1.2

514 44 52
                                    

"Bagaimana keadaannya dok?" Ucap Harry.

"Kami belum bisa mendiagnosa temanmu, sekarang dia sedang berada dimasa kritis. Berdoalah" pun Harry menggangguk.

"Harry..." seseorang memanggilnya

Harry menoleh "hai apa yang kau lakukan kembali kekamarmu, kau butuh banyak istirahat"

"Tidak Harry, aku ingin melihat Allison aku sangat mencemaskannya"

"Dokter bilang keadaan Allison sedang dimasa kritis" jeda "tapi semua akan baik saja percayalah" ucap Harry yang takut hal ini akan memperburuk keadaan barbara

"Ini semua salahku.." ucap gadis ini lirih

Harry menunduk "apa setiap kali ada masalah itu semua karnamu? Mengapa kau selalu menyalahkan dirimu atas segala hal? Kau harus bisa menjadi gadis yang tangguh Barbara! Jangan sekalipun meneteskan air mata dan menyalahkan dirimu sendiri" harry benar.

"Kau benar Harry. Aku terlalu lemah untuk menghadapi semua masalah itulah sebabnya masalah seenaknya menimpaku karna aku terlalu mudah runtuh" balasanya

"Kau tau masalah itu ibarat angin dan kau ibarat sebuah pohon. Sekarang aku tanya kau memilih menjadi pohon yang kecil, pendek dan mudah tumbang atau menjadi pohon yang besar, tinggi dan kokoh? Pilih mana?"

"Aku pilih option kedua" ucap Barbara

"Jadi?.." ucap Harry

Barbara mengerutkan keningnya "jadi?"

"Iya.. jadi?"

Barbara masih terdiam tak paham dengan maksud Harry "payah. jadi kau harus lebih kuat dan tangguh lagi"

"kau benar Harry"

"Kau tunggu disini"

"Kau mau kemana?"

"Kantor polisi, aku ingin mencari Madison"

"Harry.." Barbara menarik tangan Harry "jangan.." ucapnya sembari menggelengkan kepala

"Apa maksudmu dengan 'jangan' ?"

Barbara terdiam "katakan padaku apa yang terjadi dengan kalian. Mereka bilang kau mengalami kecelakaan. Namun aku tidak yakin"

"apa maksudmu?" Tanya Barbara

"Kau kira aku orang bodoh? Luka goresan kaki Allison bukanlah luka karna kecelakaan kendaraan. Itu luka benda tajam seperti pisau atau semacamnya, atau mungkin sebuah kapak"

Barbara tersentak. Memori saat kepergian Madison kembali terniang dipikirannya, air matanya kembali jatuh dan perih akan kematian sahabatnya membuatnya marah dan geram. Barbara menghapus kasar air matanya "aku ingin bertemu Allison, antar aku kekamarnya"

"Tidak. Kau harus istirahat Barbara"

"Antarkan aku sekarang!" Gertaknya

"Wow nona Palvin kau menjadi begitu tangguh sekarang" Harry mendorong kursi roda Barbara menuju kamar Allison

>>>

Barbara POV

Bangunlah Allison, bangun dari koma mu aku sangat merindukanmu. Apa kau lupa dengan janjimu padaku? Kau bilang akan membantuku dalam masalah ini namun mengapa kau seperti ini?

Aku menghapus air mataku dengan jemariku, aku benar benar merasa kalah, aku takut sesuatu yang buruk akan terjadi dengan kami

Wanita itu, pekikku. Aku melihatnya berada disamping ranjang Allison dia seperti sedang melakukan sesuatu. Tidak tidak aku berusaha meyakinkan diriku bahwa ini hanyalah halusinasiku. Aku membuka mataku. ini nyata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rival // H.S (Slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang