Mingyu memasuki kelasnya dan seluruh siswa di kelas menatap ke arahnya dan berbisik gara-gara pertengkarannya dengan Ten tempo hari.
"Aku dengar Mingyu kalah" kata seorang siswa.
"Tentu saja ia kalah. Taeyong kan preman" kata siswa yang lain.
Mingyu mengepalkan tangannya. Seungkwan mencoba untuk menenangkannya.
Brak
Mingyu memukul papan tulis dengan tangannya sehingga membuat mereka semua terdiam.
"Apa kalian bisa tidak mengurusi hidup orang lain? Hah?" Tanya Mingyu.
"Dan kau Lee Taeyong, besok aku menunggumu. Kita akan berbalap motor" Kata Mingyu.
"Untuk apa? Kau sudah kalah" balas Taeyong.
Ten yang sedari tadi duduk dan diam akhirnya bangkit dari duduknya. Ia gerah dengan pertengkaran mereka.
"Ia mengajakmu bertanding kenapa kau menolak? Kau takut?" Tanya Ten.
"Aku tak ada urusan denganmu" balas Taeyong.
"Memang tidak tapi jawablah pertanyaanku. Apakah kau takut?" Tanya Ten.
"Arasseo. Aku menerima tantanganmu" Kata Taeyong. "Bawa motormu dan kita akan bertanding besok"
-
Keesokan paginya, Ten menghampiri rumah Sana. Dengan terburu-buru ia mengetuk pintu rumah Sana.
"Wae Ten? Kau kenapa terlihat panik?" Tanya Sana.
"Mingyu! Mingyu! Mingyu!"
"Yak Mingyu kenapa?" Tanya Sana heran.
"Mingyu dan Taeyong akan berbalap motor hari ini!" Jawab Ten.
"MWO?! Haish! Mereka ada masalah apa?" Tanya Sana.
"Mereka bertengkar dan Mingyu mengajaknya berbalap" Jawab Ten.
"Apakah kau tahu dimana tempatnya?" Tanya Sana.
"Ya aku tahu. Kajja!" Ajak Ten.
Mereka berlari menuju tempat dimana Taeyong dan Mingyu akan berbalap.
"Aigo! Mereka sudah berbalap" kata Sana.
"Semoga Mingyu tak apa" katanya.
Ten memperhatikan Sana. Sesayang itukah Sana pada Mingyu?
Brak!
Sebuah sepeda motor jatuh. Sana menutup mulutnya kaget dan ternyata yang terjatuh adalah Taeyong.
Sana menghampiri Taeyong yang sudah tergeletak di tanah.
"Yak Lee Taeyong! Gwenchana?" Tanya Sana.
Tiba-tiba Mingyu datang menghampiri mereka.
"Sana kenapa kau bisa disini?" Tanya Mingyu.
"Aigo kalian kenapa melakukan ini hah?" Balas Sana.
"Ia yang mengajak balapan" Kata Taeyong sambil menunjuk Mingyu.
Taeyong berniat untuk memukul wajah Mingyu. Namun Sana berhasil mencegahnya.
"Taeyong hentikan! Ayo pulang!" Kata Sana.
Sana langsung menarik Taeyong menjauh. Taeyong melepaskan pegangan tangannya pada Sana.
"Yak kenapa kau menarikku! Aku hanya ingin memberinya pelajaran!" Kata Taeyong.
"Hentikan Taeyong. Kau sudah berlebihan" balas Sana.
"Aku sangat membencinya. Tolong jangan cegah aku" kata Taeyong.
"Tidak Taeyong. Tolong jangan sakiti dia" kata Sana.
"Arasseo. Aku tidak akan melakukannya. Demi kau, sister" kata Taeyong.
"Mianhae Sister. Rahasia mu harus kujadikan senjata untuk melawan Mingyu"
-
Ten berjalan memasuki kelasnya. Namun tiba-tiba Taeyong mencegat jalannya.
"Wae?" Tanya Ten.
"Kau teman dekatnya Sana bukan? Yah aku hanya bertanya" balas Taeyong.
"Lalu?"
"Sana menyukai Mingyu kan?" Tanya Taeyong.
"Siapa yang bilang?" Balas Ten.
"Ayolah jangan mencoba menutupi. Tempo hari aku mencuri buku diary nya" kata Taeyong. "Aku hanya ingin menggunakan itu sebagai senjata. Itu saja" balas Taeyong.
"Pabo! Maksudmu kau ingin melawan Mingyu dengan itu? Itu artinya Sana yang akan terkena imbasnya!" Ucap Ten kesal setangah mati.
Taeyong hanya mengangkat kedua bahunya lalu meninggalkan Ten.
"Tidak. Ini benar-benar tidak aman" kata Ten.
-
Mingyu memantulkan bola basket nya dan tiba-tiba Mingyu merebut bola basket nya dan memasukkannya ke ring.
"Apa maumu?" Tanya Mingyu.
"Aniya. Aku hanya ingin mencoba bermain basket" Jawab Taeyong.
"Aku curiga padamu" kata Mingyu.
Dari kejauhan, Ten melihat mereka bersama. Ten benar-benar merasakan firasat buruk dan ia menghampiri mereka.
"Oh hai Ten" sapa Taeyong.
Taeyong merogoh kantungnya dan mengeluarkan secarik kertas. Ia menyodorkannya kepada Mingyu.
"Untukku kan? Gomawo" kata Ten sambil mengambil secarik kertas itu. Ia sudah tahu isinya. Ia sangat tahu.
Taeyong menatap Ten tajam. "Baiklah aku pulang dulu. Annyeong"
Taeyong pun pergi. Ten langsung membaca kertas itu dan dugaannya benar.
"Kertas apa itu?" Tanya Mingyu.
"Aniya. Hanya kertas sampah" dusta Ten.
"Chitato jangan membohongiku" peringat Mingyu.
"Mingyu-yaa!" Panggil seseorang. Tzuyu.
Tzuyu menghampiri Mingyu dan Ten. "Hai Ten. Dimana Sana?"
"Ia sudah pulang" kata Ten. "Ya tuhan, keadaan menjadi benar-benar rumit"
Mingyu langsung merebut kertas itu. Ten berkeringat dingin. Mingyu pun membaca isi kertas itu. Wajahnya berubah. Sangat berubah drastis.
Dear Diary,
Sungguh demi apapun hatiku sangat sakit ketika Mingyu berpacaran dengan Tzuyu. Aku tak bisa berhenti menangis. Bahkan Ten yang selalu menghiburku tak dapat membuatku tertawa kali ini.
Apakah cinta sesakit ini?
-Minatozaki Sana
Mingyu mematung setelah membaca isi kertas itu. Tubuhnya bergetar. Ia benar-benar terdiam.
"Mingyu? Kau kenapa?" Tanya Tzuyu.
Tzuyu mengambil kertas itu dan membacanya. Ia menutup mulutnya kaget.
Ten hanya diam. Ten merutuki kebodohannya sendiri. Seharusnya ia langsung mengobek kertas itu lalu membuangnya.
Semua sudah terbongkar.
![](https://img.wattpad.com/cover/62587743-288-k68500.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
love or friendship ; sana's fanfiction
Hayran KurguDalam keadaan ini kau harus memilih tetap berjuang atau mengorbankan perasaanmu.