AUTHOR POV
Mentari mulai menampakkan diri ketika fajar tiba, seorang gadis ayu masih bergelut dengan selimut doraemonnya. Mata indahnya masih terkatup rapat seakan menolak cahaya yang mulai mengganggu tidurnya.
Tok..tok...
"Sayang kamu belum bangun nak.?" Sapa seorang wanita paruh baya ketika pintu kamar terbuka.
"Ayo dong sayang, kamu lupa hari ini hari apa." Ucap wanita itu sambil mendekati ranjang mini milik anak gadisnya.
"Hmmmppp..." gadis ayu mulai menggeliat merasa terganggu dengan goncangan bundanya di tubuh mungilnya.
"Bun, bisa nggak kita disini aja, tempat ini rumah ini terlalu banyak kenangan buat kita tinggalin bun." Gadis itu bergumam sambil matanya tetap terpejam.
Wanita paruh baya tadi yaitu bunda sang gadis hanya tersenyum getir melihat anaknya, dia sangat tahu bagaimana perasaan putrinya saat ini, rumah dengan desain sederhana didaerah pegunungan itu terlalu banyak menyimpan kenangan mereka dulu termasuk sebuah rahasia besar tentang putrinya yang kini beranjak dewasa.
"Sayang, maafin bunda nak, kita tidak punya pilihan lain, bunda dapat tawaran kerja dari perusahaan di Jakarta, kamu tau kan sayang, walaupun kerja disini sudah mencukupi kebutuhan kita tapi tidak salahnya bunda menerima tawaran kerja yang lebih menjanjikan, ini semua untuk kamu sayang, kamu mau kuliah di universitas ternama kan."jelas wanita itu panjang lebar sambil membelai lembut pucuk kepala putrinya.
Gadis ayu yang kerap disapa prilly itu mulai membuka matanya, prilly menatap sendu bundanya, prilly tahu saat ini bukan dirinya saja yang berat meninggalkan rumah ini tempat ini tempat dimana dia dibesarkan tapi bundanya jauh lebih berat karena bunda membina rumah tangga dengan ayahnya belasan tahun sampai sang ayah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu.
Prilly bangkit dari tidurnya memeluk bunda tercintanya, mereka saling menguatkan satu sama lain, mereka cuma hidup berdua tentu mereka akan saling melindungi dan menguatkan satu sama lain.
"Baik bunda, bie tau ini berat juga untuk bunda, maafin bie bun sikap bie semakin membuat bunda sedih, bie tau ini semua bunda lakuin untuk bie, terima kasih bunda, terima kasih sudah menjadi malaikat untuk bie." Ucap prilly tulus pada sang bunda yang memeluknya erat juga.
"Sama-sama sayang, kamu titipan Tuhan yang paling berharga buat bunda syang, apapun akan bunda lakuin buat barbie bunda ini.' Ucap bunda dengan tersenyum dan menoel-noel pipi barbie cantiknya itu.
Prilly tersenyum, rasanya dia tidak berhenti bersyukur Tuhan menitipkan nya pada malaikat cantik nan lembut ini Amanda Miranti bunda yang selalu menyayanginya dari dulu, dari kecil prilly tidak pernah merasa kurang walaupun bukan dari keluarga kaya bergelimang harta tapi dia hidup dalam kelimpahan kasih sayang.
"Oke sekarang, bie siap-siap sayang ya, semua udah bereskan sebentar lagi kita harus kebandara sayang." ucap bunda Manda sambil membelai pucuk kepala prilly.
Prilly mengangguk, dan beranjak untuk mandi setelah itu dia akan berangkat ke Jakarta untuk memulai hidup barunya disana, yah dia memang bercita-cita ingin melanjutkan study nya di perguruan tinggi di Jakarta, menurutnya perguruan tinggi disana lebih memotivasinya untuk sukses, prilly tak ingin usaha bundanya sia-sia bundanya sangat ingin prilly sukses, hingga dia rela kerja banting tulang demi prilly namun tak sia-sia prilly selalu meraih juara umum disekolah sejak SD sampai dia Lulus SMU dan berniat mengambil jurusan bisnis diperguruan tingginya nanti. Seperti sang bunda yang lulusan sekretaris, bundanya berhenti bekerja sejak menikah dan menetap di tempatnya sekarang bersama ayahnya.
Namun, beberapa hari yang lalu, bunda nya diterima kembali menjadi sekretaris di sebuah perusahaan di Jakarta, walaupun tak lagi muda tapi bundanya masih sangat cantik, terkadang prilly heran kenapa beda umurnya dengan bunda tidak terpaut jauh, Bundanya sekarang berumur 32 tahun sedang kan dia 20 tahun. Aneh bukan, tapi prilly selalu menepis pikiran itu.
Beberapa jam kemudian, prilly telap siap dengan kopernya menuruni tangga, sebelum keluar prilly memandang lekat kamar yang telah ditempatinya belasan tahun,
"Semoga ini awal yang baik untukku dan bunda."prilly bergumam sendiri sebelum menutup pintu kamar dan beranjak menuju keteras, Bunda nya sudah menunggu disana dan sudah ada taksi yang akan mengantarkan mereka ke Bandara.
"Sudah siap sayang." Bunda manda mengusap pelan kepala prilly, dibalas dengan anggukan prilly.
Tak butuh berapa lama akhirnya prilly dan bunda manda sampai di bandara, setelah chek in dan akhirnya memasuki pesawat yang akan segera Take Off menuju Jakarta.
"Selamat Tinggal kenangan.." gumam prilly pelan saat pesawat sudah mulai meninggalkan bandara.
Setelah menempuh waktu beberapa jam, akhirnya Prilly dan Bundanya tiba di bandara Soekarno-hatta.
Prilly POV
"Eehh..." aku merenggangkan ototku yang kaku karena berjam-jam di pesawat. Aku mengedarkan pandanganku ke sekitar bandara sambil menunggu bunda dari toilet.
Jakarta sangat jauh beda dengan tempatku tinggal, disini lebih ramai dan pastinya sangat berisik,
"Hufff... apa aku akan betah dengan tempat seperti ini.."gumamku seakan tidak yakin dengan kehidupan baruku.
Walaupun tempatku pendesaan aku tidak tumbuh menjadi remaja yang kolot, dengan teknologi yang canggih semua dapat ku pelajari dengan mudah hanya dengan mengakses internet.
Dulu aku juga sering mengikuti lomba kejakarta tapi hanya beberapa hari dan sekarang keadaannya beda aku akan menetap dan menjalankan hidupku dikota metropolitan ini."Bunda lama sekali, bunda kemana ya.." aku celingak celinguk mencari keadaan bunda dengan menyeret koperku dan bunda, dengan kondisi bandara yang ramai sangat sulit mencari keberadaan bunda.
Hingga.. bruukkk.. aku menabrak sesuatu dan aku jatuh tersungkur dengan tubuh yang mungil sangat mudah aku terjatuh..
"Awwww...." aku mengaduh memegangi pinggang ku yang terasa sakit.
"Jalan pakek mata dong lo.."suara lantang dari orang yang ku tabrak membuatku mendongakkan kepalaku.
Ali pov
Sial... aku terus merutuk sendiri bagaimana bisa papa mengajak ku keluar kota hanya untuk kencan buta. Papa memang selalu berbuat seenaknya padaku.
Aku tau maksud papa baik, papa ingin aku berubah menjadi seorang pria yang lebih baik, tak bisa ku pungkiri semenjak kejadian sialan itu hidupku kacau, semua berantakan, kuliahku tidak pernah selesai aku hanya membuat onar melampiaskan perasaanku, untung papa yang selalu memahami ku menyayangiku, papa yang dari dulu selalu ada buatku, aku sangat menyayangi papa sangat karena hanya dia yang kupunya dan sosok kecil yang menjadi penyemangat ku, ahh aku sangat merindukannya, , sial kenapa aku jadi melow begini..
"Papa, papa selalu begini sampai kapan pa.."aku bergumam menahan emosiku pada papa hingga aku berjalan tanpa memerhatikan sekitar dan tiba-tiba... bruuukk... seseorang menabrak ku hingga dia jatuh tersungkur kelantai..
"Awww..."pekik gadis itu sambil memegangi pinggangnya, aku tahu dia kesakitan sekarang.
Aku hanya menatapnya saja, gadis itu cantik dan sangat menggemaskan dengan pipinya yang chubby.
"Jalan pakek mata dong lo.."ucapku dengan ketus, sambil tetap melihat gadis itu.
Dia mulai menatapku, mata hazel indah nya menembus manik mata hitam legamku.. dia menatapku dengan tatapan kesal dan lihat betapa menggemaskan gadis ini pipi chubby nya nampak semakin mengembung, mungkin dia tengah menahan emosi padaku..
"Cantik..' gumamku pelan...
*****************
Haaii... belajar buat cerita ini.
Maafya kok nyambung hehehe..Baru belajar soalnya.. :)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Handsome Devil Love
FanfictionWARNING !!! CERITA INI DI PRIVATE ( khusus untuk folowers saya ) Kenangan lalu masih jelas terekam di memori otakku, masa lalu yang begitu sulit ku terima pil pahit yang tak mampu kutelan, mimpi buruk yang selalu menghantui memporak porandakan masa...