"Ya! Jangan menekuk wajahmu terus seperti itu! Bukankah kau ke sini untuk bersenang-senang?" Bibi Yeon sudah gemas melihat Yura yang sedari tadi tidak melakukan apapun, hanya melamun sambil mengetuk-ngetukkan jemarinya di atas meja.
"Wae? Apa kau sedang ada masalah? Jangan cemberut seperti itu, nanti kau cepat tua!"
"Ahjumma, bisakah kau diam dulu sejenak? Aku sedang pusing," balas Yura lemas kemudian mendaratkan pipi mulusnya di meja.
"Kalau begitu makan dulu, bibi sudah membuatkan bubur abalon untukmu. Ppali, sebelum menjadi dingin."
"Aku tidak lapar."
Bibi Yeon mencemuk kening Yura menggunakan sendok yang ia pegang hingga membuat Yura meringis. "Aish. Jika terus seperti ini, apa kau mau bibi kembalikan ke Cheongju?"
Yura terkesiap, ia mengelus-ngelus keningnya yang terasa berdenyut. "Andwae. Ahjumma 'kan tahu apa masalahku. Aku ingin sekali bertemu dengannya, eotteokhae...."
"Ya! Yura-ya, apakah kau masih ingat dengan Hyemi?"
"Park Hyemi?"
"Ne, dan apa kau tahu kalau dia itu..." Bibi Yeon sengaja menggantungkan ucapannya, membuat Yura memajukan wajahnya dengan penasaran. "Wae? Apakah sesuatu terjadi padanya? Wae? Wae?" desaknya tidak sabaran.
Bibi Yeon mengela napas, kemudian melanjutkan, "Dia itu salah satu penata riasnya Bangtan."
"MWO?!!"
"JINJJA?! Aish, ahjumma mengapa kau baru mengatakannya padaku," erang Yura kesal. Padahal dulu ia sangat dekat dengan Hyemi, tempatnya untuk bercerita semenjak kepergian Taehyung dari Cheongju. Tetapi kenapa dia tidak pernah bercerita mengenai pekerjaan ini? Ah ini gila, rasanya masih tidak mungkin.
"Bibi sudah membahas masalah ini sejak lama padanya. Kurasa dia mempunyai kabar baik untukmu hari ini, dia akan datang kemari jam satu siang nanti."
Mata Yura melebar, ia langsung bangkit dari tempat duduk tanpa menghilangkan binar-binar senang luar biasa dari wajahnya. "Jeongmal? Ah... saranghaeyo ahjumma," pekiknya sambil memeluk bibinya erat-erat.
Bibi Yeon menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu mengelus puncak kepala Yura. "Dasar anak muda," gumamnya dengan senyuman yang sulit diartikan.
-oOo-
"Mwoya? Eonni, kenapa sedari tadi kau tersenyum terus? Katakanlah sesuatu." Yura mendelik sebal. Hyemi memang sudah duduk di sampingnya sejak sepuluh menit yang lalu, tapi tak ada kalimat lain yang diucapkannya selain sapaan sewaktu tiba tadi.
"Pabo, aku ini rindu sekali denganmu, eoh. Apa kau tidak merindukanku?" Hyemi pura-pura mengalihkan pandangannya, ia terkikik geli setelah menyadari ekspresi panik Yura.
"Ani. Bukan begitu." Yura menepuk keningnya, merasa serba salah. Lagipula, bukankah tadi mereka sudah berpelukan? Tidak cukupkah untuk melepas kerinduan?
Yura menunduk, ia memikirkan sesuatu. "Eonni," panggilnya pelan. Sebenarnya ia merasa ragu, tapi ntah kenapa yeoja itu sudah tidak tahan untuk menanyakan pertanyaan yang sudah mengganggu pikirannya itu.
"Ne?"
"Apakah... kau menyukai pekerjaanmu?"
"Tentu saja! Itu adalah pekerjaan yang diimpikan seluruh yeoja di dunia ini, pabo!"
Yura menunduk lesu. Betapa beruntungnya menjadi Hyemi. Bisa dibayangkan jauh di luar sana banyak yeoja yang menjerit-jerit melihat idol mereka, sekalipun dari jauh. Tetapi ini... dekat, sering bertemu pula. Pasti dia sangat bahagia, ya sangat. Sayangnya ia tidak seberuntung Hyemi. Jika iya, mungkin Yura akan bertemu Taehyung setiap saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luv Affair [BTS FANFICTION]
FanfictionTaehyung-ah, kau yang sekarang berbeda sekali dengan yang dulu. Kau semakin tampan. Dan aku tidak menyangka, sekarang kau telah menjadi artis terkenal. Aku kagum padamu. Aku benar-benar merindukanmu. Aku akan menyusulmu, tetapi waktuku tidak banyak...