjang Ji He.

"YAK, SAKIT!!"

"Mati kau Ji He."

Lalu mereka bergulat hingga akhirnya dilerai paksa oleh para pembantu rumah.

Terbukti, kan, jika Song bersaudara tak pernah akur.

.
.
.
.
.

"Ji He sudah gila, makanya menyebalkan."

"Ji Ha, apa kau lupa cara bercermin?"

*****

Unexpected (Jung Sister Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang