part20

396 19 0
                                    

  Di sekolah. Aku sendiri. Aku memisahkan diri dari gengku, Barbara dan lainnya. Fadil yang mencoba menjelaskan apa yang aku liat kemarin tidak bisa merubah hatiku yang masih rapuh.

Aku pergi ke taman sekolah yang biasa aku pakai ketika aku sedang ingin sendiri.

"Barbie..?" Ucap seseorang dari belakangku. Aku menghapus air mataku lalu membalikan tubuhku.

"ya?" Jawabku singkat.

"Lo marah sama gue?" Ucapnya lagi.

"Kenapa gue harus marah?" Sahutku pahit.

"Gue tau lo lagi mikirin apa sekarang. Ada dua hal."

"Gak usah sotau deh!" Aku meninggalkan nya sendiri tanpa melihat wajahnya. Tapi aku mendengar suara khasnya. Ya, itu Kak Andreas.

Aku memilih pergi ke kelas.

"Barbie.. Kamu masih marah? Aku mau ngomong berdua sama kamu" Ucap seseorang lagi dan membuatku risih. Aku mengabaikannya lalu pergi duduk dibangkuku. Di pojok paling belakang.

"Kamu gak bisa kaya gini mulu barb!" Ucapnya dengan nada tinggi.

"Kenapa lagi?" Jawabku dengan nada tidak kalah tinggi.

"Kamu kenapa kaya gini? Marah? Cuma gara-gara hal kaya gitu? Kamu gak tau kenapa aku bisa pelukan sama dia. Kamu gak tau apa yang aku rasain saat itu. Kamu pikir gimana rasanya kehilangan seorang Ayah. Kamu gak bisa terus maksain aku untuk selalu ada buat kamu! Lo jangan maunya enak sendiri! Lo gak punya otak apa gimana si, Barb? Kenapa lo sekarang jadi kaya gini? Diemin gue gitu aja. Lo itu egois! Gue gak suka cewek egois!" Sahutnya dan membuat aku tercengang.

"Gimana bisa kamu ngebentak aku kaya gitu, dil?" Tangisku pecah. Aku masih mencerna perkataan Fadil satu-satu. Aku menutup mukanya dan menangis hingga terisak.

Fadil memelukku dari samping.

"Maafin aku, Barb. Bukannya aku pengen buat kamu nangis. Maaf aku kasar" Fadil meminta maaf. Aku tidak bergeming dan langsung berlari tidak tahu ingin kemana.

Aku berhenti ditempat yang membuatku nyaman. Di taman belakang sekolah. Aku menangis sekencang-kencangnya.

  Aku mendengar suara seorang perempuan "Hei bangun udah balik sekolah" ternyata aku tertidur dan aku tidak masuk 2 pelajaran pokok. Yaitu IPA dan MTK. Aku kembali ke kelas untuk mengambil tasku. Disana sudah tidak ada siapa-siapa. Aku mengambil tasku. Lalu berbalik untuk keluar. Aku melihat FADIL DENGAN MANTANNYA(RAHMA) sedang BERCUMBU di belakang pintu.

"Misi." Ucapku lalu membuka pintu.

Fadil terkejut dengan kedatanganku. Mungkin dia tidak mendengar ketika aku memasuki kelas. Aku berlari. Fadil mengejarku dan mendapatkan tanganku.

"Apalagi dil?" Ucapku dengan mata sembab dan sepertinya ingin mengeluarkan air lagi.

"Gue gak maksud buat itu, Barb" Fadil mencoba menjelaskan.

"Kok dia bisa sekolah disini?" Tanyaku mengabaikan pernyataan Fadil.

"Dia pindah sekolah dari SMA Bali kesini. Dia sekelas sama kita." Fadil menjelaskan.

Lalu aku menarik lengan Fadil dan membawa dia ke taman yang tadi aku tempati.

"Fadil. Lo masih sayang sama dia?" Tanyaku.

"Eng-enggakk, Barb" jawabnya.

"Lo ngejawab gugup banget,Dil. Lo gapapa jawab jujur. Gue bakal terima." Tanyaku lagi.

"Barbie.. Aku gak mau bahas ini"

"Yaudah lo bisa jelasin apa yang lo lakuin kemarin malam dan tadi." Seruku dengan senyuman pahit.

"Aku kemaren ngeliat kalo itu kamu. Aku mimpi kalau kamu juga bakal ninggalin aku. Pas kamu ngomong aku langsung liat muka dia ternyata bukan kamu. Aku langsung lepasin pelukan dia terus aku mau ngejar kamu tapi ditahan dia. Pas aku bisa kabur dari pelukan dia aku langsung cari kamu tapi kamu gak ada. Aku dateng ke rumah kamu tapi kata Mami kamu, kamu belum pulang. Kamu kemana kemaren?" Jelasnya dan seperti mengalihkan pembicaraan karna dia tidak menjelaskan kenapa dia bisa bercumbu dengan Rahma.

"Oh.. Kemaren gue ke rumah Kak Andreas tapi ketemu Barbara sama Kak Andreas takut ngeganggu gue pergi dan balik ke rumah. Lo belum jelasin kenapa lo ciuman ama dia?" Jawabku jujur dan menanyakan ulang tentangnya dan Rahma soal bercumbu itu.

"Ta-tadi pas gue mau ngambil tas lo tiba-tiba si Rahma narik gue ke belakang pintu terus dia cium gue. Gue lepasin ciuman itu tapi dia malah menjadi-jadi."

Mungkin kali ini aku percaya. Walaupun dihatiku masih seperti terganjal.

"Yaudah gue gak mau liat lo kaya gitu lagi. Apapun alesannya" ucapku yang sekarang kasar."Ehiya tadi kenapa lo ngomong kasar banget ke gue? Sampe ngebentak. Abis gitu sampe bilang 'lo gak tau kenapa gue bisa pelukan sama dia' terus lo bilang gue gapunya otak" lanjutku.

"Kalo itu aku gak tau. Mungkin emosi aku lagi labil. Aku minta maaf ya sayang?" Rayunya.

Aku tidak bisa menolak rayuannya. Lalu aku minta antar pulang dan dia mengangguk.

Ketika aku sudah setengah jalan tiba-tiba Fadil memberhentikan motornya.

"Kenapa?" Tanyaku heran.

"Sekarang kita harus ke pemakaman! Daddy mau dimakamin." Tanpa aba-aba dan persetujuan dariku, Fadil langsung memutar balik ke arah rumahnya.

Dirumahnya kosong.

Dia langsung pergi ke pemakaman. Dan disana ada orang-orang yang baru turun dari mobil-mobil. Dan aku melihat Mommynya Fadil.

"Tuh" tunjukku untuk memberitahu Fadil kalo Mommy dan keluarganya ada disana. Fadil langsung memarkirkan motornya dan turun dari kendaraan tersebut. Dia berlari dan membantu menggotong keluar peti mati Daddy Fadil dari ambulan. Daddy Fadil dikuburkan Fadil menangis lagi. Disampingnya ada Mommynya yang memeluk Fadil. Aku berpamit untuk ke toilet. Setelah balik dari toilet Fadil sudah berada didepanku dan memelukku. Aku membalas pelukannya. Fadil membasahi pakaian sekolahku dan dia langsung mengajakku pulang karna pemakaman telah selesai.

"Aku gak mau kehilangan kamu, Barb!"

♥♥♥

Masa gua ngantuk jam segini. Eh mau ngasih tau doang kalau dua hari ke depan gue gabisa update soalnya TO yaa doain yaa semoga dilancarin dan gampang menjawab soal-soalnya hehe.

Jangan lupa Voment:*:*

#debby monica

I'm Not The Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang