20⟩ Broken Hearted

1.5K 151 10
                                    

Hari ini, Adalah hari dimana Linneas tidak akan pergi kesekolah lagi, pergi ke Cafètaria untuk menghabiskan waktu istirahatnya, dan mungkin tidak pergi untuk bertemu Niall lagi.

Ia sudah menyelesaikan test akhirnya kemarin, dan sekarang ia hanya duduk di pinggir jendelanya sembari mendengar burung yang berkicau.

"Why can you do this for me?" Gumamnya pelan. "I'm hurt, can you just see that?!"

Untuk yang kesekian kali ia memutar balik otaknya, terus memutar kejadian yang terjadi beberapa hari yang lalu. Semua ini memang sangat sulit, Disaat kau harus mencintai orang yang suka perpura-pura.

Tapi yang aneh adalah, Kini airmatanya sama sekali tidak bisa keluar. Bahkan untuk terbuat pun tak bisa, Seraya mengetahui jika sang empunya mata tidak sanggup jika harus terus-menerus menangis.

Tokk.. Tokk..

"Linn, Ayo kita sarapan dulu," Teriak Ibunya dari depan pintu kamar yang rapih terkunci. "Kau belum makan apapun dari semalam, kan?"

Linneas menatap pintu itu dengan tatapan miris. Bagaimana bisa ia melupakan orangtuanya karna masalah pribadi? Anak macam apa dia?!

Seraya menarik nafas, ia beranjak dari posisinya lalu membuka pintu itu dengan perlahan. Menatap raut wajah Ibunya yang terlihat sangat khawatir.

"Astaga, Mengapa putri kecilku menjadi seperti ini?" Tangan kanannya ia gunakan untuk menyelipkan poni panjang Linneas ke belakang telinganya.

"I'm fine, mom.." Balas Linneas pelan. Tapi ibunya lebih tau yang sebenarnya.

"I know you're not fine. No one can be fine with loosing person who they really love." Linneas tersenyum simpul.

Detik selanjutnya, Ibunya merangkul Linneas dan membawanya menuju Ruang makan, Dimana sang ayah sudah menunggu Putri Kecilnya yang sangat ia sayangi.

"Here you are.." Ucap sang Ayah sembari tersenyum manis pada Linneas. "Duduklah Linn, kita sarapan bersama.."

Linneas tak menjawab, ia hanya langsung melakukan perintah sang Ayah. yaiti Duduk di kursinya.

"By the way, Kami tidak akan menetap di England," Ucap sang Ibu sembari mengoleskan selai pada Selembar roti. Linneas menatap Ibunya tak percaya.

"What? Lalu bagaimana denganku?" Tukasnya dengan nada tinggi.

"Kau tidak akan sendiri disana, sayang.."

"Ya tentu, Karna banyak pelayan rumah, isn't them?"

Ayahnya menghembus nafas berat, "Dengar, Kami menetap disini karna kami ingin kau bersekolah dengan benar disana. Sebenarnya kami juga ingin menemanimu, Tapi semua tak semudah itu.."

Linneas terdiam. Walaupun ia sangat membutuhkan kedua orangtuanya, ia juga tidak bisa Egois. Orangtuanya pasti punya sesuatu untuk dilakukan di California.

"Huh.. Tak apa. Lagi pula, Nanti aku pasti akan menemukan teman baru disana." Kata Linneas yang sepertinya sudah mulai pasrah atas keputusan orangtuanya.

Ibunya tersenyum, "Kami akan sering mengunjungimu, I'm promise." Ucapnya. Linneas pun ikut tersenyum lalu memeluk ibunya erat.

"I'm gonna miss you, Mom.."

"Me too, Darling,"

"Oiya.." Ujar sang Ayah tiba-tiba, Linneas menoleh. "Bagaimana, Jika 1 minggu sebelum kau ke England, kita berlibur bersama? Sudah lama kan kita tidak liburan?"

Linneas tersenyum dan langsung mengangguk setuju. Lebih tepatnya, Ia sangat senang mendengar Ayahnya akan mengajaknya berlibur.

Mengingat liburan terakhir mereka saat Linneas masih berumur 4 tahun.

My First Love, Niall! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang