20 Desember 2015 Pukul 19.30
Jeans biru dan jaket abu-abu yang basah merangkup seluruh tubuhku.Alunan musik dangdut beatbox dari apartemen tetangga sebelah sejujurnya membuatku migren. Aku segera mandi air hangat. Aku benci mandi air hangat, uap dari shower membuat udara pengap.
Selesai mandi kurebahkan badanku di atas kasur dengan balutan selimut abu-abu. Aku membuka kacamataku lalu mengelap embun yang tersemat tipis-tipis di lensa nya. Ingin sekali aku ngobrol dengan manusia lain nya. Sudah lama rasa nya aku diam dalam sendiri.
2 Desember 2014 Pukul 16.00
"Kita sampai sini aja, deh! Aku mau jadi hidup normal, Di!"
"Kamu ngomong apa sih, Ge? Bullshit!"
"Aku capek harus nyumput-nyumput kayak maling terus seumur hidup. Tuhan pun gak akan setuju sama hubungan kita!"
***
Hubunganku dengan Geraldy berakhir. Geraldy lelah dengan semua cibiran kalau jalan berdua denganku. Orang-orang akan memandang kami hina dan jijik. Aku sadar itu karena apa yang telah kami perbuat adalah suatu kesalahan.Aku Vandi Pratamahadi, seorang mahasiswa yang sempat menjatuhkan hati pada Geraldy Ducthkouten. Kami saling menyayangi satu sama lain. Layaknya seorang pria terhadap wanita, kami juga serupa hal nya. Namun banyak sekali yang memandang kami hina karena kami satu jenis. Aku tetap bertahan mendengar segala cibiran mereka. Kata 'bencong','maho','jeruk makan jeruk' hingga 'LGBT' sudah biasa buatku, sampai Geraldy memutuskan hubungan sebelah pihak. Aku berkali-kali menghubungi nya tapi rasa nya dia serius dengan perkataan nya. Kehidupan normal? Hal yang tidak pernah kuimpikan sama sekali.
Aku jadi sering mabuk-mabukan, memakai obat-obat penenang dan ugal-ugalan. Aku juga sering mencoba menyayat nadiku sendiri, entah malaikat mana yang terus-terusan mengikutiku dan seketika sering mengurungkan niat bunuh diriku. Pikirku, konyol sekali mati bunuh diri.
Sampai suatu kali aku berkenalan dengan Gita Andita, mahasiswi semester 2. Kami satu kelas di suatu mata pelajaran. Waktu itu ujian dan kalkulatorku error. Tidak mungkin menghitung manual. Jadi aku bolak-balik meminjam kalkulator Gita dan dari situ kami berkenalan. Ciri khas Gita adalah rambutnya panjang dan selalu dikuncir satu.
Sengaja tidak kuberitahu kalau aku ini punya kelainan. Entah Gita sangat polos atau bagaimana dia juga tidak pernah curiga denganku. Aku senang sekali berteman dengan dia, kami sering bertukar pikiran layaknya persahabatan lain.
11 Januari 2015 Pukul 11.00
Gita hari minta bertemu denganku di perpustakaan kampus. Kata nya mau mencari buku. Manusia yang satu itu doyan sekali membaca. Semua buku dibaca nya. Aku juga suka membaca, tapi berupa komik online yang penuh gambar-gambar menarik atau membaca teks terjemahan kalau nonton film barat.
"Eh Van, lebih bagus buku yang tulisan Mankiw atau Prathama ya untuk ilmu ekonomi makro?" tanya Gita sambil memilah-milah buku di perpustakaan kampus.
"Lah, lo kan gak ada hubungan sama fakultas lo!" ucapku.
"Ya ga apa-apa, pengen tau aja kalau anak IPS tuh belajar apa aja." jawab Gita sambil terus mencari-cari buku.
"Dasar lebay!" balasku ketus.
"Bawel!" jawabnya ketus juga.
Dasar ribet, untuk apa belajar yang tidak penting! Jadi aku yang kena imbas nya. Aku harus membawakan buku-buku Gita yang berat nya menyayingi berat truk gandeng. Ini juga alasan, kenapa aku benci perempuan. Mereka adalah makhluk teribet yang pernah ada.

KAMU SEDANG MEMBACA
InterGen - Antologi Romansa
RomanceEvent #1: Antologi Romansa Antologi ini adalah hasil karya bersama para anggota InterGen. Sebuah jawaban atas tantangan Event Bulanan pertama kali: membuat cerpen dengan genre romance :) Published 20 Februari 2016