Yes, hari ini bakalan seru banget pastinya, pameran bunga, happy sunday. Lupain semua hal kemarin itu cuma kesialan aja, lagipula cinta itu gak nuntut pembalasan, cukup ikhlas dan jalani, masalah pembalasan itu hanya hadiah pelengkap.
"Bu, Tami berangkat dulu ya, nanti Tami telpon kalau ada apa-apa."
"Loh Tam kok Panji gak jemput kamu."
"Ah? kenapa dia harus jemput aku." Apa ibu sakit? bukankah biasanya Panji memang tidak antar jemput aku,aneh.
"Kalian kan sudah pacaran, harusnya kan pergi bareng biar makin dekat." Ibu tersenyum malu-malu, menggelikan.
"Kata siapa aku pacaran sama Panji?"
"Panji sudah cerita ke ibu kemarin malam, waktu dia nunggu di ruang tamu, jangan bohong." Ibu menyenggolku. Sialan dia mencuri start, Panji dasar gila sungguh, aku stress.
"Oh-oo-i-ya, ah Bu bisa saja ya doakan saja biar tetap utuh ya Bu." Tami hari ini kau membohongi ibumu dasar sok manis, Tami dosamu.
"Ya sudah salam buat Panji ya, Tam."
"Iya bu bye ibu."
Sialan, kenapa dia berbohong pada ibu, haha Tami sadarlah barusaja kau juga ikut membohongi ibumu, sejak kamu menaruh hati padanya, kau jadi berantakan Tami, hampir setiap saat kau menangis. Tuhan, lepaskan aku dari perasaan gila ini.
Aku sekarang sudah mengendarai motorku di jalanan kota Denpasar, Suasana minggu yang sangat nyaman. Sialan, ponselku berdering, baiklah aku memilih untuk menepi. Lihat siapa yang menelpon. Hemm, tenang Tam.
"halo buk De ada apa?"
"Tam, Panji menginap dirumahmu ya?"
"E-ngg-enggak Buk De, kenapa?"
"Kemarin dia pamit pinjem mobil katanya mau nonton ujian S2, sama kamu, tapi sampe sekarang dia belum pulang, Tam Buk De khawatir." Panji, kemana lagi dia, sekarang Buk De benar-benar menangis di ujung telpon, aku jadi tak sanggup, tenang Tami kemarin kau sudah janji tak akan mengurusi makhluk itu. Jika boleh meminta, aku ingin dia menjadi Panji yang lemah, biar aku yang menjaganya.
"Hemm, maaf Buk De Panji memang keluar sama Tami kemarin, tapi..."
"Kenapa Tam, apa dia...?"
"Tenang Buk De, tak ada yang perlu dicemaskan, nanti aku kabarin Buk De lagi ya."
Aku harus membuat Buk De tenang, ini sudah kesekian kalinya dia menghilang, oh tidak dia membawa mobil, jangan sampai dia membuat kebodohan. Jangan sampai."Makasih Tami, Buk De selalu merepotkan kamu, hati-hati nak Tam."
"Buk De sabar ya , aku pasti bantu Buk De."
Sambungan telpon kami sudah terputus, sekarang aku mulai berpikir penuh cabang. Panji jangan buat aku mencintaimu dengan cara seperti ini, aku lelah. Motorku melaju lebih cepat aku tetlihat seperti lepas kendali, hari ini Denpasar sangat mendung, hatiku juga, Tam kau sangat berlebihan.
pukul 08:15
"Kak Tam, sini cepetan." Kima berlari dari dalam toko tanpa membiarkan aku melepaskan helmku terlebih dahulu. Dia terlihat antusias dengan sesuatu, dia menarik tanganku mengajak ke halaman belakang.
"Kim, bagaimana dia bisa disini? Kapan dia masuk?"
"Dia datang kesini jam 6 pagi kak, saat aku membuat stand pameran di depan toko." Yah, memang kalau ada pameran minggu, Kima memang datang sangat awal.
"Lantas, kenapa dia tidur di halaman belakang?"
"Iya kak Tam dia bilang, mau menunggu kak Tam, tapi kak Tam belum datang, dan dia langsung pergi kesini, sementara aku sibuk di depan."
KAMU SEDANG MEMBACA
TO PANJI
RomanceApa kabar Panji? Rasanya sudah sangat lama, aku mencarimu, tapi kenapa aku tak menemukanmu? Aku ingin lihat rambut panjang sepundak itu, apa masih terlihat kacau? Waktu mungkin tidak bisa aku kalahkan, percayalah aku berdoa agar semua kebaikan datan...