Last Letter

195 19 4
                                    

Nam in omni adversitate fortunae infelicissimum est genus infortunii, fuisse felicem.

Sungguh, dalam setiap perubahan nasib baik, yang paling tidak bahagia adalah golongan orang-orang malang yang dulu pernah bahagia.

Boethius, De Consolatione Philosophiae

***

Selama dua puluh satu tahun hidupnya, Robert Wardle tidak pernah berpikir akan mencintai seseorang.

Dia adalah seorang pengedar opium dari Bar Emas, Upper Swandam Lane. Orang-orang di Bar Emas menyebutnya sebagai 'Pria kecil mematikan' karena postur tubuhnya yang lebih kecil dari kebanyakan orang di Bar Emas, dan Robert benar-benar pandai merayu wanita-wanita kaya seantero London untuk membeli opiumnya dengan harga dua kali lipat yang kemudian disimpan di gudang-gudang para wanita kaya itu tanpa tau akan mereka apakan semua barang-barang haram yang mereka beli hanya untuk mengencani pria muda dan tampan itu.

Robert sudah menjadi pengedar opium sejak usianya masih delapan belas tahun. Kerasnya kehidupan ekonomi London setelah perang dunia satu benar-benar membuat hidupnya sengsara. Ibunya mati karena apopleksi sementara ayahnya yang tak lain seorang bajingan sudah meninggalkan ibunya bahkan sebelum menikahi wanita malang itu.

Meski wajahnya sangat tampan dia tak pernah mengikat hubungan dengan wanita mana pun. Baginya lebih baik bujangan sampai mati daripada harus menghancurkan hidup seorang perempuan tak berdosa. Dan walau pun dia sering mengencani banyak wanita -alasannya karna mereka membeli barang dagangannya tentu saja- Robert tak pernah berhubungan intim, jangan kan berhubungan intim, melakukan kontak fisik seperti mencium dan memeluk saja dia tak pernah.

Seperti biasa Robert pergi ke Upper Swandam Lane untuk mengambil opium untuk diedarkan lagi hari ini.

Upper Swandam Lane adalah sebuah lorong kotor yang terletak di balik dermaga-dermaga tinggi yang berbaris di tepi utara sungai dan mengarah ke Jembatan London. Di antara sebuah toko barang bekas dan sebuah toko minuman keras, yang dicapai melalui sebuah tangga curam yang mengarah ke sebuah bukaan yang menganga seperti mulut gua.

Setelah menuruni tangga curam yang bagian tengahnya pudar karena sering dilewati kaki-kaki pemabuk, Robert mendorong gagang pintu dan masuk ke dalam sebuah ruangan yang lurus dan panjang. Ruangan itu tebal karena asap opium yang kecoklatan. Ia melihat seorang pria paling bersih di Bar itu di salah satu dipan-dipan kayu yang berjajar di sisi Bar yang melakukan isyarat tangan padanya, menyuruh Robert untuk menghampirinya. Robert mengangkat bahu tak acuh dan kemudian berjalan santai menghampiri pria bersih tersebut.

Setelah sampai di dipan yang ditempati pria bersih ia duduk di depan mangkuk pipa besi yang tengah melelehkan sebagian kecil opium yang ada dibuntalan.

"Nah, apa kabarmu Wardle?" Ujar si pria bersih dengan sebatang pipa ditangan kirinya.

"Tak perlu basa-basi dengan ku Clark Horner. Katakan saja apa mau mu."

"Aha!" ujar si pria bersih bernama Clark Horner ini. "Kau memang kaku eh Wardle, berbasa-basi lah sedikit."

"Mabuk saja kau sana. Aku sibuk." Robert hampir saja meninggalkan pria bernama Clark Horner ini kalau saja lengannya tidak ditahan.

"Santai saja Wardle, aku punya bisnis yang mau ku tawarkan padamu. Pekerjaan ringan, tapi dengan bayaran yang setara dengan upah mu mengedarkan opium selama dua minggu."

Robert terdiam mendengar ucapan Clark Horner. "Bisnis apa?" tanya Robert curiga.

Clark Horner terkekeh. "Hanya menghadiri pesta, itu saja, mudah kan?"

"Kau memberi ku 30 pounds hanya untuk menghadiri pesta? Kau sedang berusaha menjebak ku kan?"

"Tidak, sama sekali tidak."

InterGen - Antologi RomansaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang