•DIRECT MESSAGE• [hendall]

last part

"rasa sakit ini terlalu sering menghampiri, sampai sampai aku terhanyut dan terombang ambing dalam balutan luka lama"

***

Aku dengan perasaan yang tak pasti mulai menekan bel apertement milik Niall sambil menggigit jari aku menggumamkan 'semoga dia tidak membukanya' berkali kali bak mantra yang dapat menjadi kenyataan

'krek' pintu yang sedari tadi kuharapkan tidak terbuka ternyata melenceng jauh dari harapanku. Niall keluar dengan senyuman yang merekah di muka nya

"Kendall!! Where u have been? Mengapa kau tidak membalas pesanku sayang? Aku merindukan mu" badan ku membeku saat tangannya memelukku erat . apa yang terjadi? Apa dia tidak melihat berita? Atau ah persetanan.

"Ayo masuk" ujarnya sembari menarik tanganku masuk ke apertementnya. Dengan perlahan aku melangkah kan kaki ku masuk kedalam dan langsung bertemu dengan suara tv yang belum sempat dimatikan

"pagi hari tadi tepat pukul 8 pagi terlihat seorang personil band yang sedang booming yaitu one direction keluar dari apertement miliknya sambil merangkul sorang gadis. Gadis itu adalah asisstent grup bandnya sendiri yaitu Kendall Nicholah Jenner yang beberapa minggu lalu mengkonfirmasikan bahwa ia dan Niall Horan bertunangan. Dan.." Tv itu tiba tiba mati membuat aku tercekat. Jadi ia mengetahuinya? Tapi mengapa? Aku memandang Niall yang sedang memegang remote tv. Senyum masih terukir jelas diwajahnya

"Niall ak-" belum selesai aku mengatakan sesuatu sebuah kecupan menempel dibibirku. Tapi ini biasa saja. Aku tidak merasakan rasa senang atau rasa bahagia. Aku diam tak membalas kecupan milik Niall. Merasa tak dibalas ia pun melepasnya dengan kekecewaan. Maaf kan aku.

Ia kembali tersenyum memandangku dengan intens menemukan mata coklatku bertemu dengan mata biru laut miliknya. Ia menggengam tanganku erat. Aku menunduk merasa malu atas apa yang telah aku perbuat. Aku milik Niall bagaimana bisa hatiku mencintai si ikal bodoh yang notabenya bukan siapa siapaku.

"Hei what's wrong?" Tangan Niall mengangkat daguku membuat aku bertemu lagi dengan mata biru menenangkan miliknya "No I just feel so worthless" aku tersenyum pahit "maafkan aku N" lirihku memandang lurus

"Shh buat apa kau minta maaf? Kau tidak ada salah apapun" ia tertawa "yang berlalu biarlah berlalu Kenny" Bagaimana bisa dia sebaik ini? Dan bagaimana bisa aku menduakan lelaki sebaik Niall?

"Ken ada sesuatu yang ingin aku bicarakan" matanya mulai memandangku dengan sorot mata yang serius. Ada apa ini? Apa dia ingin memutuskanku? Atau mengatai ku jalang? Agh semua perasangka tersebut menghantuiku sampai Niall mengeluarkan suara

"Maukah kau menemaniku seumur hidup?" apa maksudnya? Aku mengernyit dahi tanda tak mengerti ia pun menghela nafas dan menghirupnya lagi lalu melangkah maju kearahku membuat jarak diantara kami menipis

"Kendall Nicholas Jenner, maukah kau menjadi pasangan hidup sematiku? Seseorang yang akan dipanggil ibu oleh anak anakku nanti? Menjadi satu satunya milikkku? Will you marry me?" akhirnya semuanya jelas. Ia melamar ku. Mengapa tidak ada gejolak perasaan bahagia akhirnya dilamar oleh seorang Niall Horan? Bukannya merasa bahagia aku malah merasa syok sekaligus bingung harus menjawab apa

Tuhan untuk kali ini kumohon telan aku hidup hidup. Aku tidak ingin menikah dengan orang yang tidak aku cintai sepenuhnya tetapi dilain sisi aku tidak ingin mengecewakan Niall.

Tapi bukan kah aku tidak mencintai Niall? Dan menikah haarus dilandasi dengan kata cinta. Sedangkan aku mencintai Harry. Aku harus menolaknya. Dengan pasti aku membuka mulutku berniat menolak lamarannya

"Apapun yang terjadi kau tidak boleh menghancurkan repurtasi mereka selama ini, apapun itu" tiba tiba ucapan simon setahun silam bergema di otakku menyebabkan mulutku kelu untuk mengatakan sesuatu. Dia benar kalau aku menolak Niall itu bisa menghancur kan One direction bukan hanya Niall dan Harry ini secara keseluruhan. Liam, Louis, Zayn, dan para crew yang lainnya. Apa yang telah aku perbuat? Betapa egoisnya aku. Hanya karna mencintai Harry bisa bisanya menghancurkn orang lain aku terlalu egois