Kami-sama memang memiliki caranya sendiri dengan suatu benang merah yang mengikatkan 2 insan ciptaan tangannya, laki-laki dan perempuan. Kami-sama tak pernah salah atas pilihannya. Semuanya berada dalam takdirnya.
Hidup, mati, dan- jodoh di atur dalam Tangan-Nya sendiri. Jodoh? Untuk yang satu itu tentu saja dibubuhkan dengan yang namanya Cinta atas kedua insan yang saling mengasihi satu sama lain, tak akan terpisah bagaimanapun keadaan kecuali kematian, hanya karena satu kata itu CINTA.
Sama seperti pasangan paling cocok seKonoha ini- SasuHina. Setelah kejadian penembakan cinta atau lebih tepatnya pemaksaan, mereka semakin dekat. Sasuke tak membiarkan siapapun lagi mengganggu atau bahkan menyakiti setitik debu pun maidnya- ralat! Kini resmi menjadi gadisnya.
Kata-kata sakral yang diucapkan dalam kitab Uchiha pantang sekali mengatakan 'terima kasih' secara tulus apalagi dalam dunia bisnis yang ditekuni Uchiha Sasuke, namun untuk masalah hati dan ada keterlibatan Hinata di dalamnya Sasuke rela berterima kasih pada Anikinya yang menyebalkan Uchiha Itachi. Yah- bagaimanapun juga jika tak ada Itachi ia mungkin akan selalu terlibat dalam workzone-- *majikan-maid. Karena, friendzone sudah terlalu mainstream.
Namun setiap hubungan tentunya akan memiliki rintangan bermacam-macam bukan? Tak selamanya pasangan teromantis pun tentunya pasti akan memiliki masalah entah kecil mauoun besar yang akan menjadi aral bagi keduanya. Sebagai pakar uji coba seberapa kuatnya kah hubungan mereka.
Dengan gaun tidur baby doll ia masih di luar balkon ruang tamu. Bersandar pada pagar pembatas menikmati angin malam yang semakin menusuk ke tulangnya. Surai indigonya melambai terlenakan oleh belaian angin, matanya tertutup memikirkan sesuatu. Gadis itu Hinata.
Ia ingat ia masih memiliki hutang janji dengan keluarganya sudah 4 bulan ia meninggalkan mansion Neji dan Ayah tak mencarinya sesuai apa yang ia peringatkan dulu. Namun ia punya tanggung jawab untuk menjelaskan bagaimana perjodohan yang dibuat Ayahnya. Ia sangat mencintai Sasuke yang selalu melindunginya. Ia gadis lemah yang tak bisa apa-apa hanya dapat berlindung di balik punggung lebar Sasuke.
Apa yang harus ia lakukan sekarang? Ia bingung, ia tak ingin mengecewakan keluarganya tapi, ia juga ingin hidup bahagia dengan Sasuke. Tak terasa air matanya mengalir begitu saja. 'Kami-sama, adakah kebahagiaan untukku?'.
Sesuatu yang lembut dan hangat membalut tubuhnya. Irisnya terbuka dan kepalanya memutar ke belakang untuk menatap pemuda yang memeluknya dari belakang. "Memikirkan apa?" Tangan kanan Sasuke menghapus jejak airmata Hinata. Kepalanya yang berhiaskan indigo menggeleng pelan.
"Ceritakan!" Hinata sudah terbiasa diperintah begitu, dengan senyum lembut Hinata menceritakan semuanya dari awal. "Sebelum aku bercerita aku ingin jujur sesuatu padamu yang selama ini belum kuungkapkan." Ujar Hinata.
"Apa?" Alis Sasuke mengernyit heran.
"Bahwa aku berasal dari keluarga-"
Hinata menghembuskan nafas berat."Hyuuga." Raut wajah Sasuke mengkerut ia seperti tak asing dengan nama itu. Ah mungkin Hinata adalah anak dari salah satu relasi bisnisnya. Hyuuga nama klan itu sangat familiar.
"Kini aku akan bercerita. Dulu aku kabur dari rumah karena dijodohkan, -" Sasuke sempat terkejut namun telinganya tetap mendengarkan. "Aku meminta waktu memikirkan perjodohanku selama aku tak di rumah,"
Hinata kini membalikan tubuhnya menatap Sasuke. "Aku mencari pekerjaan dengan cara konyol sengaja menabrakan diri ke mobilmu. Lalu kini aku malah terjebak oleh perasaanku pada majikanku sendiri. Apa yang harus aku lakukan? Aku begitu mencintainya, di sisi lain aku juga tak ingin mengecewakan orangtua ku". Air mata Hinata kembali mengalir.
Benar juga, bagaimana ia bisa melupakan fakta bahwa ia juga pasrah dijodohkan dengan ibunya. Harus bagaimana ia sekarang? Mereka berdua kini sama-sama terikat dengan perjodohan. Sasuke sangat tahu perangai Hinata yang penurut dan selalu ingin membuat orang lain bahagia. Ia juga terlanjur pasrah dan menyerahkan semua perjodohan itu pada Ibunya sendiri.
Tapi apa hubungannya dengan Hinata berakhir begitu saja? Kepalanya terasa pening, ia merasa hubungan dan perasaannya kini sia-sia. Kenangan mereka terlalu indah untuk dihempaskan ke jurang terdalam dengan fakta yang bernama Per-jo-do-han.
Sasuke menghapus cepat airmata gadisnya "besok akan kupikirkan istirahat lah dulu." Hibur Sasuke. Menggiring Hinata ke dalam kamarnya sendiri. Menidurkan dan menyelimutinya serta mengecup dahi Hinata untuk menenangkannya.
-
Itachi mengernyit heran melihat keadaan sang adik yang terlihat sekali merasakan gelisah. Tak jarang pula dirinya tertangkap basah melamun. Iris onyx yang sama sepertinya bukan memancarkan kilat tajam seperti biasa. Namun seperti sendu dan bingung, walaupun raut wajahnya tetap lurus. Sebagai Aniki Itachi tentu mudah membaca raut wajah sang adik.
Padahal selama ini rencananya untuk mendekatkan Hinata dengan Sasuke sudah berhasil, bahkan Itachi masih ingat betapa tidak etisnya ia jawdrop memandang Sasuke yang tersenyum-senyum sendiri, sesekali membuka smarphone hanya untuk melihat wallpaper maidnya- ralat! Gadisnya.
Sekarang mana raut bahagia otouto nya? "Wajahmu seperti kembalian angkot" komentar pedas dari lidah sang kakak mendapat delikan tajam dari Sasuke. Kemudian Itachi terkekeh kecil melihat tampang sang adik. Selesai memberi deathglare Sasuke memandang kosong berkas di hadapannya dan menghela nafas.
"Ceritakan saja! Anikimu yang baik dan tampan ini akan membantu" Narsis! .
Sasuke melirik dari sudut mata. Batinnya berpikir keras Anikinya benar mungkin menceritakan keluh kesahnya sendiri tidak apa kan? Lagi pula waktu itu anikinya lah yang membantu proses jadiannya dengan gadis indigo itu. Sekali lagi meminta bantuannya tak akan merepotkannya bukan?
"Bagaimana menurutmu tentang-" ada helaan nafas dalam jeda tersebut "peejodohan" ungkap Sasuke yang kini menatap sepenuhnya pada sang Aniki yang berada di sofa mewah ruang pribadinya.
Lagi- Itachi menyeringai lebar mendapati nada putus asa Sasuke. Dia mengerti sangat tentang perjodohan yang dialami keduanya yang sama-sama buta dan bodoh tidak menyadari pasangannya masing-masing. Itachi sudah menduga hal ini akan terjadi ia pun sudah memikirkan rencananya matang-matang. Ini lah rencana brilian yang ada di otak jeniusnya ia sangat menuggu untuk dilakoni.
"Hubungi Kaa-san dan Tou-san, ajak mereka bicara di restoran daerah sini. Lalu-"
Sasuke mendelik tak sabar dalam rencana Anikinya. Membuat Itachi terkekeh geli singkat.
"Suruh Hinata juga ajak orangtuanya di restoran yang sama. Akan aku buat rencananya." Imbuhnya mantap.
Sebenarnya Sasuke merasa ada yang ganjil dengan perlakuan Baka Aniki nya itu, ia memang tak meragukan otak Uchiha yang jenius hanya saja ia merasa kakaknya seperti sudah merencanakan semuanya dengan sangat matang atas segala resiko yang ada. Dan hal itu sukses membuat pemuda berambut antigravitasi itu sedikit curiga.
"Aku tak akan menipumu baka otouto! Percayalah akan aku buat orangtua kalian merestuinya secara mulus" ucapannya yang sangat mantap serta sorot onyx yang berkilat membuatnya kembali percaya pada kakaknya yang menyebalkan.
"Hn"
Itachi mendelik sebal, Sasuke tak berubah selalu pelit-irit- ah atau mungkin miskin kosa kata. Sejak baru lahir menatap dunia adiknya itu selalu dingin. Namun tak ayal Itachi sangat menyayanginya. Membuatnya senang menggoda Sasuke.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABSURD MATCHMAKING
FanfictionDESCLAIMER : udah aku bilang Naruto tuh punya Masashi Kishimoto RATED : T+ | M untuk bahasa dan adegan WARNING : abal- cerita mainstream, typo evriwer, bahasa acak-acakan. BEBERAPA PART TELAH DI-PRIVATE, FOLLOW DAHULU SEBELUM KEPO :) SUMMARY Hinata...