30⟩ See you, Linneas!

1.4K 130 5
                                    

Linneas sedang berdiam di kamar besar bernuansa biru ini. Sejak tadi pagi ia memang menjadi lebih diam dan tidak banyak bicara.

Ia terus duduk di balkon kamarnya dengan lengan yang ia lingkarkan di kedua dengkul kakinya. Rasanya, otaknya masih berat mencerna keadaan ini.

Tok.. Tok..

"Linn, Pesawatmu akan berangkat 1 jam lagi. Ayo bersiap." Suara wanita paruh baya itu terdengar lembut dari balik pintu kamar yang tertutup rapat. Linneas sekilas melirik dan melepas nafas pasrahnya sebelum akhirnya ia mengambil koper besar berwarna merah muda lalu segera keluar dari kamarnya.

Langkah demi langkah ia lewati dengan berat. Menuruni satu per satu anak tangga dengan keadaan tangan yang membopung Koper besarnya.

"Kau sudah siap?" Ayahnya terlihat datang dari sebelah kanan tangga lalu membantunya untuk membawa koper itu.

"Hm, Sudah." Jawab Linneas dengan senyum miris yang senantiasa menghias wajah cantiknya itu.

"Niall sudah di depan, Kau akan pergi bersama Niall dan ayah akan mengekor dari belakang." Jelas Ayahnya sembari menyeret koper Linneas. Gadis itu tidak menjawab dan hanya mengikuti ayahnya dari belakang.

Sampai di depan Rumah, Linneas sudah melihat mobil Niall yang terparkir di pekarangan rumahnya. Ia tersenyum kecil lalu menghampiri kekasihnya itu.

"Hey.." Sapa Niall melihat kedatangan Gadisnya. Ia tersenyum.

"Kau tidak seharusnya menjemputku," Kata Linneas lalu memeluk Niall. Niall membalas pelukan itu sampai akhirnya pelukan terlepas.

"Hanya mengutamakan prioritas." Kata Niall. Pipi Linneas pun memerah dan ia melakukan kebiasaan gugupnya. Mengulum senyum.

"Sudah ayo berangkat." Seraya mengangguk untuk mengiyakan Ucapan Linneas, Niall membuka pintu mobilnya, mempersilahkan Ratu hatinya untuk masuk kedalam mobil sport hitam miliknya.

******

Niall tersenyum simpul melihat Ke-empat sahabatnya sudah berada di bandara menunggu kedatangan Mereka berdua, dan melambaikan tangan kepada Calum yang sedang meneriaki nama Niall.

"Ku kira kalian tidak akan datang?" Ujar Linneas dan melempar senyum kepada Lily serta tsaniya.

"Lalu? Kau mau aku berdiam diri dirumah, sementara sahabatku akan pergi ke luar negri sekarang?" Tukas Lily dengan nada ketus. Linneas terkekeh kecil.

"Liam bilang maaf, ia tidak bisa kesini." Tutur Luke. Linneas mengangguk mengerti.

Lily menarik tangan sahabatnya itu dan langsung memeluknya erat, "I'm gonna miss you.." Lirih Lily dengan suara terisak.

Oh Comeon!

"Apa kau menangis?!" Linneas melepas pelukan itu lalu menatap wajah Lily yang sudah memerah serta basah. "Oh ayolah Ly, Aku hanya pergi selama 4 tahun!"

"K-kau F-fikir 4 tahun.. Itu.. waktu yang singkat?!" Nada Lily tertahan-tahan seperti memberi efek karna Lily sedang menangis sesegukan.

"Ly, aku akan sering berkunjung," Bujuk Linneas sambil mengusap pipi basah Lily, "Kita kan sudah sering membicarakan ini!"

Lily tidak menjawab. Tangisanya makin kencang. Ia memeluk Linneas lagi dengan erat, juga menumpahkan seluruh airmatanya disana.

Mereka sudah bersahabat sejak masih duduk di bangku SMP, tidak heran jika untuk melepas salah satu pergi akan sangat berat. Mengingat juga hampir 7 tahun mereka menghabiskan waktu setiap hari bersama.

My First Love, Niall! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang