Kujajakan kaki ini disebuah wisma yang sudah tua dan terkenal angker. Tempat inilah aku dan teman temanku SMP sering bermain. Aneh...itulah kami. Angker kok malah disamperin bukan dijauhin.
Orang yang masuk sini harus menaruh kartu identitas mereka & membayar 2k. Pertama masuk aku sudah disambut oleh suara yang memekikkan telinga dan pemandangan yang meyeramkan.
"Loe cepetan masui gih", ucap temanku sambil mendorongku tuk masuk. Hatiku berdegup kencang dan keringat dingin mulai bercucuran keluar dari pelipisku. Ini pertama kalinya aku mengijakkan kaki di wisma ini. Biasanya aku hanya bisa melihat dari tv.
Teman temanku semua bersembunyi dibelakangku semua. Mereka tidak tau kalau aku juga takut, "mereka" sangatlah menakutkan. Kulihat ada sosok lelaki tegap dengan rambut blondenya didekat tangga yang melihat kami dengan nyalang. Sepertinya lelaki itu bekas tentara belanda.
Kuabaikan tatapannya dan beralih orang orang pribumi yang begitu mengenaskan. Orang pribumi itu penuh luka yg cukup mengerikan. Ada perutnya terkoyak, kepala bercucuran darah, dadanya bercucuran darah, tangannya hilang karena ulah para penjajah.
Rintihan disana sini yang membuatku ingin keluar dari sini. Anak kecil belanda berlari kesana kemari yang membuatku hampir terjatuh saat naik tangga. Kudengar suara minta tolong yang mengangguku, kualihkan pandangaku ke ruangan yang cukup gelap.
Hatiku berdegup kencang saat mendekati ruangan itu. Ditengah tengah ruangan tersebut ada kursi yang busanya sudah keluar. Mataku menangkap sosok noni belanda yang wajahnya penuh darah, rambutnya rontok ditangannya, gaunnya putih kusam, dan perutnya ada bekas tusukan.
"T - t - olong saya"
Nafasku tercekat mendengar rintinhannya. "Kau kenapa", kuberanikan untuk bertanya kepadanya.
Inilah kisahnya
Namaku Elisson. Aku mati dalam keadaan memakai gaun karena malam ini akan ada pesta sesama orang belanda. Senang? Biasa saja. Acara dimulai aku mengelilingi rumahku yang penuh dengan orang orang belanda yang berbincang bincang.
Karena bosan aku pun keluar ke taman. Kulihat ada orang pribumi perempuan 3 dan masih kecil didepan gerbang yang terlihat lapar. Aku tidak tega maka dari itu aku membawakan mereka makanan.
"Makanlah", ucapku. Mereka menerima dengan ragu ragu.
"Terima kasih", balas mereka yang membuat senyumku merekah. Aish kenapa kedua orang tuaku begitu tega membunuh anak yang malang ini. Saat kubalik orang orang pribumi masuk kehalamn rumahku dengan amarah yang berkobar.
Aku langsung masuk dengan bercucuran air mata. Tapi telat...salah satu orang pribumi berhasil menangkapku dan bambunya menghunusku dari belakang sampai depan. Tak itu saja dia tidak menusukku sekali saja, tapi berkali kali.
Wajahku hancur karena saat tusukan terakhir aku tidak bisa menopang badanku lagi. Didepanku ada besi runcing yang sepertinya sengaja itu untukku. Dan naaslah aku, sungguh keadaanku mengerikan.
Apa salahku?
Yang salah orang tuaku, bukan aku!
Aku malah mengasihani orang pribumi tanpa kedua orang tuaku ketahui.Ayahku marah besar melihatku mengenaskan, beliau langsung melepas senapannya keseluruh penjuru. Aku tidak tau kenapa aku masih terikat disini. Bisakah kalian mendoakanku agar kembali ke alam sana?
Aku hanya bisa menghela nafas. "Kuharap kau tenang disana. Tuhan memberikan tempat yang layak untukmu Elisson". Kulihat dia tersenyum dan wajahnya berubah menjadi cantik.
"Terima kasih", gumamnya dan hilanglah dia bersama angin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Creepy Diary
HorrorKumpulan perjalan kisahku dengan dunia mistis yang tidak akan ada habisnya. Kuharap mereka tidak menghampiri kalian.