13. Tentang Olive (2)

33 5 0
                                    

         Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di rumah Olive.

"Besok gue jemput jam 7 jangan lupa," ucap Yogas ketika sudah sampai di ruang tamu.

"Iya. Bawel."

"Takut lo lupa. Gue pulang ya," Yogas berpamitan kemudian dia melangkah manuju pintu.

"Iya."
 
Yogas sudah pergi dan Olive masih betah duduk di ruang tamu.

"Non mau pindah ke kamar sekarang? Sini bibi bantu," tanya bi Inah ketika melihat Olive sudah berada di rumah.

"Iya boleh bi."

Bi Inah pun menuntun Olive hingga ke kamarnya.

"Makasih bi," ucap Olive ketika mereka sudah sampai di kamarnya.

"Iya, sama-sama non."

Olive menahan bi Inah yang sudah bersiap untuk beranjak "bi, papah belum pulang?"

Bi Inah pun duduk kembali "belum non, yang terakhir itu beberapa hari yang lalu. Yang katanya ada berkas yang ke tinggalan terus sampe sekarang belum pulang lagi. Kenapa non? Emang bapak gak ngasih kabar sama non Olive?"

"Ngasih sih bi, cuma engga aku respon."

"Lah kenapa toh non? Nanti bapak khawatir loh," bi Inah pun mengelus kepala Olive dengan pelan. Bi Inah sangat tahu bagaimana kesepiannya Olive setiap harinya.

Olive menghela nafas "biarin lah bi, kalau emang papah khawatir juga dia pasti telpon atau bahkan dia langsung pulang. Itu pun kalau dia khawatir dan masih ngerasa punya anak. Papah juga belum tau kan kalau aku diserempet orang."

"Jangan ngomong gitu non, bapak pasti perduli cuma mungkin emang sibuk aja. bapak belum tau kalo non kecelakaan?"

"Bukan kecelakaan bi, diserempet doang. Gak separah itu."

"Iya non, sabar ya," bi Inah pun menarik Olive ke dalam pelukannya, mengusap punggung Olive sayang.

"Aku kesel bi, papah ga pernah berubah selalu sibuk dengan kerjaan dan keluar kotanya."

Tanpa disadari air mata Olive sudah membasahi pipinya.

"Mau gimana lagi non, bapak kan kerja buat non juga. Non sabar aja ya, ada bibi ko."

Bi Inah ini sangat baik, untuk saat ini hanya bi Inah orang terdekat Olive. Dia sudah menganggap Olive sebagai anaknya sendiri, terlebih dia tau betapa sibuk orang tuanya dan betapa kesepiannya Olive. Semenjak 4 tahun yang lalu.

4 tahun lalu, tragedi dimana Olive harus merasakan kehilangan. Betapa terpukulnya Olive dia harus kehilangan kasih sayang mamanya. Di mana seharusnya di usia yang baru berumur 16 tahun ini masih sangat membutuhkan kasih sayang dari sosok ibu.

Mama Olive meninggal sekitar 4 tahun yang lalu akibat penyakit yang dideritanya. Sebelum meninggal, kurang lebih satu tahun sebelumnya mamanya memang sudah sering pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaannya.

Kepergian mamanya sangat membuat keluarga Olive terpuruk, terlebih untuk Olive karena dia orang yang paling dekat dengan mamanya. Papa dan kakaknya pun sama terpuruknya, mereka sangat terlihat jelas merasa kehilangan. Namun mereka tidak sepeti Olive yang sanggup menutupi keterpurukannya, Olive selalu berusaha untuk terlihat tidak bersedih, dan berusaha untuk tidak menangis di depan papa dan juga kakaknya.

Jika dia sudah merasa sedih dia akan dengan cepat pergi menuju tempat mamanya, dan dia akan menangis di sana. Seorang diri, hanya ditemani silir angin. 

Olive sebenarnya tidak sendiri, masih ada kakak laki-lakinya yang sudah pasti sangat menyayanginya.

Namanya Aldevaro Demario, berumur 22 tahun berbeda 6 tahun dengan Olive. Namun Varo tidak tinggal bersama dengan Olive, dia tinggal seorang diri di kota Malang untuk membantu mengurus perusahan papanya yang bergerak dalam bidang properti. Dia hanya pulang satu bulan sekali, itu pun jika dia sedang tidak pergi keluar kota. Jika kakakknya sedang sibuk mereka hanya bisa melakukan video call saja.

"Aku kangen mamah bi."

Tangis Olive membuat pecah seisi kamar, akan membuat siapa saja yang mendengarnya bisa merasakan kesedihan yang sama.

Bi Inah pun melerai pelukannya dan menghapus air mata Olive "ya udah, kita ke tempat mamanya non ya."  

Olive mengangguk pelan "ayo bi, pak Parmin udah pulang?"

"Belum non, katanya lusa baru bisa pulang."

"Ya udah kita pake taksi aja ya bi."

"Iya non, bibi ke dapur dulu ya. Si non pasti belum makan kan."

"Belum bi."

Bi Inah pun keluar dari kamarnya. Olive bersandar pada sandaran kasur menunggu bi Inah kembali lalu dia akan bersiap.

****

Setengah jam kemudian terdengar suara ketukan pintu dan itu berhasil mengejutkan Olive yang sedang fokus pada laptopnya. Dia sedang membuka email, karena dia baru ingat jika tadi siang ada pertanda pesan baru di notifikasi ponselnya.

"Iya bi masuk, kenapa?"

"Ini non, bibi mau ngasih tau kalo di luar turun hujan," kata bi Inah sambil membuka gorden.

"Yaudah besok aja bi perginya." 

"Iya non bibi keluar dulu ya."

Olive hanya mengangguk, bi Inah pun langsung pamit dan pergi meninggalkan kamar Olive. Olive mengambil laptopnya kembali dan mulai fokus membaca nama siapa yang telah mengirimnya pesan, ternyata email itu dari papanya.

Buat apa papa ngirim email? Biasanya juga kan sms, atau chat.

"Buka, jangan, buka, jangan. Males ah, paling juga ngasih tau pulangnya kapan gara-gara gue gak pernah bales smsnya,"Olive pun mengurungkan niat untuk membacanya. 

Ia tidak tahu bahwa email itu amat sangat penting.

Ketika Olive sedang berpikir ulang untuk membuka email dari papanya, ponselnya berdering dan ternyata itu panggilan dari Yogas.

"Apa?" jawab Olive malas.

"............"

"Ngapain? katanya jam 7?"

"..........."

"Iya, eh tapi besok gue mau ke suatu tempat dulu."

"..........."

"Iya," Olive langsung menutup telponnya tanpa menunggu jawaban dari Yogas.

Dia membuang pandangannya keluar jendela, memperhatikan setiap rintik hujan yang turun membasahi bumi.

Dia membuang pandangannya keluar jendela, memperhatikan setiap rintik hujan yang turun membasahi bumi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Yo.LiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang