Tepat tanggal 24 Desember 2001, tak terasa aku telah melewatkan dua tahun hidupku menjadi anggota intelligence corps di Wilmington. Rasanya aku bangga pada diriku sendiri, aku tidak pernah menyangka aku bisa melakukan semua hal ini. Meski tanpa ayah dan ibuku di sampingku. Tahun ini sepertinya aku merayakan malam natal hanya sendiri, mungkin dengan Katie dan keluarganya. Andai saja kejadian 17 tahun silam tidak terjadi kecelakaan itu.
*****
Delaware, 1984. Umurku 13 tahun.
"It's Christmas Eve!"
Ayah ku memutar lagu Natal dengan sangat ceria di dalam rumah sambil menghiasi pohon natal yang cukup besar yang berada di tengah ruang TV, aku dan ibu membuat cookies favorite ku di dapur. Suara nyanyian Natal yang dilantunkan ayah terdengar sampai ke dapur dan kamipun ikut melantunkannya."Snow falling gently on the ground
This is the night before
And in my heart there is no doubt
That this is gonna be
'Cause here you are with me
Baby, baby, I can't wait....."Aku bahagia pada malam ini. Sangat bahagia. Suasana natal yang membuat hatiku seperti melayang bersama Kereta Santa Claus dan Reindeernya. Aku merasa tidak ingin mengakhiri malam ini.
Aku memasuki ruang TV dan menemui ayah, ibu mengikutiku dari belakang dengan membawa cookies yang telah kami buat dan menaruhnya di atas meja coklat. Ibu memberiku sebuah kejutan, aku membuka sebuah kado natal dari ibu. Sangat menakjubkan. Ibu memberiku kalung AOLO Disc Silver yang bertuliskan huruf A, untuk Alley. Ibu memakaikan kalung pada leherku.Di meja makan telah tersedia beberapa hidangan makanan untuk kami santap. Beef Wellington, Creamy Clam Linguine, Mini Pork Pies, Cranberry – Ginger Fizz, dan...
"Ibu mana Bologna ku ?"
Ibu membuka tutup makanan di sebelah kanan Mini Pork Pies.
"Sangat menakjubkan ibu! Terimakasih untuk hidangan makanan yang luar biasa ini" ucapku bahagia
Ibu dan ayah terlihat sangat menikmati malam ini. Tanganku mencoba meraih Bologna. Tapi tangan ayah menarikku. Aku hampir lupa. Berdoa. Makan malam kami dibuka dengan doa yang dipimpin ayah. Kami menutup mata dan menundukan kepala."Bless us oh Lord, and these thy gifts, which we are about to receive, from thy bounty, through Christ, Our Lord. Amen.."
Makan malam dengan canda gurau kami. Setelah kami menyelesaikan makan malam kami, ayah langsung berdiri dari tempat duduknya.
"Tunggu ayah disini sampai ayah memanggilmu keluar Alley." ucap ayah "Ayah punya sesuatu untukmu" tuturnya yang langsung pergi menuju pintu keluar di belakang.
Aku merasa penasaran, apa yang telah ayah siapkan untukku. Aku ditemani ibu di dalam rumah. Tapi setelah dua puluh menit ayah di luar, tidak ada suara dia memanggilku.
"Alley, tunggu disini ibu akan menyusul ayahmu"
"Baiklah bu, jangan terlalu lama, aku sudah tidak sabar"
Dengan dress putihnya yang merona, ibu keluar menuju pintu belakang. Aku tidak tau apa yang telah terjadi di balik pintu, tiba – tiba aku mendengar suara ibu menjerit. Aku langsung berdiri dari tempat dudukku, dan saat aku berjalan menuju pintu belakang aku mendengar suara tembakan. Aku takut. Apa yang telah terjadi. Aku memberanikan diri untuk keluar. Aku melihat seseorang dengan bahu yang tegap menggunakan pakaian serba hitam, rambut pirang, dan kakinya yang pincang berjalan menjauhi rumah kami. Aku hanya tercengang. Sedih. Sakit. Pilu. Aku melihat petasan yang telah disiapkan ayah. Dia telah menyiapkan semua ini. Ayah tergeletak diatas rerumputan dengan bercucuran darah dari perut dan kepalanya. Aku melihat ibu tergeletak di depan sepeda yang telah ayah siapkan untuk kado natalku. Aku tidak kuasa melihat semua ini.
"Ayah! Ibu!" aku berlari menghampiri mereka. Menangis. Tentu. Aku berharap ini adalah mimpi burukku di malam natal.
"Alley, maafkan ayah. Jaga dirimu baik – baik. Jangan pernah membuang waktumu untuk hal yang tidak berguna. Aku yakin kau akan tumbuh menjadi gadis yang hebat. Aku sangat menyayangimu Alley" pesan terakhir yang diterucap dari bibir ayah.
Aku tak kuasa menahan tangisku. Dimalam natal, semuanya hancur. Aku bagai Santa Claus yang terbang dari angkasa dan tiba – tiba terjatuh ke bumi karena Reindeer lepas dari ikatannya.
*****
Aku berdiri di depan pohon natal di dekat perapian, aku memutar lagu kesukaanku dan ayah ketika malam natal dengan turntable peninggalan ayah."Snow falling gently on the ground
This is the night before
And in my heart there is no doubt
That this is gonna be
'Cause here you are with me
Baby, baby, I can't wait
To spend this special time of year with someone who
Make me feel the special way that you do""Aku harus mencari tau siapa pembunuh ayah dan ibu, dan apa yang menyebabkan dia membunuh mereka"
"Mom, Dad I miss you"
Air mataku menetes, aku tidak bisa menahan sakit ini. Andai saja seseorang dapat menemaniku disini.
"Alley! Apa yang sedang kau lakukan ?" Katie muncul dan menghampiriku yang sedang duduk di depan perapian. Aku berdiri membalikan badan dan langsung memeluknya.
"Aku tau apa yang kau rasakan Alley" ucap Katie "Masih ada aku disampingmu, kau bisa kapan saja padaku Alley"
"Hallo Girls!" Ayolah ini malam natal, ayo kita pergi keluar!" teriak Gene yang tiba – tiba masuk ke dalam rumahku.
"Dan Gene" sambung Katie
Aku hampir lupa kalau keluarga Gene tinggal di Inggris, dan dia tinggal di asrama polisi bagian di Wilmington.
"Kau tidak pergi menemui keluargamu Gene ?" tanya Katie
"Ah tidak, aku ingin mengabiskan waktu malam natalku bersama kedua bidadari yang sepertinya belum mempunyai pasangan" jawab Gene sedikit meledek. Ledekan itu membuatku sedikit kesal.
"Ayolah tunggu apa lagi!"
Aku bersyukur masih ada keponakanku dan Gene, partner kerjaku yang masih ingat padaku.
Gene membuka pintu mobil Chevy Corvette 90's secara bergantian saat aku dan Katie akan memasukinya. Perilakunya memang kadang menyebalkan, kadang baik, bahkan bisa seperti ini. Aku duduk di depan, di samping Gene dan Katie duduk sendiri di belakang.Ditengah malam yang diterangi bulan dan hamburan bintang. Di atas aspal hitam yang diselimuti hamparan salju yang putih kami mengelilingi kota, menelusuri gedung – gedung bertingkat yang dihiasi lampu warna – warninya. Kami berjalan melewati H. Fletcher Brown Park diperbatasan kota. Sangat ramai. Kami melanjutkan perjalanan melalui E 12th St yang dipenuhi dengan perumahan yang bertingkat. Gene membelokkan stir mobilnya ke arah kanan. Kami tidak tau kemana kami akan dibawanya. Kurang lebih sekitar 1,5 kilo meter dari E 12th St street, Gene memarkirkan mobilnya disuatu tempat, tidak begitu ramai. Seperti sebuah taman. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas karena malam ini salju cukup tebal. Aku belum pernah melihat tempat ini sebelumnya. Gene membukakan pintu mobilnya untuk Katie dan aku, lalu dia menuntun kami kesuatu tempat. Sebuah cahaya kuning di tengah lahan kosong yang beralaskan salju yang seputih susu membuatku penasaran. Aku melihat sebuah meja kayu berbentuk bulat, dan tiga kursi kayu yang dicat biru. Kamipun semakin mendekat. Aku melihat tumpukkan kembang api, sebuah panggangan yang lengkap dengan sebuah wadah yang dihiasi bumbu-bumbu makanan. Daging segar, jagung, dan paprika, serta kepiting. Yeah Gene sangat menyukai kepiting. Di atas meja aku melihat tiga botol Blue Moon.
"Waw" ucap Katie dengan wajah tanpa ekspresinya. "Dari kapan kau menyiapkan ini semua Mr. Gene ?"
Gene orang yang misterius, tidak bisa ditebak, dan mempunyai pemikiran panjang. Aku masih terdiam sambil menikmati tempat itu. Sebuah bukit kecil. Aku berjalan ke ujung kursi yang telah disiapkan Gene. Aku melihat hamparan lampu rumah yang indah. Sungguh indah. Gedung-gedung yang berdiri tegap yang memancarkan warna-warna yang beragam. Putih. Biru. Merah. Kuning. Dan kembang api yang memancar ke langit.
"Ah tidak. Kau tidak usah tau kapan aku menyiapkan semua ini" ucap Gene dengan pipinya yang mulai memerah dan bibir tipis berwarna pink yang memancarkan senyum paling manisnya.
Malam ini, adalah malam natal yang paling indah yang pernah aku lalui. Endorfin dalam tubuhku meninggat dengan cepat. Barbequing, drinking, talking, joking, and fireworking.
Aku melihat ke langit yang diterangi bulan.
"Ayah, Ibu. Aku berjanji akan mencari siapa yang membunuh kalian"
Kembang api ditangan Gene menerbangkan cahaya yang melesat begitu cepat dan diakhiri dengan suara serta ledakan cahaya yang lebih besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstoppable
Gizem / GerilimBAHASA INDONESIA, SEDANG DALAM PERBAIKAN. SEBAIKNYA BACA DARI AWAL. TERIMAKASIH KAWAN. "Pembunuhan. Pencurian. Terror. Intinya kriminalitas. Menangkap semua pelaku dan mencari informasi tentang semuankejadian tersebut adalah pekerjaanku. Aku tidak s...