Setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam, akhirnya kami sampai di rumah. Waktu menunjukan pukul 8.15. Setelah Mama membuka pintu, aku berlari menuju kamarku!
Jump!
Ku regangkan otot-otot tubuhku yang kaku akibat dari diam terlalu lama. Sambil berguling-guling di kasur, alarm-ku berbunyi menandakan bahwa sudah saatnya aku untuk minum obat.
#FaktaNo.6 Kasur adalah sahabat yang tidak akan pernah berkata dusta padaku, dan membuatku terbang ke dunia khayal.
Segera ku ambil botol obat yang ada di dalam tas ku, dan air mulai mendorong obat pahit itu ke dalam kerongkongan-ku.
"Kak! Bantuin Sani!" Teriak Sani dari bawah. Tentu saja teriakan-nya membuatku kaget, untung saja aku sudah selesai minum obat.
"Iya, iya. Akak segera turun!" Segera saja aku berlari menuruni 16 buah anak tangga yang cukup untuk membuatku kehabisan napas.
"Kak! Tolong angkat yang ini, terus bawa ke kamar ya. Makasih Kak Amel" ujar Sani sambil menunjuk 2 koper milik nya.
"Sani, koper-nya kan punya Sani.. kenapa kakak yang harus bawa?" Tanyaku sambil menarik koper milik Sani dengan susah payah.
"Yang jadi kakak siapa? Bukan Sani, kan?"
Aku hanya bisa diam terpaku, anak ini benar-benar banyak akalnya! Awas saja, lain kali aku yang akan membuatnya mematuhi semua perintahku!
#FaktaNo.7 tiap kali ada perdebatan, sering kali Sani memenangkannya, aku tidak tahu bagian mana yang salah dari diriku.
Saat ini aku hanya bisa mengerjakan apa yang ia suruh, jadi terima saja. Setelah bersusah payah menaikkan koper ke lantai 2, akhirnya aku bisa beristirahat untuk sejenak. Tak lama aku merebahkan badan yang lelah ini, Sani berteriak.
"Kakak!"
Aku yang kesal segera berdiri dan lari menuruni anak tangga, "Jangan teriak-teriak Sani! Berisik kau tahu! Ada apa lagi?" Tanyaku yang masih menuruni anak tangga.
"Antar ini ke Kak Ghazi! Mama yang suruh" ujar Sani sambil menyodorkan tas berwarna ungu.
Ku ambil tas itu dan mulai mendekat pada Mama yang saat ini sedang sibuk mengatur barang bawaan. Ku duduk di samping beliau dan mulai bertanya, "Ma, nggak bisa besok ya ngasihnya? Sekarang kan sudah malam. Kalau Kak Ghazi lagi istirahat gimana? Kan kasian ganggu"
Seketika itu juga Mama berhenti dari kegiatannya dan melihat ke arah ku. "Iya juga,ya. Besok Kakak masih libur, kan? Tolong antar ya"
Aku segera kembali ke kamar sambil membawa tas ungu tadi. Kulihat Sani sibuk dengan barang-barangnya. "Suruh siapa bawa barang banyak-banyak? Jadi repot sendiri kan akhirnya" ujarku.
Aku yang baru saja meletakkan tas untuk Kak Ghazi di meja belajar, langsung membatu Sani mengeluarkan seluruh barang dari koper miliknya. Setelah membantu Sani mengembalikan semua barang pada tempat semestinya, tiba-tiba saja ponsel ku berdering pertanda ada sebuah pesan yang masuk. Ku lihat Sani keluar dari kamar, kurasa ia tiba-tiba ingin makan yoghurt. Terlihat nama Kak Ghazi dalam pesan masuk.
Kak Ghazi +6285*********
Kau sudah di Bandung, kan? Mama baru saja memberi tahu ku bahwa kau mengunjungi mereka. Mengapa tak memberi tahu ku sebelumnya? Kita bisa pergi bersama. Aku kecewa padamu.
Maafkan aku, Kak! aku tahu Kakak sedang sibuk dengan tugas kuliah Kakak, maka dari itu aku tidak memberi tahu Kakak. Maafkan adik-mu ini.. :'( 😢
Tetap saja, kau harusnya memberi tahu ku akan hal itu. Apakah teman mu tahu akan kepergian mu?
Iya, mereka tahu.
Termasuk Ghany?
Kak Ghany juga sudah tahu.
Kau memberi tahu dia, dan tak memberi tahu-ku? Aku sangat kecewa padamu, ku kira aku adalah segalanya untukmu.
Maafkan aku Kak :'( 😢😭 aku tak akan mengulanginya lagi, janji. Mulai saat ini aku akan memberi tahu semua hal padamu, tak akan ada yang harus ku tutupi lagi. Maafkan aku Kak..
Kak Ghazi tidak menjawab pesanku, kurasa ia sangat membenciku sampai-sampai pesanku saja tidak ia baca. Apa yang harus ku lakukan? Haruskah aku memberi tahu Mama Kak Ghazi? Zain? Argh.. aku harus bertemu dengannya dan mulai meminta maaf. Iya, kurasa besok adalah hari yang tepat untuk meminta maaf padanya.Setelah membersihkan diri dan menjernihkan pikiranku dengan bermain piano, aku segera berbaring di tempat tidur sambil menatap langit-langit kamarku. Kulihat Kak Ghazi masih belum membaca pesan yang ku kirimkan untuknya. Ia benar-benar sedang marah padaku, tak lama akhirnya aku terbawa ke dunia mimpi.
.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.
Hari ini masih hari libur, dan kurasa aku bangun terlalu pagi. Kulihat jam menunjukan pukul 04.27, daripada aku kembali tidur lebih baik aku melihat ke luar sambil menghirup udara segar.
#FaktaNo.8 terkadang, acap kali aku terbangun tengah malam ataupun pada saat 1/3 malam di hari libur. Semenjak teman-teman ku tahu akan hal itu, mereka terkadang memanggilku dengan sebutan 'owl'.
"Ugh.. pagi ini dingin sekali, biasanya tidak seperti ini" ucapku sambil memeluk tubuhku erat. Betapa konyolnya aku, tentu saja aku merasa dingin, aku hanya mengenakan piyama tipis dan celana se-lutut dan berdiri tepat di balkon depan kamarku.
Akhirnya aku kembali masuk ke dalam kamar, dan mulai mengenakan pakaian training-ku. Aku ingat menaruh handuk kecil di dalam lemari, setelah mengambil handuk itu aku segera turun dan berjalan keluar rumah. Ku awali dengan olahraga kecil dan setelah itu mulai berlari kecil mengelilingi taman di depan rumah. Ah! Aku baru ingat! Sesegera mungkin aku harus menemui Kak Ghazi! Setelah membersihkan diri dan melakukan urusan ku, aku segera mengambil tas ungu dan berlari menuruni anak tangga.
"Kak! Jangan lari! Mau kemana sampai lari-lari gitu?" Tanya Mama sambil menaruh roti panggang di atas meja makan.
"Kakak mau antar ini ke rumah Kak Ghazi, Ma. Kan Mama yang bilang buat ngasih tas ini ke Kak Ghazi" ujarku.
"Makan dulu, baru nanti kasih tas-nya" ucap Mama tanpa melihatku dan masih sibuk dengan menyiapkan sarapan kami pagi ini.
Setelah menghabiskan roti milikku dengan kecepatan FLASH dan meminum habis susu coklat buatan Mama, aku segera berlari keluar rumah. Jarak antara rumah Kak Ghazi dan rumah ku tidak begitu jauh, namun memang jalanan agak sedikit menanjak.
Hingga akhirnya aku berdiri tepat di depan rumah Kak Ghazi. Aku ragu untuk mengetuk pintu rumahnya, dan ini sudah ke 6 kalinya aku mengurungkan niatku untuk mengetuk pintu rumah Kak Ghazi. Setelah mengumpulkan semua tekad ku, akhirnya aku siap untuk mengetuk pintu rumah Kak Ghazi. Aku hendak mengetuk pintu rumahnya, disaat yang bersamaan pintu itu terbuka dan menunjukan sosok yang mampu membuatku diam terpaku, yaitu sosok yang selama ini selalu ada disaat aku terjatuh.
"Kak Ghazi.. "
Note:
Aloha~ 你好吗? Apa kabar? 我很好,
Setelah sekian lama akhirnya bisa update! Yeay! Nggak usah kebanyakan foreword yaa, silahkan dinikmati update kali ini. Feel free to vote and comment! 😁
谢谢。再见。al.
![](https://img.wattpad.com/cover/59384373-288-k758432.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Friendship, Family And Love
Ficção Adolescente"Cinta tidak mengenal putus asa, karena cinta adalah tentang penuh kesabaran yang akan membawa suatu pengharapan. Dan pengharapan bukanlah keputus asaan" -Amelia Ramdhani "Persahabatan hanya sebuah permulaan, dan hal itu sudah berakhir. Karena sekar...