Warning : Abal, Gaje, Dark Romance, Violence scene, and Psychopath character.
Happy Reading~!
--------------------------
Orang-orang bilang, perjuangan butuh pengorbanan.
Ada kalanya apapun yang kau lakukan, kau takkan pernah bisa memiliki hal yang paling kau inginkan. Namun disini, kucoba untuk mempertaruhkan peruntunganku.
Kehidupan cinta para muda-mudi SMA tak selalu seindah bayanganmu.
Setidaknya beberapa.
--------------------------
Pemuda itu lagi-lagi menoleh ke belakang, mengedarkan pandangannya mencari sesuatu. Tak kunjung menemukan apa yang ia cari, kembali ia fokuskan pandangannya pada jalan sepi beraspal dengan sedikit pencahayaan menyusurinya.
Gerak-geriknya nampak begitu risih; merasa tak nyaman dengan sesuatu. Namun pemikiran jernihnya masih berusaha untuk mengabaikannya, menganggap 'sesuatu' yang terus mengganggunya itu hanyalah hal sepele atau bahkan cuma hayalannya saja. Mengusap-usap tengkuknya gusar, pemuda itu kini kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti tadi.
Dua pasang langkah kaki bersahutan, memecah keheningan di jalan terpencil minim penerangan. Bibir bawah pemuda itu masih ia gigit panik. Debaran jantungnya tak lagi tertahankan.
Seulas senyum perlahan terukir di bibirku.
Dirinya yang tengah dilanda ketakutan ... lucu juga, bukan?
--------------------------
Kedua manik pemuda itu membulat; langkahnya terhenti. Kerumunan yang berjajar di hadapannya sungguh menghalangi akses masuk gerbang. Namun selain itu, katakanlah ia penasaran. Apa yang dapat menarik perhatian segerombolan orang untuk menyaksikan sesuatu beramai-ramai seperti ini? Bahkan dengan raut wajah yang ... ketakutan.
"Permisi ... Permisi..." susah payah, pemuda itu akhirnya berhasil menyelinap ke barisan depan. Garis kuning polisi sudah terjuntai membentuk setengah lingkaran, menelungkup sesuatu yang kini terkulai lemah di lantai, bersandar pada tembok.
Sebuah raga tanpa ada lagi jiwa yang menaunginya. Terduduk lemah tanpa bentuk yang jelas, di tengah kubangan cairan pekat berwarna merah.
Pemuda itu menutup mulutnya panik. Kepalanya menggeleng tak percaya, sementara dari pelupuk manik hazel kehitamannya yang kini membulat, tertimbun setetes air mata yang siap untuk keluar kapan saja.
"A ... lena.." gumamnya terisak. Dadanya terasa begitu sesak, tak ingin ia percayai apa yang tengah dihadapinya sekarang.
Kini ia memundurkan langkahnya gontai, memisahkan diri dari kerumunan. Menyandarkan punggungnya pada dinding di samping gerbang; masih dengan raut yang sama.
Kedua kakinya yang bergetar tak kuasa lagi menumpu beban tubuhnya. Pemuda itu terduduk gemetar, linangan air mata juga gelengan kepala tak percaya masih terus ia rajukkan penuh kesakitan.
"...Pasti berat ya," lirih seorang gadis tiba di hadapannya. Gadis itu bersimpuh di hadapan sang pemuda, memandangnya dengan manik karamel yang menerawang kosong. Ia usap jemari kiri sang pemuda yang begitu gemetaran, sementara telapak kanannya masih setia ia gunakan untuk menutup mulut.
"Alena ... Alena..." sang pemuda lagi-lagi terisak. Lirihannya bergetar naik penuh keputus asaan. Gadis di hadapannya hanya menatap iba, tanpa adanya secercah sinar yang menungi iris kekuningan itu.
Kini ia hanya tersenyum simpul.
"...Tidak apa. Aku yakin kau bisa menemukan yang lebih baik," alunan yang terlontar dari bibir sang gadis benar-benar lembut. Helaian rambut panjangnya perlahan menelungkupi tubuh sang pemuda yang gemetaran. Gadis itu mendekapnya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
InterGen - Antologi Romansa
Любовные романыEvent #1: Antologi Romansa Antologi ini adalah hasil karya bersama para anggota InterGen. Sebuah jawaban atas tantangan Event Bulanan pertama kali: membuat cerpen dengan genre romance :) Published 20 Februari 2016