Sana POV
Aku berjalan menuju kelasku saat aku sampai di sekolah. Seseorang mengagetkanku dari belakang hingga membuatku sedikit terlonjak kaget.
"Tzuyu!" Kesalku sambil mencubit pipi Tzuyu.
Tzuyu adalah sahabatku. Ia memang begitu, ia suka sekali mengejutkan ku secara tiba-tiba dari belakang.
"Hehehe mianhae" balas Tzuyu sambil nyengir.
Kamipun berjalan bersama. Sesekali Tzuyu bercerita tentang hal uniknya dan terkadang juga tentang k-pop.
"Haish aku dengar sebentar lagi NCT akan debut!" Senang Tzuyu.
"NCT? Oh aku tahu. Grup SM ent itu ya" balasku.
Tzuyu mengangguk antusias. "Membernya ganteng-ganteng! Taeyong oppa dan juga Mark ya tuhan"
Aku hanya menggeleng-geleng melihatnya. Tiba-tiba bahuku menabrak seseorang.
"Mianhae" ujarku merasa bersalah.
"Sana-ssi? Gwaenchanayo" balasnya dengan suara berat.
Aku terdiam ketika mendengar suaranya dan orangnya. Bibirku keluh dan tak bisa berkata apa-apa.
Ia adalah Kim Mingyu. Temanku di club olahraga. Rambut coklatnya, tubuh tingginya dan suara beratnya benar-benar mengalihkan duniaku. Hanya perempuan gila yang tak punya perasaan untuknya. Paling tidak mengagumi.
Begitulah aku. Dengan itu kalian dapat menyimpulkan kalau aku menyukai Mingyu.
"Ne Mingyu-ssi. Kami duluan ya" kataku.
Mingyu mengangguk menunjukkan gigi taringnya yang panjang itu. Ia seperti vampir. Vampir tampan yang turun ke bumi.
Aku dan Tzuyu melanjutkan perjalanan ke kelas. Baru saja masuk kelas benar-benar ramai. Aku dan Tzuyu pun duduk di bangku kami.
"Sana 2 minggu bukannya hari valentine ya? Kau tidak mau memberi coklat?" Tanya Tzuyu.
Aku menggeleng. "Aniya. Aku tidak menyukai siapapun"
"Masa kau tidak menyukai siapapun? Jinjja?" Kaget Tzuyu.
Tentu saja aku berbohong.
Aku menggeleng. "Tidak aku tidak menyukai siapapun"
Tzuyu memang sahabatku. Tapi aku tak bisa menceritakan hal itu kepadanya. Bukannya aku tidak percaya padanya, tapi aku memilih menyimpan rasa itu sendiri saja. Aku tak ingin membaginya pada siapapun.
-Jam sudah menunjukkan pukul 3 siang yang tandanya ini waktunya ekskul. Karena aku pengurus club olahraga, aku harus mempersiapkan bola dan sebagainya.
Aku meraih kotak berisi bola kasti di rak paling atas. Tentu saja aku mengalami kesulitan ketika mengambil kotak itu karena tubuhku yang pendek.
"Kau harusnya meminta bantuanku" suara berat itu lagi. Pasti itu Mingyu.
Mingyu mengambil kotak itu lalu memberikannya padaku. Tentu saja dengan senyuman maut dan manisnya itu.
"Gomawo Mingyu-ssi" kataku.
"Ah aku akan membawa bola ini kau ambil saja raket" katanya sambil merebut kotak berisi kasti yang kupegang.
"Tak usah" balasku.
"Sana kau sudah banyak berkorban untuk club ini jadi biarkan aku membawanya karena ini berat. Ara?" Kata Mingyu lalu meninggalkanku.
Sisi dewasanya yang membuatku tambah jatuh hati padanya. Akupun mengambil raket dan segera bergegas ke lapangan tennis.
Aku tidak ikut bermain karena aku sedang datang bulan. Dan sungguh aku sangat lemas jadi aku lebih memilih duduk di kursi sambil mendengar musik.
"Kau tak bermain?" tanya Mingyu yang tiba-tiba duduk di sebelahku.
Aku menggeleng sambil tersenyum.
"Kenapa? Ah pasti karena masalah perempuan ya?" Tebak Mingyu.
"Ya begitulah" balasku sambil tertawa pelan. "Kau juga tak bermain?" Tanyaku.
Mingyu menggeleng. "Aku sudah lelah karena berlatih basket tadi. Ohya kau jangan lupa datang ke pertandingan minggu depan ya!"
Aku mengangguk. "Pasti aku datang kalau aku sempat"
"Kau benar-benar baik, Sana" kata Mingyu yang membuat jantungku berdebar cepat.
Kami hening lagi.
"Hmm temanmu kemana? Maksudku Tzuyu" tanya Mingyu.
"Diakan tidak suka olahraga untuk apa ia disini?" Jawabku.
Mingyu tertawa. "Ohya diakan anggota cheerleader ya"
Aku hanya mengangguk.
-
Aku berjalan menuju halte bus dan ternyata bus sudah berhenti dan hendak pergi. Aku berlari mengejar bus tersebut.
"HEI HENTIKAN!!" Seruku sambil berlari.
"Nona raih tanganku"
Seorang namja mengulurkan tangannya padaku dan aku meraihnya. Akhirnya aku berhasil memasuki bus.
"Gomawoseubnida" kataku pada pria itu.
Pria itu hanya tersenyum. Aku melihatnya mengenakan seragam sekolah sepertiku. Tapi aku tak pernah melihatnya sama sekali.
"Hmm kau sekolah di HyunAng high school juga? Kau kelas berapa?" Tanyaku.
Pria itu mengangguk. "Kelas 12. Kau juga kan?"
Dia seangkatan denganku. Tapi siapa ia?
Aku mengangguk lalu mengulurkan tanganku. "Kita seangkatan ternyata. Aku Minatozaki Sana. Panggil aku Sana"
Pria itu menerimanya. "Chittaphon Leechaiyapornkul"
Apa? Ia berbicara apa?
"Ma-maaf?"
Ia tertawa. "Itu namaku. Chittaphon Leechaiyapornkul. Tapi panggil aku Ten"
Aku melongo lalu tertawa. "Maaf aku tak tahu. Senang bertemu denganmu Ten"
"Tak apa. Kau orang seribu kalinya yang kaget" balas Ten sambil tertawa renyah.
"Kau orang Thailand ya? Kenapa bisa sampai Korea? Bukankah itu jauh?" Tanyaku.
"Memang jauh. Aku mengambil beasiswa di sini" jawab Ten.
"Wah kau pintar!" Seruku.
Ten hanya tertawa. "Kau dari jepang ya?"
Sana mengangguk. "Ayahku jepang ibuku Korea dan aku tiba disini"
Ten hanya mengangguk paham. Tak sadar aku sudah sampai di depan komplek rumahku.
"Ten-ssi aku duluan ya" pamitku.
"Ne Sana-ssi. Sampai jumpa besok!" Serunya.
Ntahlah menurutku Ten orang yang menyenangkan juga.
Next? Jangan lupa vomment yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
love or friendship ; sana's fanfiction
FanfictionDalam keadaan ini kau harus memilih tetap berjuang atau mengorbankan perasaanmu.