ayesha 6

148 8 0
                                    

Aku berjalan pulang dari depan gang rumahku sambil membawa beberapa kantong belanjaanku, ada dua potong baju kerja, dan beberapa makanan untuk ibu dan ali. Aku naik angkutan umum dari mall tempat kami makan, kak yesi berniat mengantarkanku, tapi kasihan kak yesi kalau harus mengantar kami semua dengan arah yang berlawanan, aku dan hanna pun naik angkutan yang kebetulan lewat di depan mall.
Didepan rumah kulihat ali sedang duduk bersama seseorang, semakin dekat kuperhatikan ternyata edo.
"ni kak echa udah pulang bang" ucap ali.
"Dari mana aja sih kak, di telfonin hp nya ga di angkat" tambah ali.
"Aduh sorry do, tadi lagi jalan sama anita ga kedengeran hpnya di tas" ucapku pada edo.
Sejak dari aku makan di mall edo memang beberapa kali menelfonku, tapi aku malas menjawabnya, ga enak sama yang lain, bisa-bisa aku di sangka punya hubungan sama edo.
"Gapapa, darimana cha" tanya edo.
Akupun ikut duduk diteras,
"Jalan sama anita do, biasa cewek, pengen beli setelan kerja, ucapku, li ni tadi kakak beliin makan, ibu mana" tanyaku pada ali.
"asikk kakak dapat gaji gede ya, ibu belum pulang kak di perumahan depan kayanya" ucap ali.
"Nih bang edi, dimakan donatnya ,ucap ali pada edo, abang mau minum apa sekalian ali beliin di depan ya kak" tambah ali.
"Bisa aja kamu ya li, kamu aja yang kepengen beli"ucapku sambil memberikan uang seratus ribuan pada ali.
" abang gak usah li, nanti minta air putih aja" ucap edo.
"Gapapa sih do, sekali kali ini" tawarku.
"Ga deh cha, donatnya udah manis banget,tambah ngeliatin kamu, diabetes nanti " ucap edo
"Gegayaan kamu do, udah cepetan li, kakak yang dingin-dingin ya" tambahku.

"Gimana kerjaan kamu cha" tanya edo
"lancar do, ga susah-susah banget kok" ucapku.
"Kok belakangan kamu ga pernah angkat telfonku sih cha, aku sms jg jawabnya lama bener, sms siang jawabnya malem" tanya edo
"sorry do," jawabku."
"Sorry buat apa cha, kamu ga salah sama aku"
"Sorry buat semuanya do, aku ga tau gimana ngebales semua yang udah kamu lakuin selama ini ke aku, sejak kita sekolah" ucapku.
" kamu ga bisa pertimbangin lagi cha, aku beneran sayang sama kamu" tanya edo.
"Maaf do, aku ga bisa bales perasaan kamu" jawabku.
kami sama-sama terdiam, tak lama ali dan ibu datang, memecah keheningan kami, edo dan ibu sibuk bercerita tentang keadaan komplek di depan, aku pamit untuk mandi dan ganti baju.
Aku keluar dari kamar dengan baju tidur, kulihat ali dan ibu sudah duduj di depan tv.
"Lho edo nya mana li" tanyaku.
"Udah pulang kak, terima telfon tadi, terus buru-buru pergi, ga sempat nunggu kakak katanya" jawab ali.
Aku kekamar dan membawa tasku keluar, mengeluarkan amplop coklat hasil gajiku, aku menghitungnya.
"Buk, ini gaji echa bulan ini, ibu simpan ya buat tambahan biaya rumah kita, kalo ibu kepengen sesuatu ibu beli aja" ucapku.
"Dek ni, tambahan jajan kamu bulan ini, di pake yang bener ya" ucapku.
"Banyak bener kali ini kak, gaji kakak gede ya," tanya ali.
"Iya cha, ini kan full gaji kamu bulan lalu" tanya ibu.
"Iya buk, syukur banget gaji echa sekarang nambah" ucapku
"Makasih ya cha, kamu udah kerja keras buat kita, ibu ke kamar ya, capek seharian nyetrika" ucap ibu sambil berlalu ke kamar, di kamar kudenger ibu menangis, entah apa yang ibu sedihkan lagi, aku dan ali hanya berpandangan iba. Aku memutuskan masuk ke kamar dan berbaring.

Mungkin ibu masih sedih dengan keadaan kami, ibu memang sering menangis tiap kali aku memberikan uang bulanan pada ibu, ibu mungkin belum bisa menerima keadaanku yang harus bekerja dan tidak melanjutkan sekolah, padahal aku sendiri sudah ikhlas dengan semua keadaan ini.

Aku mengingat saat aku dan ali kecil, ibu lebih banyak menghabiskan waktu diluar untuk bekerja, aku yang menjaga dan menemani ali di rumah hingga ibu pulang kerja. Beruntung sejak kecil ali anak yang baik, ali lebih sering menghabiskan waktu di rumah bersamaku untuk belajar dibandingkan bermain dengan anak seusianya.
pikiranku beralih pada edo, aku berhutang banyak padanya, waktu sekolah dulu edo sering kali mengantar jemputku kesekolah, edo sering mentraktirku makan, karena ibu tidak memberikan banyak jajan padaku, banyak teman sekolahku yang segan pada edo hingga ikut berteman denganku, edo cowok sempurna saat sekolah dulu, Dengan wajah tampan dan sedikit oriental,prestasi akademisnya baik, ia juga jago olahraga, edo teman terbaik yang kumilki selama ini, tapi aku tidak memiliki perasaan lebih padanya, aku ingin lelaki yang kaya yang bisa membantu perekonomian keluargaku, itu yang tidak dimilikinya.
Maafkan aku do, lirihku dalam hati dan mencoba untuk tidur.

Pilihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang