Entah mengapa aku bisa berakhir di sebuah pantai yang luar biasa indah, dengan pasir putihnya dan air laut biru jernih. ku lihat ke sekeliling ku, langit biru yang cerah, ombak yang tenang dan view yang menakjubkan.
Parai.
#FaktaNo.4 walaupun aku sangat menyukai pantai, tapi aku hampir tenggelam di telan ombak beberapa tahun yang lalu.
Skip.
Pantai dimana kita bisa melihat lautan lepas, dan sampai akhirnya keluarga ku bertemu dengan keluarga Rasyad /The Rasyad/. Keluarga yang terdiri dari seorang ayah yang hebat, ibu yang baik hati, adik yang lucu dan kakak yang menawan. setelah 3 tahun lamanya keluarga ku tidak bertemu dengan The Rasyad, tidak ada yang berubah sedikitpun dari keluarga mereka. Mereka masih seperti The Rasyad yang ku kenal.
"Apa kabar ni orang Bandung?" Mama dan Mama Kak Ghazi saling melepas rasa rindu. Mereka sibuk dengan dunia masing masing, begitu juga dengan Ayah dan Ayah Kak Ghazi mereka sibuk membicarakan masalah bisnis. Sedangkan Zain, adik Kak Ghazi sibuk dengan gadget miliknya, walau terkadang sering kali ia melihat ke arah ku.
"Wah, sudah besar ya nak Amel dan Sania ni" ujar Ayah Kak Ghazi. "Iya ni, terutama Amel. Pasti sudah punya pacar yang ganteng kan di bandung?" Tanya Mama Kak Ghazi.
Aku hanya bisa terseyum mendengar pertanyaan Mama Kak Ghazi, "Amel belum punya pacar, kok. Masih ingin fokus belajar" jawabku yang kurasa sudah cukup jelas, walaupun sepertinya Mama Kak Ghazi tidak terlalu percaya atas apa yang ku bilang.
"Alah, nggak usah bohong. Masa anak yang cantik kaya Amel belum pacar, terus siapa anak laki-laki yang putih itu.. uhm.. siapa ya namanya.."
"Kak Ghany?"
"Iya, Ghany. Anak itu bukan pacarmu?" seketika saja semua mata tertuju padaku, mereka seperti menunggu jawaban yang keluar dari mulut ku. Sekali lagi aku hanya bisa tersenyum, apa mereka pikirkan hingga mendapat kalkulasi bahwa Kak Ghany adalah pasangan ku? Aku sungguh tak mengerti jalan pikiran mereka.
"Bukan, Kak Ghany bukanlah pacarku. Tapi adalah Ia sahabatku, kami sudah bersahabat sejak kecil" jawabku dengan senyuman di bibirku.
Kulihat Mama Kak Ghazi menghela napas, "syukurlah, Mama kira kau berpacaran dengan nya" ujar Mama Kak Ghazi, tapi.. Mama? Sejak kapan aku mulai memanggil beliau dengan sebutan Mama, setahuku aku memangil beliau Mama Kak Ghazi. Ah.. mungkin biar lebih singkat.
The Rasyad memaksa kami untuk makan siang bersama dengan mereka. Kami menghabiskan waktu seharian ini dengan The Rasyad, bahkan makan malam pun bersama The Rasyad. Hari kedua ini, kami habiskan dengan mengunjungi objek wisata yang ada di Bangka termasuk wisata kuliner, kalian tidak tahu betapa full-nya aku saat tiba di rumah paman.
Setelah tiba giliranku untuk membersihkan diri, ku gunakan waktu ku dengan bijak. Sesaat setelah aku mengenakan pakaian dan mengeringkan rambutku, aku teringat akan kejadian konyol yang menimpaku siang tadi.
/Flashback/
"Mama, kakak lupa bawa roti jepang (you know what i mean :v)" bisik ku pada Mama, mata Mama membesar dan dengan sigap Mama segera berjalan mendekati Mama Kak Ghazi. Aku tak dapat mendengarkan apa yang mereka bicarakan, yang ku tahu hanyalah Mama Kak Ghazi menghampiri ku sesaat setelah Mama berbisik padanya.
Di tariklah tangan ku untuk mengikutinya, "tunggu sebentar ya" Mama Kak Ghazi masuk ke dalam kamarnya dan keluar dengan membawa roti jepang :v, ahh.. sepertinya aku tahu apa yang Mama bicarakan pada Mama Kak Ghazi.
Tanpa pikir panjang aku segera masuk ke dalam setelah Mama Kak Ghazi menunjukan dimana letak kamar kecil di rumah besar nya ini. Untung saja "mimpi buruk setiap wanita" (i'm sure you know what i mean, gurl :v) sedang tak ku alami, disaat yang sama Mama Kak Ghazi berjalan di depanku saat aku keluar dari kamar kecil. "Sudah selesaikah?" Tanya Mama Kak Ghazi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Friendship, Family And Love
Teen Fiction"Cinta tidak mengenal putus asa, karena cinta adalah tentang penuh kesabaran yang akan membawa suatu pengharapan. Dan pengharapan bukanlah keputus asaan" -Amelia Ramdhani "Persahabatan hanya sebuah permulaan, dan hal itu sudah berakhir. Karena sekar...