Ternyata cukup sulit untuk meyakinkan Kak Ghazi dan Kak Ghan. Mereka tetap bersih keras untuk mengetahui kebenarannya, padahal aku yakin aku sudah sangat jujur pada mereka.
#FaktaNo.19 Percayalah Kak Ghan dan Kak Ghazi akan terus membanjiriku dengan pertanyaan-pertanyaan, mereka akan berhenti jika mereka mendapatkan jawaban yang mereka anggap sudah cukup atau ketika aku mengucapkan the magic word "Kak, bisakah kita berhenti? Kepalaku mulai sakit" dan pada saat itu kepalaku akan memang benar-benar sakit karena mendegar pertanyaan mereka yang betubi-tubi.
Ah iya, hari ini adalah Independence Day! Hoo-ray! Kali ini aku berkesempatan untuk menjadi host dalam kegiatan kali ini, bersama dengan sahabatku yang lain. Banyak sekali cabang lomba yang telah di persiapkan, seperti lomba untuk anak-anak, para remaja, ayah, ibu, nenek, hingga kakek.
Perlombaan berlangsung dengan semarak, tidak ada orang yang tidak tersenyum pada hari ini. Sani, anak itu memenangkan banyak sekali perlombaan. Ia sangat menyukai sebuah tantangan, sedangkan aku tidak terlalu tertarik dengan tantangan yang sangat berat.
#FaktaNo.20 Ketika Sani senang dengan kegiatan yang berbau fisik dan ketahanan tubuh, aku malah senang dengan kegiatan yang memutar otak dan keterampilan.
Kak Ghazi, Kak Ghan dan Kak Bagas mereka menunjukan keterampilan menari meraka yang hebat. Ketika Kak Bagas mengajak ku untuk menari bersama, Kak Ghan segera berlari ke arahku, mengajak-ku untuk menjauhi Kak Bagas dan pada akhirnya Kak Ghan yang menari bersamaku. Kak Ghan dan sifat kekanak-kanakannya.
#FaktaNo.21 Mamaku, beliau sangat senang dengan menari ketika beliau se-usiaku. Mungkin itu sebabnya aku juga senang menari.
Kak Ghazi? Ah, sebenarnya ia tak pandai menari. Maka dari itu ia akan sangat senang ketika melihatku menari, Kak Ghazi akan mulai membayangkan bahwa ia sedang menari bersamaku setelah ia melihatku menari.
Ah, masih banyak perlombaan yang belum di lakukan. Semua orang berada disini, but wait.. aku tidak melihat Manusia Amphibi itu. Timbul pertanyaan di benak ku, mengapa ia tak ikut berpartisipasi? Apakah dia seorang yang anti-social? Tidak bisakah ia menyempatkan waktu untuk berada disini, diantara kami? Apakah dia tidak datang karena tidak senang dengan kami?
Akhirnya aku dibuat kesal dengan spekulasi yang bermunculan di benak ku. Ketika yang lain sedang sibuk meramaikan acara, aku hanya diam terduduk dikarenakan energi yang semakin terkuras.
Tap.. tap.. tap..
Aku menoleh, melihat orang yang menepuk bahuku. "Kak.."
Ia duduk disampingku dan mulai bersandar di bahuku. "Kau terlihat kesal dan tidak bersemangat, ada apa?"
"Bukan kesal atau tidak bersemangat, Kak. Hanya kelelahan saja, lalu.. apa yang Kakak lakukan disini?" Tanyaku, ia bangun dan mulai melihatku.
"Aku? Apa yang sedang ku lakukan? Hhmm.. aku sedang beristirahat denganmu" ujarnya sambil tersenyum.
"Oh iya, Kak. Ada yang ingin ku tanyakan.."
"Hey! Apa yang sedang kalian lakukan disini?" Laki-laki yang baru saja datang itu segera duduk di sampingku dan mulai melingkarkan lengannya di bahuku.
"Kak Ghan, kami hanya beristirahat sebentar. Apakah Kakak sedang mengambil waktu istirahat juga?" Tanyaku.
"Hhmm.. sepertinya. Ah iya, aku tidak melihat tetangga baru itu. Apakah kalian melihatnya?" Tanya Kak Ghan.
"Ah, sebelumnya dia bilang padaku bahwa ia sedang ada keperluan di luar. Mungkin sebentar lagi ia akan kembali" jawab Kak Ghazi.
"Ah iya, ingin minum apa Kak? Biar Amel yang ambilkan"
"Eh? Tak usah repot-repot. Kau baru saja bilang bahwa kau lelah dan sedang beriatirahat. Lalu buat apa susah-susah ambil minum?"
"Biar saja, lagi pula waktu istirahat Amel sudah habis. Kalau lama-lama beristirahat, tidak baik. Kasian yang lain juga ingin beristirahat, kan? Kakak tunggu saja disini" Aku beranjak berdiri dan segera mengambil minum.
"Err.. kurasa mereka butuh minuman yang segar" ku ambil dua buah kaleng minuman dingin dari lemari es. Setelah aku mengambil minuman, aku segera kembali dan memberikan minuman pada mereka.
"Ack!"
Kepalaku sakit sekali! Tiang yang sangat keras! Aku tidak ingat ada tiang di tengah jalan. Ku usap bagian kepalaku yang sakit sambil menatap ke bawah, berharap bahwa rasa sakitnya akan segera hilang. Tapi sepertinya rasa sakit ini tidak akan hilang dengan mudahnya.
"Apakah kecerobohan-mu itu tidak akan pernah hilang?"
Manusia Amphibi!
Seketika mataku terbelalak, dan rasa sakit di kepala mulai memudar tergantikan dengan rasa cemas dan malu yang menggerogoti. Ugh! Kenapa aku bisa se-ceroboh ini?!
"M-maaf. A-aku tidak sengaja. Uhm, sampai jumpa" aku segera berlari, namun sebuah tangan meraih lenganku dengan cepat. Hingga akhirnya aku tidak dapat lari dari keadaan ini.
"Hey! Kau mau pergi kemana? Apakah kau tidak tahu cara meminta maaf yang benar?" Aku segera berbalik dan menatapnya.
"Aku minta maaf, tidak akan ada kali ketiga. Cukup dengan kejadian ini yang terakhir. Loloskan aku untuk kali ini saja. Aku mohon. Kak Ghan dan Kak Ghazi sedang menunggu-ku. Jadi, selamat tinggal!"
Segera ku lepaskan lenganku dari genggaman-nya dan mulai berlari menuju tempat dimana Kak Ghan dan Kak Ghazi sedang menunggu. Aku tiba dengan napas yang terengah-engah, sepertinya aku terlalu memaksakan diri.
"Hey, kau tak apa Han?" Kulihat Kak Ghazi menatapku cemas, melihat seberkas rasa kekhawatiran di sudut matanya.
"Iya. Aku. Tak. Apa. Apa. Kak." Ku akui aku memang sangat letih setelah berlari dari Manusia Amphibi itu.
"Kau baru saja memaksakan dirimu untuk berlari, bukan? Harus ku ingatkan berapa kali agar kau tidak berlari? Sudahlah, ku pergi istirahat saja, biar Kakak yang melanjutkan pekerjaan-mu. Ah iya, minuman itu untuk mu saja, Ghany sudah Kakak suruh untuk kembali bekerja. Beristirahatlah"
Kakak-ku memang sangat mengerti dan sangat memperhatikan keadaanku.
"Baiklah, terimakasih sudah mengerti akan keadaanku, Kak. Maaf karena sudah membuatmu susah" ujarku.
Ia hanya tersenyum dan mengusap lembut rambut hitamku. "Beristirahatlah" dengan begitu ia segera berlari menuju keramaian.
Aku yang kelelahan kembali beristirahat untuk yang kedua kalinya. Pada akhirnya, minuman yang semula akan ku berikan pada Kak Ghazi dan Kak Ghan malah ku habiskan.
#FaktaNo.22 Ketika aku kelelahan, aku akan sangat membutuhkan minun. Doker bilang dengan meminum banyak air dapat membantu pernapasan ku dan hal itu baik untuk jantung-ku.
Seketika saja aku mengingat kejadian memalukan tadi, "Ugh! Mengapa aku bisa sangat ceroboh?! Berapa kali aku harus bertemu Manusia Amphibi dengan cara seperti itu?! Dasar ceroboh!"
Tiba-tiba saja aku kesal dengan sikap-ku sendiri. Berharap bahwa sifat cerobohku akan hilang begitu saja, tanpa meninggalkan sedikit bekas.
"Kau tak apa?"
.:Note:.
你好! Apa kabar? Sebelumnya 我 ingin mengucapkan "Selamat Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 71 'Kerja Nyata'"
对不起 (maaf) karena sudah delay chapter ni. Terimakasih sudah meluangkan waktu tuk baca cerita ni 😁. feel free to comment and vote up!
谢谢。再见。al
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Friendship, Family And Love
Teen Fiction"Cinta tidak mengenal putus asa, karena cinta adalah tentang penuh kesabaran yang akan membawa suatu pengharapan. Dan pengharapan bukanlah keputus asaan" -Amelia Ramdhani "Persahabatan hanya sebuah permulaan, dan hal itu sudah berakhir. Karena sekar...