Part 13

1.3K 117 12
                                    

Cinta itu pilihan, pilihan untuk terus berkubang dalam kenangan atau pilihan untuk membangun masa depan yang cemerlang. Silahkan pilih sesukamu. Apapun pilihanmu, rasa sakit pasti akan selalu membayangimu. Kenapa? Karena itulah hidup.

Untuk kesekian kalinya Raisa melirik ke arah jam tangannya. Jam 12.15 , yang artinya jam istirahat sudah berlangsung sejak lima belas menit yang lalu. Lalu kemana Rion? Sejak pagi tadi setelah mengantarkannya ke kantor, lelaki itu menghilang tanpa kabar. Dia hanya berpesan untuk mengirimkan semua pekerjaannya lewat email, karena ada hal penting yang harus ia lakukan. Entah apa. Rion sama sekali tak bercerita.

"Huh....kenapa aku jadi bodoh begini?" keluh Raisa pelan. Bodoh karena pada kenyataannya semenjak tadi ia menunggu Rion menghubunginya, sekedar untuk mengingatkan dirinya untuk makan siang. Seperti yang lelaki itu lakukan akhir-akhir ini. Tapi sekarang Rion tiba-tiba saja menghilang. Mungkinkah lelaki itu sudah mulai bosan?

Dengan gontai Raisa berjalan menuju kantin, bagaimanapun juga ia butuh asupan energi. Rasanya bodoh sekali jika kini ia mengharapkan kehadiran bossnya itu. Bukankah selama ini ia membenci bossnya itu? Bukankah selama ini ia berusaha mati-matian agar Rion menjauh dari hidupnya? Lalu kenapa baru ditinggal beberapa jam saja ia merasa gundah seperti ini? Mungkinkah ia merasa kehilangan?

"Tumben sendiri, mana si boss?" tanya Tira yang tanpa permisi kini sudah duduk di hadapannya dan dengan tak tahu malunya menyeruput es teh manis yang baru saja dipesannya.

"Nggak tahu," jawab Raisa pendek. Mood nya sedang buruk jadi ia malas bicara.

"Raisa!!!!" kini giliran Yuna yang berteriak heboh dari kejauhan.

"Duh Mbak Yun, saya gak budeg. Jadi gak usah teriak-teriak," keluh Raisa sambil mengerucut sebal.

"Kita berdua kangen tahu sama lo," ujar Yuna setelah memeluk Raisa erat.

"Oh ya? Saya kira saya udah jadi musuh no satu di kantor ini," timpal Raisa lalu memasukkan sesendok nasi goreng ke mulutnya.

"Ya emang bener sih. Tapi lo kan tetep teman kita," balas Yuna sambil tersenyum simpul. "Udah gak usah terlalu dipikirin. Mereka cuma iri sama lo."

Tira mengangguk setuju. "Sebenarnya sih beberapa hari ini kita berdua pengen ngobrol sama lo. Pengen dapet klarifikasi dari lo juga sih sebenarnya. Soalnya kita gak percaya sama gosip yang beredar akhir-akhir ini. Tapi gak berani nyamperin, soalna ada Pak Rion. Ganteng-ganteng gitu tapi kan Pak Rion nyeremin." Raisa tergelak. Ingin rasanya ia tertawa saat ini juga. Tapi kan bakal aneh kelihatannya.

"Tapi gosip itu gak benar kan Sa?" tanya Yuna penasaran.

"Menurut Mbak Yun gimana?" tanya Raisa balik. Menurutnya jika mereka memang teman yang baik, tanpa penjelasan darinya pun seharusnya mereka percaya padanya.

"Gue sih percaya sama lo. Lo gak mungkin ngelakuin hal serendah itu," jawab Yuna yakin.

"Gue juga gak percaya sama gosip itu. Dari kita berlima cuma lo yang paling gak aneh-aneh orangnya. Orang paling kalem di divisi kita dulu. Makanya dulu Bu Yoana ngerekomendasiin lo jadi sekretarisnya Pak Rion," timpal Tira.

"Makasih yah Mbak udah percaya sama saya," balas Raisa sambil tersenyum. "Itu berarti banget buat saya."

"Santai aja Sa, kita kan teman. Dan maafin Tyas sama Elsa ya, mereka cuma lagi patah hati. Hehe...."

Raisa mengangguk. Ah rasanya senang sekali mengetahui bahwa masih ada yang mau berteman dengannya setelah banyak gosip-gosip miring yang beredar tentang dirinya dan Rion.

"Tapi gue bangga sama lo. Nggak nyangka lo bisa taklukin Pak Rion, boss kita yang terkenal playboy. Kayaknya dia kualat sering ngeremehin lo dulu. Haha...." Mereka bertiga pun tertawa bersama. Dan untuk sesaat Raisa lupa akan Rion. Lagipula disetiap kejadian selalu ada hikmahnya. Berkat Rion yang entah ada dimana sekarang, Raisa bisa berkumpul kembali bersama teman-temannya dulu.

Mr. Playboy & Ms. CalmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang