Dunia Fantasi

5.5K 310 20
                                    

Jika bisa memilih, Raisa pasti akan memilih menghabiskan waktu liburnya dengan membaca novel sambil mendengarkan lagu-lagu favoritnya di kamar, sendirian. Benar-benar quality time favoritnya. Selain menghemat uang dan energinya, ini merupakan cara paling efektif untuk menenangkan hati dan pikirannya. Tapi pagi ini ibunya langsung menyuruhnya dengan tatapan yang tak terbantahkan. Menemani Rania pergi ke Dufan bersama Rion. Lelucon macam apa ini?

Dan disinilah ia sekarang,  duduk di samping kursi pengemudi. Lebih tepatnya duduk di sebelah kiri Rion, lelaki paling playboy dan arogan yang pernah dikenalnya, dan sayangnya lelaki itu adalah bossnya. Tapi tenang saja, karena ini diluar kantor kali ini ia tidak akan segan-segan untuk membantah jika bossnya itu memerintahnya semena-semena. Sedangkan dibelakangnya Rania duduk manis sambil memangku tas kecil berisi perbekalan miliknya.

"Bang Rion, nanti kita naik wahana halilintar dan kora-kora ya?" cetus Rania memecah keheningan yang sudah berlangsung selama beberapa menit itu.

Rion tersenyum sambil melirik gadis kecil itu dari spion depan, niatnya hendak mengiyakan ajakan Rania. Tapi belum sempat ia memberi jawaban, Raisa sudah terlebih dahulu bicara dengan nada dingin dan tak bersahabat. "Gak. Kamu nggak boleh naik itu!  Itu bukan permainan untuk anak kecil."

Bibir Rania mengerucut sebal. "Siapa yang kecil?  Rania itu udah gede, udah tujuh tahun lebih enam bulan Teh. Bentar lagi naik ke kelas dua tahu!"

"Kalau kamu udah gede, kenapa mesti ngerengek minta teteh temenin huh?" balas Raisa tak mau kalah. Selain perintah ibunya, rengekan dari Rania semalaman penuh juga menjadi salah satu sebab ia bisa terjebak di dalam mobil bossnya ini.

Rania hendak membalas ucapan kakaknya itu tapi bibirnya langsung terkatup rapat saat melihat Rion menggelengkan kepalanya pelan. Tanda bahwa Rania harus mengalah, kalau tidak rencana Rion bisa gagal total. Dari awal niatnya mengajak Rania ke Dufan memang untuk mendekati Raisa. Tapi bukan berarti ia jahat karena memanfaatkan kepolosan Rania.  Tapi hanya itulah celah yang dimilikinya, Raisa tidak akan menolak jika sudah berurusan dengan adik bungsunya ini. Dan untunglah adik bungsunya ini bisa diajak bekerja sama.

"Ya sudah nanti bang Rion ajak kamu naik komidi putar, bianglala, gajah bledug, atau kamu mau ke istana boneka?  Disana kamu bisa lihat berbagai macam boneka dari berbagai negara. Seru kan?"

Senyum Rania langsung melebar saat mendengar bujukan Rion. Dia mengangguk-nganggukan kepalanya dengan antusias. Sedangkan Raisa hanya mendengus sebal. Sejak kapan bossnya itu bisa berbicara dengan lembut dan menenangkan seperti itu? Ia hendak melihat wajah Rion, untuk menyelidiki apakah bossnya itu tulus atau hanya akting semata. Tapi baru di detik pertama ia menolehkan kepalanya, matanya langsung bersiborok dengan mata elang milik lelaki itu. Tapi anehnya tidak ada tatapan intimidasi dari Rion, yang ada lelaki itu tersenyum dengan lembut padanya. Senyum yang untuk pertama kali dilihat Raisa dari wajah bossnya itu yang kadang terlihat menyeramkan. Buru-buru Raisa memalingkan wajahnya ke samping kiri, kembali memandang pinggiran jalan ibu kota dari balik jendela mobil. Sedangkan Rion menghela nafasnya pelan, sedikit kecewa dengan reaksi Raisa yang memalingkan wajah darinya. Apa sebegitu burukkah ia dimata gadis itu? Hingga memandang wajahnya saja terasa enggan untuknya. Tak ingin terbawa perasaan, akhirnya Rion pun kembali memfokuskan dirinya pada kemudi. Jangan sampai karena rasa kecewanya ia sampai membahayakan nyawa orang lain.

xxxxxxx

Sesampainya di Dufan, Rion benar-benar menepati janjinya. Ia langsung mengajak Rania menaiki komidi putar. Sedangkan Raisa hanya menunggu di samping pagar pembatas. Dari kecil ia tidak suka naik komidi putar yang hanya membuat kepalanya pusing dan perutnya bergolak mual. Aneh, padahal saat menaiki wahana halilintar dan kicir-kicir kondisinya baik-baik saja. Sesekali ia tersenyum dan balas melambaikan tangannya saat Rania melambai padanya dari atas komidi putar. Disamping Rania juga terlihat Rion yang tampak menikmati waktunya bersama adik bungsunya itu,  dan jelas-jelas Rion selalu melemparkan  senyum padanya. Tapi Raisa pura-pura tak melihat dan fokus pada Rania saja.

Mr. Playboy & Ms. CalmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang