part 15

414 20 0
                                    

"Ngeliatin apaan kamu?" Seseorang membuyarkan lamunan ku. Ya, itu Fadil.

"Nggak liat apa-apa kok. Yuk ke kantin." Jawabku.

Diperjalanan Fadil bercerita, aku tidak tahu dia cerita apa saja karna aku tidak menghiraukannya. Aku masih tidak rela jika Kak Andreas, cinta pertamaku jadian dengan sahabatku sendiri Barbara. Apa aku harus marah dengannya? Tapi aku bukan siapa-siapa Kak Andreas lagi.

"Heh ngelamun mulu! Ini udah sampai kantin" Fadil membuyarkan lamunan ku(lagi).

"Iya siapa juga yang ngelamun" aku memeletkan lidahku.

"Kita duduk sana aja,yu. Bareng temen2 aku" aku mengangguk setuju karna disana juga ada Clari Nica BG dan juga Nomi. Semenjak aku jadian sama Fadil, teman-temanku jadi gabung dengan komplotan Fadil.

"Eh penganten baru, gimama honeymoonnya?" Itu suara Tian.

"Palelu Penganten baru" Cibir Fadil.

Aku duduk sebelah Nomi dan Fadil duduk sebelah Metyo yang sedang memegang gitar Fadil mengambil gitarnya dan membunyikan alunan lagu.

"Hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga hai begitulah kata para si jomblo aduhai begitu lah kata para si jomblo~" Fadil bernyanyi disertai bermain gitar. Teman-teman fadil menari-nari dan berdansa dengan bangku. Ketika mendengar kata Jomblo semua diam dan langsung melihat ke arah Fadil. Aku dan Nomi hanya tertawa kecil.

"Ehiya engga-engga. Ganti lagu" Sahut Fadil ketakutan.

Semua tertawa terbahak-bahak kecuali Fadil yang hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Tiba-tiba Natasya dan Natasha datang.

"Boleh gabung?" Tanya Natasya.

"Boleh lah apa sih yang engga buat kamu" Fadil mencolek dagu Natasya. Aku melotot ke arahnya. Natasya menepis tangan Fadil dan duduk sebelah BG dann Natasha duduk sebelah Clarie

"Eh becanda Barbiee jangan ngambek gituuu" Fadil berlutut dihadapanku dan aku hanya melihatnya sekilas.

"Barbie kamu mau makan gak? Atau minum? Em.. Cappucino Ice?" Tawarnya, mungkin itu adalah sogokan agar aku tidak marah dengannya lagi.

"GAK" aku menjawabnya dan pergi meninggalkan mereka. Baru saja jalan lima langkah tiba-tiba didepan ku sudah ada Barbara dan Kak Andreas. "Barb lo mau kemana?" Tanyanya.

"Ke kelas" jawabku singkat dan langsung berlari ke kelas.

"Barbie.. jangan marah dong. Kan cuma bercanda" Fadil membujukku lagi.

"Aku ga marah ke kamu, Fadil" Jawabku dengan senyum dipaksakan.

"Ah kamu mah boong. Kalo kamu gak maafin aku, aku bakal terjun dari lantai 100 terus loncat terus nanti kamu aku datengin nanti kamu aku bunuh" Jawabnya konyol.

"Aku gak marah ke kamu Fadil. Jangan dong kalo nanti kamu mati aku jadi jomblo" Aku tertawa. Fadil memasang muka cemberut, lalu dia mengambil tasku dan dibawa lari ke lapangan.

"Kamu mau bawa kemana tas akuuuuuuu fadil" teriakku Fadil menghentikan larinya.

"Dibuang dibakar terus aku mutilasi terus aku kasih ke si Kwari"

"Sadisnya kau. Yaudah kalo kamu mau lakuin itu aku bakal pacaran sama Kwari." Aku berjalan ke bangku tempat Kwari duduk.

"Kwari.. lo mau gak--" ucapanku terpotong.

"Gue bunuh" itu Fadil yang ternyata sudah disampingku dan membawa penggaris. Sepertinya itu penggaris yang ditasku.

Kwari langsung lari terbirit-birit dan hampir tersandung. Aku dan Fadil yang melihatnya tertawa terbahak-bahak hingga perutku sakit.

"Udah ah capek" ucapku ditengah tawaku.

"Iya ah kamu duduk sama aku ya. Kan kamu gak bisa pelajaran MTK" Ledeknya dengan menekan kata MTK.

"Ih sotau. Iya aku duduk sama kamu"

Bel masuk berbunyi. Fansyah mengajar pelan-pelan tapi membuat satu kelas langsung mengerti. Fadil yang biasanya berisik dengan rayuan untuk para guru-gurunya, kali ini tidak. Dia mengerjakan soal-soal yang diberi Fansyah.

"Kalau ini tuh bisa dapet segini gimana?" Tanyaku karna dari tadi tidak menemukan jawaban.

"Kan kalau ini dibagi sama....blablabla" jawabnya panjang sampai aku mengerti. Ternyata Fadil cerdas. Dia ahli dibidang Matematika, Bahasa Inggris dan Olahraga.

Tet.. Tet.. Tet..

Bel pulang sekolah berbunyi. Aku beranjak dari tempat dudukku dan menunggu Fadil yang masih memasukkan buku-bukunya ke dalam tasnya. Sepertinya ada yang aneh. Fadil membawa semua buku pelajaran hari ini. Ahirnya dia berubah dan tidak menjahili guru lagi.

"Kamu tumbenan bawa buku-buku" Cibirku.

"Kamu mah gitu pacarnya mau berubah gak didukung" Jawabnya sambil mengerucutkan bibirnya.

"Siapa bilang orang aku dukung" aku memeletkan lidahku.

"Yaudah,yuk pulang" Ajak Fadil.

"Duluan ya, Sya, Sha... Barb" aku pamit ke mereka bertiga, Ya Natasya Natasha dan Barbara.

♥♥♥♥

sorry ya chapter ini gaje:3 soalnya baru bangun wkwk. Maafkan diriku jika terlalu banyak typo.

Oke sekian dan terimakasih.

Jangan lupa VoMent:*:*

I'm Not The Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang