Aku tak bisa merangkai kata. Tak hanya itu, bahkan tuk merangkai perasaanku saja aku tak bisa.
Taukah? Malam ini aku hanya terduduk di pojokan dengan cahaya yang remang. Termangu memikirkan hal yang tak kuduga.
Hei, kau. Tetaplah disana dalam semu. Diamlah disana dalam delusi. Biarkanlah imajinasiku bermain dalam non-fiksi. Menjadikan dunia ini seakan terbagi dua, dalam realita dan khayal. Dalam mimpi dan bangun. Antara hidup dan mati.
Aku tak peduli bila kau tak menyadari keberadaanku. Eksistensiku seperti pluto yang ada lalu tak dianggap.
Kau segalanya untukku walau kau bukan siapa-siapa. Kau hidupku meskipun kau tak menghidupkanku. Tak apa. Bukan salahmu.
Namamu mungkin kusimpan dalam doa dan kau tak mesti tau. Aku dan kau tak pernah bertemu. Tak pernah bertegur sapa. Perlu kau ingat bila doa tak mengenal itu.
Kau bukanlah orang yang akan kuterimakasihkan atas menemukanku di alam semesta. Tapi tak salahkan, bila sedikit berharap dan berlebihan?
Maka dari itu ikutilah apa kataku. Pergilah keluar balkonmu. Bila kau malas sibakkan saja gorden jendelamu. Disini, entah langit begitu cerah atau mereka yang sengaja menemaniku. Apa kau melihatnya? Dengarkanlah mereka seksama diantara sayup-sayup bumi malam dan ringkikkan makhluk nokturnal. Mereka -para bintang- berbisik padamu menyampaikan rasaku, "Dia mencintaimu lebih dari bulan mencintaiku."