Menyentuh Hatimu

229 14 7
                                    

Aku berlari mencarinya. Menjauh dari ramainya kerumunan orang-orang di festival. Entah kemana gadis itu pergi. Padahal sekitar dua puluh menit lagi kembang api akan terlihat jelas dari sini. Aku terus mencarinya, kulihat ke berbagai penjuru arah. Kutengok kiri dan kananku. Tapi dia tidak kutemukan. Dia tiba-tiba saja hilang dari pandanganku. Kemana dia pergi?

Tak jauh dari keramaian festival, tepatnya di taman, kulihat seorang gadis dengan yukata putih biru tengah duduk di ayunan.

"Naru..." teriakku dengan napas yang masih terengah-engah kemudian aku menghampirinya.

"Aizawa?" sahutnya heran sekaligus terkejut dengan kedatanganku yang tiba-tiba. "Hei...sudah kubilang kan jangan panggil namaku seenaknya." Protes Gadis itu.

"Sakakibara itu terlalu panjang. Lebih mudah jika aku memanggilmu Naru atau Naru-chan kah? Tanyaku seraya menggodanya lalu duduk di ayunan tepat di sampingnya. Namanya Narumi Sakakibara. Aku memang lebih suka memanggilnya Naru daripada nama keluarganya "Sakakibara" yang terlalu panjang untuk diucapkan.

"Tidak, cukup Naru saja. Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya datar.

"Harusnya aku yang bertanya padamu, mengapa kau ada di sini?"

"Aku hanya tidak terlalu suka keramaian. Di sana membuatku sesak." Matsuri [1] penuh dengan orang-orang dan di sana tentu banyak orang berjejal. Aku tahu, dia tidak menyukainya tapi kami-aku dan teman-teman dekatnya-tetap saja memaksanya untuk ikut.

Ini memang keinginan egoisku. Tapi aku ingin melihat kembang api bersamanya. Lagipula ada yang ingin kukatakan padanya.

"Hei, bukannya tadi kau bersama dengan teman-teman perempuanmu?"

"Ahh, itu tadi hanya teman SMPku, Chizuru dan Yuka. Kenapa? Apa kau cemburu?" godaku lagi.

"Huh, mana mungkin." Jawabnya santai sambil terus berayun-ayun di ayunannya. Andai saja dia benar-benar cemburu itu akan membuatku sangat senang.

"Kau tidak ingin kembali ke sana? Kembang api akan dimulai sebentar lagi dan eto-err... tadi Matsushita dan Nishimori juga mencarimu." Aku mencoba mengajak kembali dengan dalih dua orang sahabatnya, Anzu Matsushita dan Haruka Nishimori.

"Tak apa. Aku ingin di sini saja. Dari sini juga kelihatan kembang apinya. Toh, aku juga sudah menghubungi Anzu dan Haruka. Jika kau ingin kembali, kau bisa pergi." Sahutnya cuek seperti biasa. Dia masih saja dengan asyiknya berayun-ayun sambil memandangi bintang-bintang. Bintang malam ini berkelip indah namun sayangnya keindahannya akan bersaing dengan kembang api yang sebentar lagi akan menghiasi kota.

"Apa benar di sini terlihat jelas? Hanabi [2]nya?"

"Un [3]. Tahun kemarin aku melihatnya bersama Ryo..." raut wajahnya terlihat sedih, lagi-lagi dia menyebut nama 'orang itu'. Ryo. Entah kenapa setiap kali aku mendengarnya menyebut nama itu membuatku kesal. Tidak bisakah aku menggantikan posisi Ryo di hatimu? Bukankah nama kami hampir sama. Dia Ryo dan aku Ryou. Tidak bisakah dia menyebut namaku Ryou, seperti dia menyebut nama Ryo?

Aku mulai gusar. Aku kesal dengan diriku sendiri. Aku tidak menyalahkan Narumi atau Ryo yang dicintainya, hanya saja aku terlalu pengecut untuk membuktikan bahwa aku menyukainya lebih dari siapapun. Aku hanya kecewa pada diriku yang tak bisa merebut hatinya dari Ryo.

Andai saja Ryo yang dia maksud adalah aku, Ryou Aizawa.

Haruskah aku mengakuinya sekarang juga?

"Berhentilah memikirkan Ryo. Bukankah dia tidak nyata? Itu hanya delusimu saja, kan? Lupakanlah dia" Kumohon lupakan Ryo dan lihatlah aku. Aku memandangnya lekat, hanya saja matanya menghindari pandanganku. Narumi yang tadi asyik berayun-ayun tiba-tiba berhenti. Dia mendengar ucapanku tadi tapi dia tak berkata apapun. Dia diam tergeming.

InterGen - Antologi RomansaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang