Hi! Finally aku bisa update cerita ini, yeaaay! Kabar baiknya hari ini aku akan langsung update 3 part, sampai tamat! *lempar mercon* *tebar bunga*
Thanks sebelumnya buat yang udah setia nunggu cerita ini. Gak tau mau bilang apa:") Seneng aja akhirnya aku bisa tenang kembali nulis ke genreku, Teenfic lagi ㅠㅠ
Thankyou guys... Lysm!
---------------------------------------------------
"Berhenti!!"
Yura melangkah mundur dengan perlahan. Berulang kali membentak kedua orang yang tengah tersenyum lebar di sana. Nihil. Justru mereka semakin mendekat. Tubuhnya semakin bergetar, tak tahu harus melakukan apa terlebih lagi jalan yang dilewatinya amat sunyi, tidak berpotensi besar orang lain mendengarnya walaupun berteriak.
"Tolong!!"
Tiba-tiba kakinya tidak sengaja menginjak kaleng mimuman, sehingga membuatnya terjatuh di aspal. Yura meringis, masih mencoba mundur. Kali ini dengan bantuan tangannya.
Yura tidak mampu berdiri karena lututnya terlalu lemas. Ia menangis begitu salah satu dari namja itu sudah berada di sebelahnya, memegang bahunya. Seketika dilanda ketakutan yang amat hebat.
"Salahmu yang telah mengundang kami," ucap namja yang berjarak dua meter darinya, dengan smirk menyeramkan. "Eottokhae..." masih dalam keadaan menangis, Yura merasa panik karena punggungnya sudah menghantam dinding, pertanda sudah tidak ada jalan keluar lagi.
Saat namja tinggi itu ingin menyentuh wajahnya, dengan kasar Yura menepisnya. Ia menangis tertahan, menenggelamkan wajahnya di dalam lipatan tangan sambil menggumamkan 'siapun tolong aku' berulang kali dalam hati.
Eomma... maafkan aku. Aku tidak menuruti perintahmu untuk membatalkan niat ke Seoul. Aku tidak tahu hidupku akan berakhir seperti ini. Jeongmal mianhae, eomma.
Otaknya sudah tidak bisa berpikir jernih. Segala penyesalan sudah membentuk koloni di pikirannya. Yura tidak berani untuk mengangkat wajahnya, karena ia merasakan tangan seseorang mengelus puncak kepalanya. Dan tak lama, kembali terdengar suara pecahan beling.
"Percuma kau berteriak, tidak akan ada yang mendengarmu."
Dari suaranya saja, Yura sudah bisa menebak kalau namja itu dalam kondisi mabuk berat. Ekspetasinya mungkin akan lebih parah, mau melawan pun tidak bisa karena tenaganya sudah terkuras habis. Tak disangka hidupnya menjadi seperti ini.
Sayup-sayup Yura mendengar napas seseorang yang terengah-engah, bersamaan dengan suara debuman sesuatu yang terbanting. Semakin lama suara itu semakin jelas, terdengar seperti suara gaduh orang yang sedang berkelahi, saling menghajar, atau apapun itu.
"Yya!! Sialan!! Beraninya kau datang kemari!!" saat Yura mendengar teriakan namja yang berada di sebelahnya, ia semakin terisak. Tapi kemudian Yura menyadari namja itu sudah menjauh darinya, karena ia sudah tidak merasakan tangan kasar itu.
Terdengar suara keributan. Yura masih enggan melihat.
Lalu, kembali terdengar suara beling yang pecah.
"Hentikan!" Yura semakin larut dalam isakannya. Ia tidak tahu siapa yang sedang bergelut di sana, hanya saja ia terus berharap semoga saja orang itu mau membantunya.
"Jangan menyentuhnya!"
Suara itu seperti angin yang berhembus, tidak terdengar jelas. Kini sudah dipastikan, memang ada yang sedang beradu pukulan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luv Affair [BTS FANFICTION]
FanfictionTaehyung-ah, kau yang sekarang berbeda sekali dengan yang dulu. Kau semakin tampan. Dan aku tidak menyangka, sekarang kau telah menjadi artis terkenal. Aku kagum padamu. Aku benar-benar merindukanmu. Aku akan menyusulmu, tetapi waktuku tidak banyak...