Awal Bulan Januari

12.2K 377 8
                                    

Hari senin di awal bulan Januari benar-benar cerah, secerah wajah-wajah para karyawati yang baru saja keluar dari ruang meeting di lantai lima. Raisa yang tidak ikut serta meeting karena ia hanyalah seorang staf akunting biasa hanya bisa menaikan sebelah alisnya heran saat melihat wajah-wajah para seniornya bersemu merah diikuti gurat malu-malu kucing. Ia tidak tahu apa yang terjadi di ruang meeting beberapa jam yang lalu, tapi melihat keriuhan yang tiba-tiba terjadi disertai cekikik-cekikik geli dari para rekan kerjanya itu, jelas ia tahu apa penyebabnya. Apalagi kalau bukan Orion Azka Athariz? Sang Direktur Keungan yang menurut teman-teman kerjanya memiliki ketampanan diatas rata-rata, dengan nilai plus pintar, mapan, dan cerdas. Cerdas mengelola uang perusahaan yang membawa perusahaan mereka menuju kesuksesan.

"Kok diem aja Sa? Gak penasaran apa lihat kita semua pada girang begini?" celetuk Elsa salah satu staf senior di divisi akuntansi.

"Saya tahu kok Mbak," jawab Raisa tenang tanpa mengalihkan tatapannya pada layar komputer yang menampilkan deret angka-angka bernilai puluhan juta rupiah.

"Kalau tahu, kenapa diem aja?" timpal Elsa heran. "Kali-kali ikut nimbrung dong Sa, jangan diem aja!" imbuhnya lagi sedikit geram melihat tingkah cuek teman kerjanya itu.

"Saya gak mau jadi kepo Mbak, lagian gak ada hubungannya sama saya ini," balas Raisa cuek. Elsa dan yang lainnya hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan. Sedikit putus asa karena rasanya susah sekali mengajak Raisa ikut dalam gerombolannya.

"Udahlah El, kayak gak tahu aja kalau mengalihkan dunia Ms. Calm kita ini lebih sulit dari mendaki puncak gunung Jaya Wijaya," seloroh Tira terdengar melebih-lebihkan yang langsung diangguki oleh semua staf akunting wanita yang berada di ruangan tersebut.

Raisa hanya mengedikkan bahunya tak acuh dan kembali tenggelam dalam laporan yang harus segera ia selesaikan sebelum jam istirahat. Beberapa menit kemudian ruangan yang ia huni terasa sepi mencekam. Merasa aneh dengan sekelilingnya yang tiba-tiba saja menjadi sepi Raisa menegakkan bahunya dan mengedarkan pandangannya ke depan. Disaat itulah ia sadar bahwa ada lelaki jangkung berbadan tegap dengan penampilan profesionalnya sedang berbincang bersama Bu Yoana sang Manager Akunting di bibir pintu. Raisa hanya tersenyum geli di dalam hati, mencemooh tingkah para teman kerjanya yang kini terlihat lebih serius bekerja.

xxxxxxx

Lima belas menit telah Raisa lalui dengan tenang sambil menyantap bekal makan siangnya yang ia bawa dari rumah, mengabaikan para teman-teman kerjanya yang sedang bergosip ria. Apalagi kalau bukan gosip tentang Direktur Keuangan perusahaan mereka.

"Eh lo tahu gak kalau Pak Rion udah putus sama mbak Stevi?" pancing Tyas membuka gosip baru.

"Stevi yang model itu kan?" Tira mulai terpancing umpan.

"Iya, emang yang mana lagi?" timpal Yuna tidak mau kalah.

"Wah...hebat ya si boss perasaan baru sebulan yang lalu gue denger dia putus sama pacarnya yang bule itu," ujar Tira dengan sorot penuh kekaguman.

"Ih, lo lupa kalau boss kita itu casanova?"

"Wah...kapan yah giliran kita yang dilirik sama si boss?"

"Ngimpi aja lo! Lima tahun gue kerja disini, gue belum pernah sekalipun denger Pak Rion pacaran sama rekan satu kantornya apalagi bawahannya. Seplayboy playboynya boss kita itu, dia gak akan tega ngerusak perasaan bawahannya," ujar Elsa setelah menyeruput lemon ice miliknya.

"Tapi nyadar gak sih kalau sebenarnya perasaan kita itu udah rusak?"

Sontak tiga pasang mata kecuali Raisa, yang duduk mengelilingi meja bundar menatap Tira penasaran. "Rusak gimana maksud lo?" kini giliran Tyas yang buka suara.

Mr. Playboy & Ms. CalmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang