P R O L O G

894 56 6
                                    

"Annyeong," sapa namja yang berada di hadapan Yura dengan cengiran lebar yang menghiasi wajah tampannya. Yeoja itu tersenyum, menatap namja yang selalu mengisi harinya. "Taehyung-ah, hari ini kita pulang bersama 'kan?"

"Tentu saja."

"Geurae. Kalau begitu aku akan mengambil sepedaku dulu sebentar ya?" tanya Yura yang dibalas anggukan sekilas dari namja itu.

Yura melangkah menuju parkiran tempat sepeda kesayangannya itu terparkir. Baginya, pulang sekolah adalah hal yang paling menyenangkan. Alasannya bukan karena lepas dari pelajaran, melainkan yeoja itu selalu bersemangat karena Taehyung lah yang memboncenginya. Pulang bersama, menggunakan sepeda miliknya.

Ini terdengar lucu, karena sebulan yang lalu Taehyung sama sekali tidak bisa bersepeda. Akhirnya yeoja itu yang mengajarinya.

"OMO!! Bisakah kau lebih pelan sedikit? Kita tidak sedang mengikuti lomba bersepeda!!" gerutu Yura sebal.

Taehyung tertawa kecil, tidak menghiraukan perkataan Yura. Namja itu tetap konsisten dengan kecepatan sepeda yang tidak seperti biasanya, sehingga membuat Yura semakin kuat mencengkram kemeja sekolah namja itu.

"Kalau kau takut jatuh, pegangan yang erat di pinggangku. Jangan di bajuku." Taehyung meringis kecut. "Ppalli!"

Yura mengerucutkan bibirnya. "Kau tidak sedang menggodaku 'kan?" Namun tak ada balasan dari namja itu. Akhirnya Yura mendengus pasrah, melingkarkan tangannya di pinggang namja itu. Seketika senyum penuh kemenangan terukir di wajah Taehyung.

"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu." Nada suaranya terdengar serius, membuat Yura mengerutkan keningnya penasaran. "Mwo? Apa yang ingin kau katakan?"

"Tidak di sini."

Akhirnya mereka sampai di sebuah padang rumput yang sangat luas. Taehyung dan Yura duduk di bawah pohon sambil melihat pemandangan sekitar yang indah dan sejuk. Yura menyukai tempat ini, kota Cheongju memang sangat istimewa, kota kelahirannya.

Beberapa menit berlalu tidak ada yang memulai percakapan. Sampai akhirnya Yura menoleh ke arah Taehyung, namja itu nampak berpikir. Namun ada raut wajah sedih yang berusaha ditutupi di sana. "Taehyung-ah, neo gwaenchana? "

Taehyung menghela napas berat. "Nan gwaenchana."

Yura hanya mengangguk-ngangguk, kemudian dia teringat akan ucapan namja itu sebelum mereka sampai di tempat ini. "Tadi kau bilang ingin mengatakan sesuatu padaku? Marhaebwa. Katakanlah."

"Ini mungkin pertemuan terakhir kita, Yura." Taehyung mengalihkan pandangan, Yura menatapnya cemas. "A-apa maksudmu? Aku tidak mengerti."

"Aku akan pergi. Malam ini. Dan mungkin kita tidak akan bertemu lagi." Taehyung menunduk sedih. Sejujurnya dia juga ingin tetap tinggal. Namun karena pekerjaan orangtuanya yang mengharuskannya menetap di Seoul, Taehyung terpaksa ikut karena dia tidak mempunyai siapa-siapa lagi di Cheongju. Apalagi keluarga.

"Eodiga? Kau mau pergi kemana? Tolong jangan bercanda!"

"Aku tidak bercanda," lirihnya. "Malam ini juga aku akan berangkat ke Seoul. Kuharap kau baik-baik saja tanpaku."

"Andwae! Gajima! Jangan pergi, jangan tinggalkan aku ..." tanpa sadar setetes demi tetes air mata telah turun membasahi pipinya. Taehyung yang melihat cairan bening itu jatuh, seketika membuatnya merasakan hatinya ikut teriris. Selama ini ia selalu membuat Yura tertawa, menghiburnya. Ia paling tidak sanggup bila melihat yeoja itu menangis. Dan saat ini ... Yura menangis karenanya.

"Tolong katakan kalau kau itu bohong. Gatjimal! " yeoja itu semakin terisak. Hatinya mencelos, bagaimana mungkin namja yang setiap harinya selalu mewarnai hidupnya, dengan senyuman favoritnya itu akan pergi? Meninggalkannya. Tidak, ini tidak boleh terjadi.

Taehyung berusaha menutupi kesedihannya. Bagaimanapun juga hari ini adalah hari terakhir mereka bersama, Taehyung tidak ingin meninggalkan Yura dalam keadaan seperti ini. Apalagi luka yang ia buat akan semakin dalam kalau ia juga ikut menangis.

"Ujimal, jangan menangis. Nanti wajah cantikmu itu hilang." Taehyung menghapus jejak air mata di wajah Yura. Yeoja itu menatap Taehyung lekat-lekat, berusaha menerka-nerka apa yang sedang dipikirkan oleh namja itu. Namun sialnya, tidak ada raut wajah kebohongan di sana. Dia berkata jujur.

"Dan ada satu hal yang aku ingin tanyakan padamu," ujar Taehyung seraya mengelus bahu yeoja itu.

"Bagaimana ... perasaanmu padaku?"

Yura menghentikan tangisnya. Tidak mengerti maksud dari pertanyaan Taehyung. "A-apa maksudmu?"

Yura memang sangat polos, mungkin ia baru bisa mencerna maksud dari pertanyaan itu setelah ia dewasa nanti.

Taehyung menghela napasnya dengan berat. Kemudian dia tersenyum sendu. "Bukan apa-apa. Kau tidak perlu menjawabnya sekarang. Dan sebelum aku pergi, aku ingin mengungkapkan bagaimana perasaanku padamu selama ini, perasaan yang selama ini berusaha kupendam."

"Naneun dangsineul saranghaeyo ..."

Mata Yura sukses melebar sempurna. Apa yang barusan Taehyung katakan? Apa ia salah dengar? Apakah ini mimpi?

"Hmm ... sepertinya sudah saatnya aku pulang. Aku akan berangkat sebentar lagi." Taehyung bangkit, namun yeoja itu masih kalut dengan pikirannya sendiri. Menelaah setiap perkataan Taehyung.

"Gomawo, terimakasih untuk semuanya. Jaga dirimu baik-baik ya. Mungkin kita akan bertemu lagi jika takdir berpihak pada kita." Taehyung berusaha tersenyum. "Selamat tinggal, Yura ..."

Namja itu melangkah pergi dengan perlahan, namun semakin lama langkahnya semakin cepat. Akhirnya tangis yang sedari tadi ia tahan tumpah juga. Ia menangis sejadi-jadinya. Hatinya bagaikan tertusuk, tidak tega meninggalkan yeoja itu sendirian di sana, dalam keadaan yang sama seperti dirinya.

Tapi mungkin ini adalah jalan yang terbaik.

Sementara itu bahu Yura bergetar, seluruh badannya melemas, tangisnya benar-benar tak terbendung lagi. Sungguh ia tidak pernah menduga akan terjadi hal seperti ini. Seharusnya namja itu selalu di sampingnya. Ia tidak tahu bagaimana perasaannya pada Taehyung. Yang ia tahu, hidupnya akan terasa kosong bila tidak ada namja itu.

"Kumohon ... Gajima, jangan pergi. Katakan kalau ini semua hanyalah mimpi ..." Yura menatap ke arah langit yang mulai menggelap, tapi ia sama sekali belum berniat untuk mangkir dari tempat itu.

"Gidaryeo ... aku pasti akan menyusulmu."

TBC. Vote and Comment♡

Luv Affair [BTS FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang