Sudah yang ke-tiga kalinya, Taehyung tidak bisa beranjak dari kasurnya karena sejak pagi kepalanya terasa sangat berat dan pusing. Padahal semalam ia tidak minum sama sekali. Walaupun rencana awalnya memang begitu.
Siapa sangka bahwa tujuan awalnya menuju ke Bar pinggir kota dalam sekejap berubah haluan karena kejadian tidak terduga kala itu. Ya, seharusnya ia bersyukur sebab kalau mereka tidak dipertemukan mungkin para namja brengsek di sana sudah berbuat yang tidak-tidak pada Yura. Di sisi lain, Taehyung menjadi semakin bingung dengan perasaannya sendiri.
Dia sudah punya Jimin.
Tepat saat memikirkan roommate yang sudah lama tidak dekat dengan dirinya itu, orang yang berada di pikiran Taehyung memasuki kamarnya dengan langkah tidak sabar. Tatapannya begitu ganas, seperti ingin membunuh segera predatornya.
Tanpa sapaan ramah seperti biasanya, Jimin menarik kerah Taehyung. Membuat tubuhnya tertarik dan ikut berdiri di hadapan Jimin. Kali ini tatapannya semakin murka. Jimin tidak bisa mengendalikannya lagi, ia sudah muak.
Dilayangkannya sebuah pukulan tepat di wajah Taehyung, membuat sudut bibirnya mengeluarkan darah. Taehyung menatap Jimin tidak percaya. Apa masalahnya kali ini? Jimin yang biasanya baik hati dan penyabar mengapa bisa semurka ini padanya?
"Puas kau? Hahaha...," rancaunya emosi diselingi kekehan yang-menurut Taehyung terdengar menyeramkan.
"HYUNG! APA YANG KAULAKUKAN?!"
Jungkook berlari menuju Taehyung yang sudah terkapar di lantai. Membantu hyung-nya itu berdiri sementara matanya masih tidak berhenti menatap Jimin meminta penjelasan.
"Apa ini karena Yura-nuna lagi, hah?! Sudah hentikan!"
Mendengar maksud Jungkook, Taehyung bangkit dengan sendirinya. Kali ini tanpa aba-aba ia menarik kerah Jimin persis seperti yang rivalnya itu lakukan sebelumnya.
Taehyung berdecak. "Kau ingin pamer padaku? Kau ingin mengatakan pada semua orang kalau kau telah mendapatkannya? Silakan saja, aku sudah tidak peduli," sahutnya kemudian mengelap darah di sudut bibirnya.
"KAU!" Saat Jimin ingin melayangkan pukulan kembali, Taehyung tertawa sinis. "Kau mau membunuhku? Aku tidak takut. Aku memang ingin mati. Huh... padahal saat ini kau sangat senang ya. Untuk apa juga membunuhku. Haha." Taehyung terus tertawa.
"Bagaimana kau bisa menyimpulkan itu? Kau ingin meledekku hah?!" balas Jimin tak mau kalah.
"Aku melihat kau mencium Yura semalam. Ya, itu sudah membuktikan semuanya. Haha. Ya, kau menang Jimin silakan tertawa sepuasmu." Usai mengatakan itu Taehyung kembali menerima pukulan Jimin. Jungkook yang nampak shock mendengar obrolan mereka, tetap membantu Taehyung yang kelihatan semakin lemas.
Dengan penuh keberanian Jungkook berdiri di tengah-tengah mereka. Berupaya agar permainan fisik itu terhenti.
"Bisakah kalian melanjutkannya dengan kepala dingin saja? Hyung, aku tidak tahu apa masalahmu sampai kau tiba-tiba saja memukul V-hyung. Bukankah dia yang menderita di sini? Untuk apa kau melakukan ini padanya? Berhentilah dan kali ini maaf aku tidak memihakmu!"
Jimin tertawa. "Hah, kau pasti langsung lari dramatis saat melihat kejadian itu 'kan? Hingga kau tidak melihat adegan selanjutnya."
Taehyung tidak menjawab. Memang saat melihat kejadian itu, tanpa berpikir panjang Taehyung langsung pergi. Memangnya apa yang terjadi setelahnya? Apa mereka melakukan yang lebih jauh?
Memangnya apa pedulinya.
"Yura menghindar. Dia pergi. Dia meninggalkanku. Dia bilang dia menyukaimu. Dia bilang dia mau menemuimu. Dia... dia... pergi begitu saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Luv Affair [BTS FANFICTION]
FanfictionTaehyung-ah, kau yang sekarang berbeda sekali dengan yang dulu. Kau semakin tampan. Dan aku tidak menyangka, sekarang kau telah menjadi artis terkenal. Aku kagum padamu. Aku benar-benar merindukanmu. Aku akan menyusulmu, tetapi waktuku tidak banyak...