Aku terbangun dari mimpi indahku, perlahan aku beranjak untuk melihat jam disampingku masih pukul tujuh rupanya, kelas akan dimulai pada pukul sembilan pagi berarti aku masih memiliki banyak waktu, mungkin berjalan-jalan pagi akan menyehatkan pikirku. Dengan begitu aku berjalan menuju lemari pakaian dan mengganti pakaianku, tak lupa aku membawa handuk kecil beserta ponselku. Aku berjalan menuju pintu kamar kulihat dua temanku sedang tertidur pulas, mungkin mereka kelelahan akibat pesta semalam
Aku menutup pintu kamarku, dan memulai beberapa pemasanan singkat, langkahku terhenti saat melihat Madam yang baru saja datang dari arah ujung lorong dia nampak terengah-engah dan sedikit berlari kecil. Bukan Barbara namanya jika tidak memiliki rasa ingin tau yang besar, pun aku berjalan menuju ujung lorong dengan sedikit mengendap-endap
Aku sudah sampai di ujung lorong, tepatnya disebuah kamar yang tempo lalu kutemui, tidak ada yang aneh pikirku, aku terus berjalan mencari sesuatu yang bisa menjawab semua teka-teki dipikiranku. Hingga sampailah aku disebuah tembok besar jalan buntu. Aku terheran dengan ini semua, coba kalian bayangkan ini sebuah Club, namun memiliki banyak lorong dan tembok besar, bukankah itu aneh? Aku jadi penasaran tempat apa ini sebelumnya. Ditengah kebingungan dan rasa hening, aku mendengar suara anak kecil tertawa bukan hanya itu aku mendengar alunan melodi dari kotak musik kecil, bulu kudukku seakan merinding.
Tak ingin buang-buang waktu aku berlari keluar dari tempat ini, namun nihil aku tidak bisa menemukan jalan keluar, Jesus. Apa yang harus aku lakukan?! Alunan musik semakin dekat suara tawa semakin nyata, jantungku berpacu sangat cepat dan aku belum menemukan jalan keluar bagaimana ini?!
Ada hentakan kaki, ada seorang yang datang dari ujung sana, dan aku baru menyadari jika aku berada ditempat yang sama tembok besar itu lagi, langkah kaki semakin nyata dan semakin mendekat jantungku semakin berpacu, namun aku tidak bisa menutup mataku padahal aku ingin sekali melakukannya, alunan musik semakin mencekam langkah kaki itu kini sudah ada didepanku, aku menghembuskan nafasku lega, dia hanya gadis kecil yang sangat lucu dengan mata Hijau emerald yang dia punya, dia membawa kotak musik
Menarik nafasku, aku mencoba untuk mempercayai bahwa dia nyata, perlahan aku melihat kebawah, syukurlah kakinya menapak dibumi, namun saat aku melihat wajahnya aku tersentak kaget "dia bukan anak kecil dia bukan anak kecil! Aaaaaaa!"
"Barbara?!" Aku membuka mataku
"Hei sadarlah kau kenapa?" Syukurlah hanya mimpi
"Bangunlah, bersihkan dirimu lihat kau sedang period" aku melihat selimut dan ranjang yang kugunakan dipenuhi banyak darah "sudah mandi, aku akan menyuruh pelayan membersihkannya nanti" aku tidak perduli masalah siapa yang akan membersihkannya, namun yang aku pertanyakan itu darah siapa? Sedangkan aku tidak sedang masa period sekarang?
***
Entah sudah berapa pakaian yang aku coba, namun tidak ada yang cocok untukku
"Nona Palvin, kau akan belajar bukan fashion show" aku membuang baju yang baru saja aku gunakan"Sudahlah!! Aku menyerah!" Kataku letih, Maddie dan Allie hanya tertawa melihat tingkahku
"Sudah gunakan ini"
"Kau bercanda? Aku kekampus dengan rok mini ini?" Aku menggeleng-gelengkan kepalaku "kau mau aku diperkosa dengan lelaki satu kampus hah?" Kataku ketus, lagi dan lagi mereka masih terus menertawai aku.
"Menjengkelkan!" Kataku, yang kini berlarih mengambil celana jeans dan kemeja berwarna pink, simple. Namun sopan pikirku
Madison berdehem "nanti aku tidak pulang bersama kalian" jeda "Liam akan menjemputku" ucap Maddie dengan malu
"huh!" balas Allie acuh
"are you Jealousy?" balas Maddie
"Am not!"
"Bullshit"
"Madison!!!!!" Teriak Allie. Alih-alih menanggapi Allie, Mad hanya memeletkan lidahnya
"Awas kau ya!!!"
"Lagi pula apa gunanya menunggu yang tidak pasti. Zayn contohnya, dia sudah bahagia dengan yang lain" begitulah Madison, jika bicara asal saja.
"Loh emangnya Zayn udah?..." Kataku tak berani melanjutkan karna..
"MENJENGKELKAN!!!!!!" teriak Allison, benarkan sudah kuduga...
"Haha,, Allie wajahmu sungguh lucu membuatku geli " dasar manusia-manusia ini tidak pernah akur, namun jika berpisah mereka menangis. Seperti tempo lalu saat Allison membohonginya, dia berkata bahwa dia ditangkap polisi akibat membunuh lelaki pedofil yang ingin memperkosanya, Madison sangat khawatir sampai dia menelfon 911. Namun tidak jadi karna Allison datang dan membawakannya sebuah kue untuk Madison yang saat itu berulang tahun bukankah itu menyenangkan? Hanya saja aku belum bersama dengan mereka.
"Aku tau, kau sama Harry saja kan dia masih single" ucap Madison yang sesekali melirik kearahku the fuck madd!
"Oh iya Mad! Kau benar baiklah aku akan menelfon Harry sekarang" mereka sedang menggodaku rupanya, baiklah aku tidak akan terpengaruhi
"Hallo Harry? Bisa kesini sebentar?" Dia benar-benar melakukannya "tidak ada, hanya saja aku ingin mengatakan jika.." Aku merampas ponsel Allison dan melemparnya kesofa
"Hai ponselku!"
"Apa yang lakukan padanya?"
"Tidak ada, tadi aku hanya ingin berterima kasih padanya atas pesta tadi malam, hanya itu" aku terdiam.
"Hmm.... Rupanya ada yang cemburu" mereka menatapku intens.
"Tidak sungguh. Aku tidak cemburu sungguh" namun mereka terus menatapku, intimidated baiklah aku menyerah "fine. I'm jealous"
"Betulkan! Bagus kalau begitu, jadi kapan kau menyatakannya pada Harry?" Ucap Madison dengan kemenangan
"entah, kurasa Harry tidak menyukaiku"
"Sudahlah.. Jangan bersedih hati" ucap Allison
"Kau sendiri? Bagaimana dengan Zayn? Kenapa kalian tidak bersama saja? Kau dan Zayn kan sudah kenal lama?" Kataku
"Zayn? Siapa dia?" balas Allison
"Allie aku serius"
"sudahlah, Zayn telah memilih wanita lain buktinya sekarang dia sudah bahagia dengan pilihanya"
Aku ikut sedih melihat Allison "Alison ku.." Aku memeluknya erat
"Sudah.. Ayolah kita senang-senang saja dulu sebelum berangkat kekampus" ucap Madison
Allison menghampus air matanya "baiklah aku dulu" jeda "Move on!!!" Dimulai dari teriakan Allison, hal seperti ini bagai ritual bagi kami untuk melepas semua beban hidup
"Aku cinta Liam!!!!" teriak Madison
"semoga Zayn bahagia" "walau tidak denganku" sambungnya "like a shit" sambungnya lagi yang disusul tawa kami
Giliranku "aku mencintai Harry" kataku sedikit ragu
"Kurang kencang.. " protes Allison
"betul! Lebih keras Barbs" balas Madison
Aku menutup mataku dan mulai berteriak"Aku mencintai Hary!! Aku mencintai Harry! aku mencintai Harry styles!" Perasaanku sangat lega, puas rasanya
Sembari tersenyum Aku membuka mataku dan "Aaaaa!!" Teriakku
_________
Haluuu ku bingung mo bilang apa bhakk masa ku kangen babang Neil -_- padahal gua uda resmi sama Harry -_-
Hahaha lupakan itu. Oh iyaa malam ini update 2 chapter yaa lasyuu,,,
All the fuck.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival // H.S (Slow update)
Fanfiction"Harry, aku takut" "No Baby, keep calm i'm here" "Tapi dia sungguh menyeramkan, aku takut. dia selalu menggangguku" "Harry kenapa kau diam saja?" "Harry? HARY!!!!" !!! "Mereka bertugas memecahkan Misteri ini, akankah Barbara palvin dan Harry styles...