12⟩ That moment

1.4K 137 5
                                    

Niall menutup pintu kamarnya. Setelah apa yang ia lewati malam ini, ingin sekali ia mengistirahatkan kepalanya sejenak.

"Apa yang terjadi padaku?" Gumamnya sembari memijat keningnya pelan.

Ia pun langsung mengusap wajahnya gusar dan masuk kedalam kamar mandi.

Setelah semua rapih, ia sudah kembali dengan setelan baju tidurnya. Kali ini ia memakai Kaus putih tipis dan celana Boxer sepaha.

"Ingat tujuanmu, Niall. Just for make her broken, not for make you broken!" Teriaknya dalam hati.

skip.

"Kau sedang tidak bercanda kan?!" Pekik Lily kaget setelah mendengar cerita Linneas.

"Apa aku pernah bercanda soal ini?" Balas Linneas lemas. "Huh.. Apa yang harus ku lakukan?"

Lily terdiam, Berfiki, sebenarnya. "Aku tau kau juga menyukainya. Tapi apa kau tidak merasa jika ini terlalu cepat? Mencintai orang dalam waktu 2 Minggu kurang? Oh yang benar saja!"

Hmm, Lily benar.

"Kau benar Ly, ia tidak mungkin mencintaiku hanya dengan waktu 1 minggu lebih 5 hari." Jelas Linneas dengan fikiran yang masih terus berputar.

"Menurutku, Jika ia memang benar-benar mencintaimu, Ia akan memperjuangkanmu lebih keras lagi. jadi, Jalani dulu saja apa yang akan terjadi selanjutnya." Linneas mengangguk, ia mengerti apa maksud Lily.

"By the way, Sebentar lagi mungkin ia akan menjemputku. Aku harus bersiap!" Ujar Linneas.

"Tungu!" Tahan Lily. "Jadi maksudmu, kau membiarkan aku pergi sekolah sendirian?"

"Aku? Mungkin iya.." Balas Linneas, "Tapi Calum tidak!"

"You're not Kidding, right?"

"Apa kau kira ia akan benar-benar membiarkanmu pergi sekolah sendirian?"

Lily memutar matanya malas, "You win. Sekarang cepat ambil tasmu, Aku akan memakai sepatuku."

Linneas pun hanya berdeham malas lalu terkekeh, ia pun berlari kecil ke kamarnya untuk mengambil tas sekolah lalu kembali ke tempat Lily menunggu.

Tinn... Tinn..

"They here?" Ujar Linneas yang baru saja turun dari tangga. Lily mengangguk lemah dan memakai tas sekolahnya.

"Hmm." Balas Lily. "Ingat pesanku, Jika ia memang menyukaimu, ia akan memperjuangkanmu!"

"Iya, aku paham."

"Great, now let's go."

Mereka berdua berjalan keluar Rumah Linneas tanpa bergeming sedikit pun. Lily sibuk dengan ponselnya, Sementara Linneas masih memutar otaknya dengan bayangan 'Apa-yang-harus-dilakukan-?'

"Black one is yours, and Silver is mine. Got it?" Kata Lily dengan nada Humor. Linneas pun tertawa kecil setelah mengangguk.

Mereka berpencar lalu masuk kedalam mobil 'Jemputan' masing-masing.

BUGH..

"Maaf membuatmu menunggu." Kata Linneas pelan pada Niall.

Lelaki itu pun mengembangkan senyum manisnya dan mengangguk, "5 menit tidak berarti untukku, Jika itu didasarkan olehmu."

"Stop it!" Tukas Linneas sembari terkekeh kecil. Ia menonjok bahu Niall pelan.

"Okay Okay..!" Niall terkekeh. "Kau tidak ingin terlambat kan?"

Linneas menggeleng, masih dengan senyum tipisnya, Yang membuat Lelaki dihadapannya itu membeku seketika dan masuk ke alam Imajinasinya.

"Um.." Linneas mengibaskan tangannya di depan wajah Niall, "Apa kita bisa jalan sekarang?"

SRT..

"U-uh, Hah? Y-ya tentu." Niall menyalakan mesin lalu menginjak gas mobilnya untuk melaju pergi dari Rumah Linneas.

******

"Ada yang terjadi antara Linneas dan Niall ya?" Calum memandang Lily serius setelah melontarkan pertanyaan itu. Sementara yang ditanya, Hanya menggidik bahunya, pertanda ia tidak tahu.

"Entahlah, Linneas belum cerita apapun padaku.." Jawab Lily bohong. Kalian sudah tau yang sebenarnya bukan?

"Ohh.." Jawab Calum. "-Kau ada acara hari ini?"

"Tidak, kenapa?"

"Nanti siang, Aku ingin membeli beberapa Kebutuhan Prakarya. Tidak keberatan kan jika aku memintamu untuk menemaniku?"

Lily tersenyum dan mengangguk, "Tentu. Pulang sekolah kan?"

"Yep, pulang sekolah. Aku akan menghampiri mu kekelas." Balas Calum, Lagi-lagi Lily mengangguk.

"Sebentar lagi bel masuk, Lebih baik kau ke kelas."

"Ya, kau benar. See ya, Lils!"

"Bye, Cal.."

skip.

Luke, lelaki ini sedang asyik tertidur di ruang UKS. Hari ini memang ia merasa tidak enak badan, Jadi ia meminta izin pada Ketua UKS untuk tidur disana.

Matanya mengerjap beberapa kali karna mendengar hordeng pembatasnya terbuka secara perlahan.

"Are you okay?" Suara lemah itu begitu saja masuk ke dalam telinga Luke, membuat ia membalikan badannya dan tersenyum seketika.

"I'm fine." Ujar Luke pelan. "-Sedang apa kau disini?" Lanjutnya.

"Aku? Calum bilang jika kau sakit, Dan sebagai sahabat yang baik, aku akan menjagamu disini."

Senyum Luke makin mengembang, Um bukan, Lebih tepatnya tertawa kecil. Sementara orang itu -Gadis itu maksudku- juga ikut terkekeh dan duduk di pinggir ranjang Luke.

"You know tsan, you really really a kind girl. Thankyou..." Tsaniya, yeah tsaniya, tersenyum dan mengangguk membalas ucapan Luke.

Setidaknya ia bisa melakukan sesuatu untuk orang yang ia sayang.

"Luke, Kau masih memperjuangkan gadis itu?" Tiba-tiba saja pertanyaan itu terlepas dari bibir mungil tsaniya. Yang membuat Luke langsung mendatarkan ekspresinya.

"Entahlah, Aku hanya merasa jika ia akan menjadi Milik Niall nantinya." Jawab Luke dengan miris.

Apa ia akan melupakan Linn? Itu artinya aku akan mendapat kesempatan?, Batin Tsaniya.

"-Tapi bukan berarti aku akan berhenti memperjuangkannya. Menjadi milik Niall bukan berarti ia juga akan menjadi jodoh Niall."

DEG!

Baru saja gadis ini tersenyum atas 25% kesempatannya untuk mendapatkan Luke, tiba-tiba saja Lelaki itu membuat persentase menurun menjadi 0,000003%

Poor.

"Ya, kau benar. Ia belum tentu akan menjadi Jodoh Niall bukan?" Balas Tsaniya dengan senyum paksa. "Tetaplah berjuang untuknya, Kau pasti bisa!"

Luke mengangguk senang, "Terimakasih!"

Bersambung...

-chaelsa

My First Love, Niall! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang