Sebulan berlalu begitu cepat. Hinata telah mengerti hampir sebagian besar sifat-sifat Majikannya. Ia juga mulai terbiasa dengan segala hal kebiasaan Sasuke dari hal-hal kecilnya.
Seperti memintanya membuatkan jus tomat, membaca saat luang waktu di sofa. Menonton acara berita di TV, meneliti majalah bisnis yang kadang ada cover dirinya. Mengerjakan berkas-berkas kantor saat dituntut lembur juga di waktu istirahatnya.
Namun ia samasekali tidak tahu bagaimana perasaan Sasuke menjalani hidup semonoton itu. Menurutnya itu sangat membosankan dan tidak menarik. Setiap hari sisa wakfu usianya dihabiskan dengan seperti itu. Maksudnya- apakah ia tak memiliki kehidupan romansa yang menarik? Selama ini Hinata tak pernah mengenal sanak keluarga, sahabat, atau pacar majikannya.
Tak terasa waktu begitu cepat padahal rasanya baru kemarin ia menentang Ayahnya menerima perjodohan konyol itu. Tapi waktu terus berjalan ia tak sadar jika tak selamanya ia menjadi maid Sasuke. Ia harus segera memberi jawaban pada Ayahnya. Ah bicara tentang Ayahnya apakabar ya dengan sosok tampan panutannya yang berwibawa dan kakaknya yang overprotective tercinta Neji. Apa mereka baik-baik saja?
Ia sangat merindukan keluarganya, setetes liquid bening meluncur dari sudut matanya, tanpa suara senggukan Hinata menangis. Persetan dengan perjodohan itu ia akan menelpon Ayah dan Neji selama ini mereka tak pernah menguntitnya Hinata tahu betul.
Di kamarnya, Hinata meraih smartphone nya dan menghubungi Ayahnya lebih dahulu. 'The number you are calling is-' Tut!. Tidak aktif? Ah ia salah jika menelpon Ayahnya pada jam segini. Pasti Ayahnya sedang istirahat.
Next. Jari-jemarinya mengetik nama Neji-nii di daftar telpon. Kemudian menekan dial. Sambungannya terhubung!
"Moshi-moshi, Hinata-? Kau! Ya ampun kau menelpon? Bagaimana kabarmu? Kau dimana sekarang? Sama siapa? Kapan kau akan pulang baka imouto! Apa kau makan teratur?!. Kau ingin membuatku mati merindu dan penasaran ya Baka! Cepat pulang imouto! Aku dan Ayah sangat merindukanmu Hinata"
Semburan dari sebrang telpon dengan satu tarikan nafas membuat Hinata tertawa kecil dan menangis bersamaan. Ia sangat merindukan suara Neji. Ia rindu kakaknya yang selalu melindunginya bahkan tak segan memarahinya jika terkena luka sedikit saja. Bahkan teman-temannya ikut kena damprat kemarahan Neji walaupun kadang tidak ada hubungannya dengan teman-temannya.
Hinata tak sanggup menjawab apa-apa suara yang akan ia keluarkan terasa tertahan di ujung lidahnya. Hanya sesenggukan yang ia jawab. 'Neji-nii aku pun merindukanmu' ingin menjerit seperti itu namun apa daya ia terlalu rindu hingga menangis. Dirinya memang terlalu cengeng jika sudah menyangkut orang yang disayanginya.
"Hinata? Kenapa menangis? Ada masalah? Ada yang menjahatimu? Dimana kau sekarang?! -jawab aku Hinata!"
"Aku juga merindukanmu Neji-nii"
'Jika kau butuh apa-apa kabari anikimu ini ya, cepatlah pulang Hinata. Jangan lama-lama di sana, jangan dekat-dekat orang asing. Jaga dirimu. Dan gunakan gentle fist mu dalam keadaan terdesak"
"Aku mengerti Neji-nii, nanti aku hubungi lagi ya. Sampaikan salamku pada Tou-san. Oyasumi"
Pip
Telepon dimatikan sepihak oleh Hinata. Kelopaknya sudah memberat seakan ada batu di atasnya. Hinata menyembunyikan iris lavendernya dan pergi ke alam mimpi. Tak menyadari jika di luar pintu majikannya mendengarnya.
Sasuke kembali ke kamar tidurnya dan merebahkan diri di atas kasur.ia jadi teringat orang yang Hinata panggil 'Neji'. Siapa dia? Apa hubungannya dengan Hinata? Apa memang hanya kakak? Tapi kenapa sedekat itu? Baka Itachi saja tidak terlalu dekat dengannya cenderung biasa. Ah -kenapa lagi ini? Kenapa malah terlalu khawatir pada Hinata?
Hidup sebulan lebih bersama Hinata, ia pun tahu kebiasaan dan kelakuan gadis itu yang cenderung berbeda dengan gadis lain. Sederhana, baik hati, apa adanya, lemah lembut, naif, tidak pernah ingin nenyakiti sekalipun menepuk lalat.
Sederhana, karena gadis itu tidak pernah membeli hal mewah semua uang yang diberikan oleh Sasuke dibeli untuk keperluan sekolahnya saja. Dalam berpakaian pun sangat sopan, tidak terbuka dan tidak mewah.
Baik hati, dari sifat yang dimilikinya ia begitu bingung bagaimana bisa di zaman ini masih ada gadis sepertinya? Selalu baik dengan semua orang yang ditemuinya baik dikenal maupun tidak. Ia melihatnya sendiri tiap ia membuntuti Hinata pergi sekolah.
Membantu nenek menyebrang, menolong kucing di atas pohon, memberi permen pada anak kecil yang menangis, bahkan memberikan plester pada preman yang terluka. Untuk yang terakhir itu Sasuke merasa sangat konyol.
Apa adanya, ia melihat sifat Hinata memang tidak dibuat-buat. Murni. Suaranya yang halus juga murni tidak dibuat-dibuat seperti gadis lainnya yang mengimut-imutkan suaranya jika bertemu dengannya. Cara makannya juga banyak melebihi orang dewasa sekalipun tidak peduli jaga image ataupun malu.
Lemah lembut, penuh keibuan sangat bertolak belakang dengan dirinya. Hinata bagaikan putih dalam hitamnya. Bagaikan malaikat dalam iblisnya. Hinata sangat berbeda dengan dirinya yang keras dan arogan.
Naif, dalam hidupnya Sasuke hanya berambisi untuk terus mengalahkan tanpa ampun, mencurigai siapa saja, terutama dalam dunia bisnis, tidak ada hal baik yang ia lihat semuanya hanya terjerumus kuasa, harta, dan tahta. Melihat gadis itu selalu percaya pada semua orang bahkan tidak dikenal sekalipun sangat mengganggu ketenangannya. Bagaimana ada orang jahat yang memanfaatkan kenaifannya pada dunia.
Ia juga melihat Hinata ingin berguna bagi siapa saja, ingin menolong saat dirinya dibutuhkan, tapi tidak pernah ingin orang lain merasakan perasaan sedihnya. Semuanya ia pendam sendirian.
Dia juga tidak berisik cenderung pendiam dan pemalu, tidak seperti semua gadis yang melihatnya pasti langsung melemparkan diri bahkan rela memamerkan lekuk tubuhnya pada dirinya. Ia jijik pada gadis bodoh seperti itu.
Suara diimutkan, parfum yang menyengat, polesan make up yang terlalu dempul. Menjijikan. Berbeda dengan Hinata suara nya memang halus dan lembut, tanpa make up pun kecantikan Hinata natural wajahnya dan hatinya. Feromonnya asli wangi lavender lembut yang begitu menenangkan bukan parfum menyengat.
Ia suka semua yang ada pada Hinata semuanya. Bahkan kecerobohannya yang berlebihan itu menandakan Sasuke harus lebih mampu melindungi gadisnya -gadisnya? Calon lebih tepatnya! Ya!.
Semuanya sudah terpantau. Hinata, baik-baik saja selama ini mungkin Sakura juga tak berani macam-macam dengan Hinata karena Sasuke mengawasinya. Sakura juga tidak pernah ada kabar lagi. Mungkin sudah waktunya pergi ke Oto untuk handle cabang Uchiha di sana. Semoga Hinata baik-baik saja di sini.
-
"Hinata-"
"Ya Uchiha-sama?"
"Aku akan peegi ke Oto besok. Selama 3 hari. Kau bisa kan 'jaga dirimu baik-baik di sini' jaga apartmen ku?".
"S-souka... Baiklah. Apa ada yang harus aku siapkan untukmu?
"Hn, tidak perlu"
Hinata mengangguk sebagai balasan. 'Hm, apartmen ini akan sepi ya'. Sambil menyuapkan kembali sarapannya dan berangkat ke sekolahnya.
-
Kegagalan mendapatkan Sasuke membuatnya frustasi kendalanya hanya gadis bodoh itu. Harusnya ia lah yang disingkirkan dengan begitu semuanya akan lebih mudah. Sasuke pastinya akan menerimanya kembali dengan hati terbuka.
Ia masih yakin Sasuke masih mencintainya, kebutuhannya masih kurang Hidan tidak sekaya Sasuke. Tidak memenuhi keinginannya dalam barang-barang branded. Ia ingin mengambil mesin uangnya kembali dari tangan gadis bodoh itu.
Rencana yang sangat sempurna kan, jika gadis itu mati saja? Ia tertawa jahat sekerasnya. Inilah yang ditunggu dan yakin berhasil apalagi ia dengar Sasuke akan pergi dari Konoha gadis bodoh itu pasti sendiri. Tidak sia-sia selama ini ia menunggu. Karena menunggu lama pengirbanan setimpal untuk hasil yang memuaskan bukan?
Kita liat tanggal mainnya. Hinata.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABSURD MATCHMAKING
FanficDESCLAIMER : udah aku bilang Naruto tuh punya Masashi Kishimoto RATED : T+ | M untuk bahasa dan adegan WARNING : abal- cerita mainstream, typo evriwer, bahasa acak-acakan. BEBERAPA PART TELAH DI-PRIVATE, FOLLOW DAHULU SEBELUM KEPO :) SUMMARY Hinata...