Part 16

471 54 8
                                    

"Kenapa ngelihatin aku begitu?" tanya Raisa sambil mengusap wajahnya dengan sapu tangan yang diberikan Rion beberapa menit yang lalu. Setelah aksi dramatis layaknya sinetron-sinetron stripping yang sedang ngetren di berbagai stasiun tv di Indonesia, kini keduanya duduk berdampingan di bangku teras.

"Kamu tambah jelek kalau habis nangis kayak tadi," jawab Rion sambil terkekeh pelan tanpa dosa. Sedangkan Raisa memberengut tak suka. Mana ada lelaki yang berkata seperti itu saat dalam situasi seperti ini? Biasanya lelaki akan menyebut wanitanya terlihat lebih cantik saat sedang menangis. Ya.... walaupun Raisa tahu itu semua bohong, tapi setidaknya lelaki itu berusaha menghibur wanitanya bukan? Bukan semakin menjatuhkannya seperti apa yang dilakukan Rion saat ini.

"Jangan marah, aku cuma bercanda."

"Bercandanya nggak lucu," timpal Raisa sebal.

"Iya maaf," Rion meraih tangan Raisa dan menggenggamnya erat, membuat gadis itu dialiri rasa hangat yang ia rindukan.

"Kamu nggak pulang? Sudah malam," ujar Raisa berusaha mengalihkan perhatian Rion yang sejak beberapa menit lalu terpusat padanya. Bukannya ia tak suka, hanya saja ia malu. Ia yakin wajahnya saat ini sudah seperti kepiting rebus.

"Jadi sekarang panggilnya aku kamu?" tanya Rion sembari tersenyum jenaka. Wajah Raisa semakin merona dan semua itu tak luput dari pengamatan Rion.

"Nggak boleh?" Susah payah Raisa menyingkirkan rasa malunya. Sudah kepalang tanggung, lagipula sudah terlambat jika ia berkelit sekarang.

"Tentu saja boleh," Rion tersenyum hangat. "Itu terdengar jauh lebih baik dibandingkan panggilan Pak yang sering kamu ucapkan. Lagipula aku juga tidak setua itu!"

"Hehe....Kamu kan boss aku," Raisa terkekeh pelan.

"Iya, tapi itu kan di kantor. Diluar kantor itu sudah lain cerita."

"Memang menurut kamu, aku ini apa?"

"Calon istri," jawab Rion cepat membuat Raisa sempat tertegun beberapa saat.

Rion tahu mungkin Raisa kaget mendengarnya. Tapi ia harus memperjelas hubungan mereka saat ini bukan? Untuk itu lagi-lagi Rion menarik Raisa ke dalam pelukannya. Ah.... malam ini ia suka sekali memeluk gadis itu. Hangat yang menjalar ke tubuhnya bahkan menembus hingga ke sudut-sudut terdalam hatinya membuatnya sangat sangat nyaman. "Mungkin ini terdengar konyol dan tidak masuk akal. Tapi entah sejak kapan kamu sudah menjadi bagian terpenting dalam hidupku. Aku sayang kamu....dan aku mau kamulah yang akan menggenapkan separuh agamaku."

Raisa tersenyum dalam pelukan Rion. Ia tidak tahu jika Rion punya sisi seperti ini dalam dirinya. Pantas saja dia bisa menjadi playboy kelas kakap. Kemampuannya dalam menaklukan hati wanita ternyata bukan isapan jempol belaka, tapi itu kan dulu. Biarlah masa lalu hanya menjadi bagian dari cerita kehidupan mereka. Fokus mereka saat ini hanyalah membangun masa depan mereka ke arah yang lebih baik.

"Aku juga sayang kamu," balas Raisa sambil mengeratkan pelukannya pada tubuh Rion. Pelukan yang akan menjadi tempatnya pulang saat ia bahagia ataupun berduka.

*******

"A Randi lagi ngapain?" tanya Rania saat melihat gelagat mencurigakan kakak lelakinya yang sedang mengintip di balik gorden ruangan tamu.

"Sst..." Randi meletakkan telunjuknya tepat di tengah bibirnya yang mengatup rapat. "Yuk ah tidur, sudah malam. Besok kamu sekolah," ujar Randi pelan sambil menggiring Rania menuju ke kamarnya. Walaupun agak kebingungan, tapi gadis kecil itu menurut dan tidak bertanya lagi pada kakaknya. Dalam hati Randi bersyukur akhirnya kakak perempuannya dapat kembali membuka hatinya, memberi lagi kesempatan dirinya untuk bahagia, dan semoga Rion adalah orang yang tepat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mr. Playboy & Ms. CalmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang